Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 26 Maret 2012

Iseng....

Mer   : beb, gue lagi kangen nih sama yayang.. *sambil melo*
Beb   : gue engga.... *dengan cuek*
Mer   : yaeyalah, lo kan baru ketemu yayang lo tadi... *naek darah*
Beb   : maksud gue, gue ga kangen sama yayang lo.. *tanpa perasaan*
Mer   : guubraaakkk...



Paw  : heran, tusuk gigi sebentar sebentar habis. siapa yang suka mainin seh ? ayo ngaku !! *mulai nuduh*
Ade   : gaa taauu...
Kaka : bukaan akuu..
Iyem : saya ga mainin pak. ga ngabisin. tiap habis pakai, saya taro lagi ke tempatnya qo...
Paw  : aarrrggghhhh...... 
Sejak itu paw beralih ke dental floss. Trimakasih yem!!


Iyem : pri, saya tau pin atm nya nyonya..
Supri : berapa yem? *penasaran*
Iyem : bintang enam kali.... *dengan polos*


Suatu hari, mobil yang dikemudikan supri mogok di depan sebuah Rumah Sakit Jiwa. Seorang laki laki keluar dari dalam RSJ dan membantu supri.  Mobil bisa di starter kembali. 
Tiba tiba dari dalam RSJ keluar seorang berpakaian perawat, menuntun laki laki tadi masuk ke dalam. Seraya meminta maaf, jika laki laki yang ternyata pasien itu, sudah mengganggu.
Supri    : Jadii... lo orang gila? Qo bisa benerin mobil?
Pasien  : GUE TUH GILA...BUKAN BEGOO taauu...!!
Pri..pri.. sama orang gila aja kalah...

Jumat, 23 Maret 2012

Lelaki yang mengurai rambutku...




Pada suatu masa, saat hanya ada aku dan dia. Waktu terhenti di sana. Dia, lelaki lugu yang belum pernah mengenal cinta. Dipersembahkannya sebuah cinta untukku, utuh penuh. Belum pernah kurasakan cinta setulus itu.

Pada suatu masa, lelaki itu kerap tertawa bersamaku. Terbahak bersama. Dia gemar membuatku tertawa. Sampai mata kecilku hanya tinggal segaris saja dan airmata bahagia, mengalir di sela tawa. Senyumnya bagai lengkung pelangi. Dia lelakiku. Dia menjadi damaiku. Bahagiaku.

Pada suatu masa, lelaki itu memasakkan makanan untukku, walau tidak seperti buatan koki hotel bintang lima, tapi aku tahu dia membuatnya dengan rempah cinta, sehingga rasanya tak kalah dan tak ada duanya.

Pada suatu masa, lelaki itu memainkan sebuah lagu untukku. Denting piano yang dimainkan jemarinya, menghasilkan nada nada indah yang sampai kini masih tergiang dalam telingaku.

Pada suatu masa, jika rambutku kusut dan dengan tidak sabar aku menariknya, lelaki itu akan mengurai rambutku, dengan jemarinya yang suka memainkan piano untukku. Diurainya satu persatu helai rambutku, kemudian dengan hati hati disisirnya sehingga tidak ada helainya yang terjatuh.

Pada suatu masa, saat hari begitu kelabu. Tak kutemukan lagi lelakiku. Walau berhari hari aku menunggunya... 
Tidak kulihat lagi lelaki dengan senyum pelangi.
Tidak ada lagi lelaki, yang memasak dengan rempah cinta.
Tidak kudengar lagi, lelaki yang mendentingkan tuts piano untukku. 
Tidak ada lagi lelaki yang mengurai rambutku.....

Senin, 19 Maret 2012

Dari seorang teman...

Seorang teman mengetahui kalau aku parno jika harus naik angkot sendiri. Dan dia berusaha menenangkanku dengan nasihat seperti  di bawah ini.. 
TIPS NAIK ANGKOT YANG AMAN BUAT PEREMPUAN:

1. Waktu naik angkot, pegang pintunya.. Naiklah pelan - pelan jangan sok manja, minta ditolongin supirnya.

2. Kalau supir bertanya “Mau kemana mbak?” Jangan dijawab “Mau ke hatimu” (Bikin supir galau ajah ♥♥)

3. Walau narsis, jangan sampai ngajak supirnya foto bareng, apalagi pake upload tu foto ke facebook (Tepok jidat )

4. Naik angkot gak perlu dandan cantik. Soalnya cuma di FTV kita bisa menemukan sopir angkot ganteng (Seperti SANNY)

5. Pas sopir mau pindahin gigi, gak usah sok romantis pake pegang tangan dan tatap matanya (haawdeh ;)

6. Kalau duduk di belakang supir gak usah tiba - tiba nutup matanya trus bilang “Tebak aku siapa ?”
(Sumpah, ngga banget)

7. Kalau sampai tujuan, ucapkan “Kiri, Pir..”. Jangan bilang “Kiri Beib..” (Inget loh!)

8. Sepenuh apapun angkotnya jangan duduk di pangkuan supir.. Pokoknya jangan.

9. Terakhir dan terpenting kalau terima uang kembalian, terima aja. Tidak usah pakai cium tangan segala.
 
Semoga bermanfaat...

Minggu, 18 Maret 2012

Perut rakyat

Pernah lihat orang yang berfoto di depan sebuah hotel besar di Kuta Bali? biasanya yang berfoto di depan logo yang sangat besar dan mendunia itu, justru tamu yang tidak pernah menginap di sana.


Sama seperti orang orang yang berfoto di depan sebuah cafe di kawasan kota tua, biasanya justru bukan tamu yang berkunjung dan menghabiskan waktu di bangunan tua itu.

Heeiii, tidak..aku tidak seperti itu.. Tapi lebih parah. Hahaha.  
Aku memang tidak berfoto di depan bangunan itu, aku jadi pengunjungnya. Tapi cerita tidak berhenti sampai di sini.


Suatu senja, aku dan temanku bertandang ke cafe itu. Ada beberapa menu yang kami pesan. Dan harganya membuat wajah temanku sedikit berubah ketika menatap billing yang harus dibayar untuk makan dua orang. Karena yang kami bayar bukan harga menu, tapi suasana. Suasana makan di sebuah bangunan tua yang  sudah berumur ratusan tahun, yang pernah menjadi kediaman beberapa gubernur di jaman dulu. 


Ada kesenjangan sosial besar di dalam dan di luar cafe itu. Supaya kembali membumi, aku dan temanku berjalan menikmati keramaian pasar malam di depan cafe. Banyak orang berjualan. Banyak orang lalu lalang. Otak otak ikan menarik perhatian temanku. Dan aku tertarik pada rujak tumbuk. Rasanya lebih pas di lidah dan di kantong kami. Hehehehe...

Yah perutku memang perut rakyat..perut ndeso.. yang gemar makanan kampung, walau kadang membuat mulas dan melukai langit langit mulut.

Sebenarnya aku ingin menceritakan ini dengan lucu, tapi sayang aku tidak bisa. Karena cerita ini hanya membuatku menjadi rindu pada perjalanan yang pernah ku alami dengan seseorang dulu.

Perjalanan panjang bersamamu....


Jumat, 16 Maret 2012

Sesuatu untuk ku sentuh..

Mungkin dia bukan sesuatu yang tepat untukku. Karena kami berasal dari dimensi yang berbeda. Tetapi setiap kali melihatnya, selalu membuatku ingin menyentuhnya. Menyentuh kulitnya yang lembut, membelai rambutnya yang halus atau hanya sekedar bersentuhan dengannya.
Entah kenapa, dia bagai magnet buatku.


Aku membutuhkan sesuatu untuk kusentuh. Sesuatu yang hangat dan tidak menakutkan. Sesuatu yang membutuhkan sentuhanku dan merasa nyaman dengan hal itu. Aku belum menemukan sesuatu lain, selain dia. 


Tetapi dia mahluk maya, wajahnya hanya bisa kutatap lewat gambar, bayang tubuhnya hanya ada dalam pikirku. Mungkin aku sudah gila, terlalu lama sendiri bisa membuatmu seperti ini. Aku masih berharap suatu saat dia bisa menjelma menjadi nyata...






(cara ngeles yg lebih lihai dari bajaj ;) kamu tahu itu kan?

Rabu, 14 Maret 2012

Tuuiitt...tuuuiittt...

Boleh geer, tapi ga boleh ngarep.

Kamu tuh jadi orang galak amat, suka makan semut rang rang ya?

Langit lagi cengeng, bentar bentar nangis.

Langitnya mendung, semoga hatimu tidak.

Hujan, panas, hujan, panas, langit lagi galau.

Kelamaan libur, bikin males.
Kelamaan pacaran, susah move on.

Remember, happiness doesn't depends on who you are or what you have. Its depends solely what you think
(kalo pake bahasa kaya gini, pasti ngutip :) 

Stalker punya stalker, kaya copet yang kecopetan. 

Gengsi'mu yang harga grosir ada? Itu lebih terjangkau untukku.

Peramal tua

Peramal tua ternama itu bicara pada orang ke 21 :


Telingamu, cantik.
Matamu, alismu, pipimu,  dagumu, cantik.
Hidungmu, menandakan kamu orang yang berbahagia.


Garis tanganmu, very very good.
Kamu akan kaya, atau sudah kaya.
Umurmu until one hundred years.
Your health is very very good.
Your heart is good, your lung is good, your lever is good.

Bahumu bergambar mawar, kamu sangat beruntung.
Kakimu adalah kaki yang kuat.


dan duaratuslimapuluh ribu rupiah masuk dalam peti kayu.

Peramal tua ternama itu bicara pada orang ke 22 :


Telingamu, cantik.
Matamu, alismu, pipimu,  dagumu, cantik.
Hidungmu, menandakan kamu orang yang berbahagia.


Garis tanganmu, very very good.
Kamu akan kaya, atau sudah kaya.
Umurmu until one hundred years.
Your health is very very good.
Your heart is good, your lung is good, your lever is good.

Bahumu bergambar mawar, kamu sangat beruntung.
Kakimu adalah kaki yang kuat.

dan duaratuslimapuluh ribu rupiah masuk dalam peti kayu.

Peramal tua ternama itu bicara pada orang ke 23 :


Telingamu, cantik.
Matamu, alismu, pipimu,  dagumu, cantik.
Hidungmu, menandakan kamu orang yang berbahagia.


Garis tanganmu, very very good.
Kamu akan kaya, atau sudah kaya.
Umurmu until one hundred years.
Your health is very very good.
Your heart is good, your lung is good, your liver is good.

Bahumu berlambang mawar, kamu sangat beruntung.
Kakimu adalah kaki yang kuat yang bisa mengantarmu ke mana pun kamu pergi.

dan duaratuslimapuluh ribu rupiah masuk dalam peti kayu.

Mungkin bagimu, dia seorang penipu. Tapi bagi mereka yang datang, dia adalah pemberi keyakinan saat percaya diri mulai goyah dan tidak tahu harus bertanya pada siapa. Dia memenuhi rasa penasaran orang orang yang ingin mengenalnya. Mengenal peramal tua yang menjadi tokoh dalam sebuah buku. 
(Yang penghasilannya lebih besar dari seorang CEO. Hehehehe....)

Katanya....

Katanya tidak mau patah hati lagi?
Tapi kenapa masih mau jatuh cinta?

Katanya tidak mau sakit hati lagi?
Tapi kenapa masih mau dilukai?

Katanya tidak mau mengingatnya lagi?
Tapi kenapa rindu itu masih dipelihara?

Katanya, enough is enough?
Tapi kenapa masih mau nambah terus?

Katanya mau menjauh dari sumber stress?
Tapi kenapa diam saja ketika didekati?

Katanya mau move on?
Kalau begini terus, kapan move on nya?

Jangan cemen..!!


Senin, 12 Maret 2012

Perih


rasa seperih ini 
seperti sinar pelita yang tak mampu menembus
mendung kelabu saat senja 

rasa seperih ini
seperti jalanan lengang yang ditinggalkan pengendaranya
hanya berteman temaram lampu jalan 

rasa seperih ini
seperti  tetesan hujan yang jatuh pada atap seng 
bunyinya menjerit memecah hening

rasa seperih ini
seperti ikan yang ditetesi perasan jeruk lemon 
untuk mengurangi amisnya


rasa seperih ini
seperti gundukan tanah kuburan 
yang ditinggalkan pelayatnya 

rasa seperih ini 
seperti menatap punggung orang orang tercinta
yang pergi meninggalkanmu sendiri

rasa seperih ini
seperti menatap selembar kertas yang berisi pesan
bahwa kau bisa mati kapan saja 
kala jantungmu tak mau lagi berdetak...

perih...

Dulu..

Dulu, aku pernah sangat mencintaimu. Memujamu. Ingin memilikimu, ingin selalu bersamamu dan tak ingin jauh darimu. 
Dulu, kamu adalah satu satunya cinta dalam hidupku. Dan patah karena cintamu adalah perjuangan terberat bagiku. Menata kembali keping keping hati yang hancur berantakan, membangun kembali rasa percaya diri yang runtuh tak tersisa. Bahkan airmata tak sanggup lagi mewakili rasa dan derita.

Dulu, aku pernah sangat merindumu. Dalam tiap tidur malamku, mimpi mimpiku bahkan di tiap helaan nafasku. Banyak lagu, banyak tempat, banyak peristiwa yang menjeratku untuk terus mengingatmu.

Dulu, hanya kamu yang mampu membahagiakan aku. Membuatku tertawa dan menangis,  menjerit dan terdiam, pada saat yang sama.

Tapi itu dulu. Entah kemana semua rasa itu sekarang. Kucari, tapi tak kutemukan lagi. Hanya sisa sisa goresan luka yang masih ada, menjadi jejak sejarah hidup yang mendewasakan aku.  

Dan sekarang, dalam ketenangan hidupku, aku tidak ingin kamu hadir lagi dalam bentuk apapun. 
Maafkan aku, tak mampu lagi menjadi damai'mu, tak  mampu lagi menenangkan kamu dan tak bisa lagi menemani hari harimu. 

Aku memang pernah mencintaimu, tapi itu dulu....


Terima kasih sahabat..

Aku tak pernah menyangka akan bertemu kalian lagi. Sahabat baru dan sahabat lamaku. Melihat kalian bertumbuh dalam proses kehidupan. Dari tubuh tubuh muda yang perkasa menjadi manusia dewasa yang lebih tenang. 
Mengenal kalian lebih dekat, membuatku lebih mengerti tentang kalian yang selama ini telah mengisi cawan hidupku. Aku bahkan terpana mengetahui betapa kalian peduli padaku dan mengapa baru sekarang aku menyadarinya.

Indah, ketika kalian menemaniku menjauh sejenak dari keriuhan dan bersama sama membuat kegaduhan.
Indah, ketika kalian memapahku yang tertatih dengan sorot mata kuatir dan membuat hatiku penuh haru.
Indah, ketika kita tertidur di lautan pasir dan terlupa hari sudah menjelang senja.
Indah, ketika kita kerasukan bersama, yang membuatku berjalan melawan arah, membuatmu meracau tak tentu rimba dan membuat dia panik menjaga kita.
Indah, ketika kita saling bertukar cerita tanpa perlu editor kata.

Bersama kalian, hanya indah yang ada. 
Terima kasih sahabat, banyak cinta untuk kalian...


Di atas 30000 kaki

Cinta, rasanya baru kemarin kita terbang bersama. Saling menggenggam ketika pesawat akan lepas landas atau mendarat. Dengan genggaman itu, kamu hendak menenangkan aku, cinta? Kamu tahu, aku sering terbang. Prosesnya tidak menakutkan buatku. Tapi aku senang kamu menggenggam tanganku. Rasanya jemariku jadi mungil dalam genggaman hangatmu.

Ingatkah cinta, di ketinggian ini, kita biasanya akan bermain tebak tebakan. Menerka gunung apa yang terlihat di bawah sana. Dan aku selalu lebih dulu menyebut nama gunung itu. Kamu percaya saja pada apa yang aku katakan, karena kamu tahu aku suka mendaki gunung. Maafkan aku cinta,  sebenarnya aku juga tidak tahu apa nama gunung itu. Mereka terlihat berbeda dari ketinggian ini. 
Lalu kita akan menerka bentuk awan. 
Katamu, awan itu seperti kuda. 
Kataku, awan itu seperti domba. 
Mungkin kita memang memandang awan yang berbeda. Atau seperti biasa, kita punya pendapat yang tak sama. Tapi itu tidak mengapa. Kita tidak jadi bertengkar karenanya. 
Kita bahkan pernah mencoba pop mie hangat di ketinggian ini, ternyata rasanya tetap sama, hanya sensasinya yang berbeda


Ingatkah kamu pada salah satu penerbangan kita, ketika aku mulai mengantuk dan hendak menyandarkan kepalaku di bahumu, kamu perlahan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketmu, sebuah kotak mungil, lucu. Ah, kejutan apa lagi cinta? Kantukku segera pergi, memberi kesempatan pada kita berdua untuk saling mengungkap rasa.
Dan sebuah cincin bermata solitaire, kamu pasangkan di jari manisku, seraya berkata 
" Selamat ulang tahun sayang..Ini tanda cintaku yang abadi untukmu..."  
Cintamu memang abadi, tapi tubuhmu tidak...

Mengingatnya lagi membuat pandanganku menjadi kabur..aku menangis? Ah ternyata tidak, hanya jendela pesawat yang memburam dan beberapa tetes air hujan menerpa jendela. Hujan di ketinggian ini? Indah sekali, cinta...
Dan kini, aku menikmatinya sendiri....tanpa kamu. Hanya sebuah cincin pemberianmu yang tinggal, menemaniku.