Rindu....
Pernahkah tuan mendapat cinta
mendapat kasih semalam saja
setelah pagi tuan di pinta
pergi jauh berkelan kembara
Tuan berangkat berputus asa
bah'gia habis sudah melayang
sedang hati terlalu terpaksa
memandang kenangan terbayang bayang
(Sanusi Pane, Madah Kelana)
Puisi
itu ku ambil dari sebuah buku tua, yang kumiliki sejak 20 tahun
lalu..buku kumpulan puisi, yang sebagian ku karang sendiri dan sebagian
dari syair pujangga, mereka yang bisa bertutur sangat indah dalam
mewakili rasa.
Entah kenapa, kebersamaan denganmu mampu mengilhamiku untuk mulai menulis lagi.
Awalnya
mungkin karena rindu, yang terasa perih dan menyesakkan dada, bukankah
aku sudah pernah bilang, aku tidak suka merasakan rindu. Walau itu untuk
kamu...
Aku rindu terjaga dan melihatmu sedang menatapku dalam dalam, seolah menghitung tipa helaan nafasku..
Aku
rindu semua nasihat, omelan, kicauan, auman dan geraman mu yang tak
lelah mengingatkan aku, semua seperti musik yang merdu bagi jiwa..
Aku
rindu genggaman tanganmu yang hangat dan usapan yang lembut di punggung
tanganku, karena membuatku merasa terlidungi, seolah tanpa kata kamu
bicara,
"tenang saja, tak usah takut, ada aku di sini, semua akan baik
baik saja.."
(mengingatnya kembali membuat mataku berkaca kaca)
Aku rindu caramu memakaikan kaus kaki pada kaki ku yang dingin..
Aku rindu caramu menyusun tumpukan bantal untukku bersandar..
Aku rindu tangan gemetarmu yang menyuapiku sesendok teh hangat untuk mengaliri tenggorokanku yang kering..
Aku rindu caramu menemukanku di tengah keramaian sejuta orang...
(bagaimana bisa? tanyaku...Jelas bisa, karena pandanganku tak pernah lepas darimu.. itu jawabmu..
Ahh mengapa waktu itu aku tak mampu merasa jika semua istimewa..)
Seperti dalam satu sapuan lukisan, kebersamaan kita adalah sebuah lukisan yang indah dalam garis, detail dan warna.
Dari awal sampai akhir, hanya indah yang ada..
Semoga begitu juga untukmu..
Tak ada pesta yang tak usai..
Demikian juga cerita kita..
(buat kamu yang sudah berbeda dunia denganku..)