Dalam genggaman tangan Tuhan
Rabu, 08 Februari 2012
Cahaya
Awalnya aku merasa kehilangan sesuatu. Dan mencari sesuatu yang hilang di dalam kegelapan ternyata pekerjaan yang sulit. Aku membutuhkan seberkas cahaya. Kupikir Tuhan menemaniku dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah mengirim cahaya untukku dan itu adalah kamu.
Kamu dan buah pikirmu, membuatku lebih mengerti tentang banyak hal yang selama ini gelap bagiku. Sekarang kamu paham kan mengapa aku menamaimu "cahaya"?
Cahaya kecil di tengah gelap itu, menenangkan, menghangatkan, dan membuatku nyaman. Sedikit saja cukup, walau hanya menjadi remang. Remang yang membuatku mengantuk dan ingin segera tertidur, sampai aku nyaris lupa bahwa kehadiranmu adalah untuk membantuku mencari sesuatu yang hilang. Kunikmati hadirmu dan aku terlena dalam remang cahaya, sehingga aku berharap sang waktu berhenti saat ini juga.
Aku seperti sekelompok anak yang sedang asik bermain bola, sampai tidak menyadari ketika hari beranjak senja. Dan ibu ibu mereka mulai berteriak memanggil, menyuruh anak anak itu pulang.Kaki kaki kuat yang awalnya lincah itu, sekarang berjalan gontai seolah dibebani bandul bandul besi. Mereka enggan pulang. Mereka masih ingin bermain terus. Aku dan anak anak itu, sama... Kami berharap memiliki tombol "pause" yang bisa menghentikan waktu.
Aku tidak ingin segera pagi, aku ingin tetap begini. Karena sinar mentari pagi akan menyilaukan mataku. Membiasakan diri melihat dalam terang setelah sekian lama berada dalam remang akan terasa menyakitkan bagiku. Aku tidak butuh banyak cahaya, aku hanya butuh kamu.
Cahaya, apakah kamu juga menikmati kebersamaan kita dalam remang?
Apakah kamu juga takut dengan sinar mentari pagi, yang bisa membuatmu tidak tampak lagi bagiku?
Ataukah kita harus berlapang dada menerima hadirnya pagi dan hangatnya mentari, dan berharap kita bertemu lagi senja nanti...?
Cahaya, aku hanya tidak mau merasa kehilangan lagi...
(untukmu cahaya kecil dalam hidupku)