Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 06 Februari 2012

Maafkan kebodohanku bung

Astaagaaa bung....
Betapa bodohnya aku.. buta...dan tidak punya perasaan...  dangkal..cuma kulit...atau apapun seperti katamu..

Bung...
Aku tidak tenang ketika bung tinggalkan aku tanpa kabar, tanpa berita... Aku terus berpikir apa salah ku?...kenapa sekarang jadi begini? Aku marah,  kecewa dan merasa di abaikan...
 Kamu membuatku  terluka bung...

 Sampai akhirnya aku mulai tenang dan bisa berpikir jernih...aku sharing dengan beberapa teman dekat, mereka yang tidak mengenal  bung secara pribadi..

Dan semua menjadi jelas...seperti kepingan puzzle berantakan yang kemudian tersusun menjadi sebuah gambar..

Semua yang telah bung lakukan untukku, terekam seperti sebuah film, mengalir adegan demi adegan..babak demi babak...dari awal sampai akhir..

bagaimana orang yang se"kaku" bung bisa sehangat dan selembut itu...
bagaimana orang yang se"acuh" bung, bisa penuh perhatian seperti itu..
bagaimana mungkin bung lakukan semua hal itu untukku, jika tidak ada rasa... (aku benar2 dangkal ya bung? baru sekarang aku mengerti arti dangkal yg bung katakan waktu itu..)
kalau saja aku lebih memperhatikan semua, sudah sejak di  tempat itu, bung menyiapkan aku untuk mandiri, karena bung tidak akan ada lagi untuk ku..

Kamu suka sama aku , bung?
Sejak kapan? sejak dulu? ataw sejak di  tempat itu?

Dan karena itu bung menjauh? Supaya perasaan bung tidak jadi lebih mendalam lagi?
Dan selama ini  aku tidak menyadari hal itu?
Apalagi kata yg tepat untukku selain bodoh?

Bung, apa yg kamu rasakan sekarang? gelisah? tersiksa? terluka? menderita? lelah? merasa tidak sepantasnya? dan ingin ini semua segera berlalu? berharap ini hanya sekedar mimpi? tapi ternyata semua nyata..
Maafkan aku atas semua rasa yang menyakitkan itu..
Ataw justru bung sedang menikmati indahnya cinta?
Trimakasih jika masih bisa menikmatinya...

Sekarang aku mengerti, bung sedang membutuhkan sedikit ruang dan waktu, serta sejengkal jarak..untuk mencerna semua..
Bukankah tiang tiang penyangga juga dibangun tidak terlalu rapat?

Bung..
Aku sangat menghargai semua rasa yang bung punya untukku.. dengan penghargaan tertinggi..
Tulus...
Semua itu tidak mengurangi sedikitpun arti bung untukku..
 Malah menambah segala sesuatunya..
Trimakasih bung..

Sekarang bung ingin aku bersikap seperti apa?
sikap bung yg sekarang, membuat ku kehilangan teman berbagi cerita.. teman diskusi,.. rekan kerja ... reminder... sikap bung juga sudah membuat aku iri dgn teman2 bung yg lain, yg masih bung hubungi..
Tapi setidaknya sekarang aku memaklumi.. karena aku tau, bung pasti menderita juga..

Sekali lagi, trimakasih... Aku akan jaga kesehatanku seperti pesan bung.. walau mungkin bung tidak akan tahu, karena tidak akan mendengar kabar tentangku lagi.. (aku hanya mencoba membantu..)

Aku kehilangan kamu, bung...
Kapanpun bung siap.. kembalilah...

(rasanya masih  tidak percaya, masih speechless... masih shock...)