Pernahkah kamu merasakan lelah? Lelah yang teramat sangat...
Mungkin ini memang sudah takdirku.. Aku tau, aku memang rupawan dan nyaman... Siapa yang tidak betah berlama-lama denganku?
Dia selalu memilih aku untuk menemaninya ke mana mana...
Ke pasar yang becek dan menjijikan...
Ke mal yang penuh gemerlap lampu..
Menyusuri panasnya aspal jalan...
Menikmati indahnya rimbun hutan cemara..
Berkecipak di dinginnya air terjun..
Ke rumah sakit.. (yang satu ini membuatku selalu gelisah)
Sampai ke bandara (di mana aku merasa kehilangan rasa percaya diri, karena aku sudah begitu lusuh)..
Aku heran, dia punya banyak pilihan selain aku..tapi aku lagi..aku lagi yang dipilihnya..
Ohya, aku bukan tidak sayang dia, aku cuma lelah..
Awalnya aku memang tersanjung, bangga karena menjadi pilihannya dari sekian banyak yang ada..
Awalnya yang lain iri padaku, tapi lama lama mungkin mereka bersyukur tidak bernasib seperti aku...
Ah sudahlah, tidak perlu mengeluh lagi, nikmati saja, jalani saja... mengalir seperti air..
Ohya, maaf aku belum sempat memperkenalkan diri, namaku "crocband flip" dia membeliku seharga Rp 360.000 dua tahun yang lalu...
Dalam genggaman tangan Tuhan
Senin, 30 Januari 2012
Minggu, 29 Januari 2012
tahukah kamu? (the other side of "just story")
Tahukah kamu, sejak aku mengenalmu bertahun tahun yang lalu, mengenal sosok mandiri, yang kuat tetapi juga lembut, sosok yang nyaman untuk di ajak berbincang mengenai apa saja, sosok penggemar buku dan lagu..
Sejak itu, dunia tak lagi sama bagiku..
Tahukah kamu, entah kapan tepatnya, aku mulai menyukaimu..
Hatiku mulai merindu, gelisah, berdebar tak tentu.. seperti waktu remaja dulu.
Tahukah kamu, sejak saat itu aku mulai menunggu telepon dari mu, berharap kamu menghubungiku untuk suatu alasan, apa saja.. karena telepon darimu akan memuaskan rinduku..
Tahukah kamu, aku tak berani meneleponmu lebih dulu... karena aku tidak mau kamu tahu, bahwa aku sedang merindumu.
Tahukah kamu, aku sangat tersiksa... Mengapa sebuah alasan saja tidak bisa kutemukan tanpa rasa mengada ngada?
Padahal telepon itu jembatanku untuk bertemu denganmu..
Tahukah kamu, jika sudah bertemu, tak puas puasnya aku memandangmu, mendengarmu bercerita, melihatmu tertawa, melihatmu bekerja, mengatur dan memimpin segala sesuatunya...
Tahukah kamu, jika aku ingin selalu berlama lama bisa berada di dekatmu.
Tahukah kamu, aku nyaman dengan situasi seperti ini, situasi di mana kamu tidak menyadari bahwa aku ada. Karena dengan begitu, aku bisa bebas berkelana dengan semua rasa dan pikiranku sendiri, tanpa perlu takut, jika kamu mengetahuinya.
Dan seperti itulah kita, bertahun tahun lamanya...
Banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup kita masing2, kadang kita saling membaginya, kadang tidak...
Tahukah kamu, hal itu tidak sedikitpun mengurangi semua rasaku untukmu... malah menambah rindu, jika sudah lama tidak bertemu, sudah lama tidak mendengar ceritamu...
Tahukah kamu, kadang aku teringat pada suatu senja, saat aku mengajarmu berkendara, di sebuah jalan sepi, yang banyak ditumbuhi ilalang di kanan kirinya, ditemani hembusan angin dan lagu lagu kesukaan kita..
Tahukah kamu, kamu...sangat cantik saat itu... lebih cantik dari biasanya,
Kemilau mentari senja yang menimpa wajahmu dan hembusan angin yang menerpa lembut rambutmu, perpaduan sempurna ciptaanNya, alam dan kamu..
Sehingga tanpa sadar aku mengatakannya..
"Kamu cantik sekali......"
Tahukah kamu, betapa terkejutnya aku setelah dengan spontan mengatakan hal itu, aku kuatir, rahasia hatiku selama ini akan diketahui olehmu, jika aku melakukan satu kesalahan saja..
Tapi kamu tidak menyadarinya kan?
Karena kamu tidak tahu bahwa aku ada..
Biarlah begini saja ya cinta..
Sampai suatu saat nanti aku mampu berkata..
"Tahukah kamu.......?"
Sejak itu, dunia tak lagi sama bagiku..
Tahukah kamu, entah kapan tepatnya, aku mulai menyukaimu..
Hatiku mulai merindu, gelisah, berdebar tak tentu.. seperti waktu remaja dulu.
Tahukah kamu, sejak saat itu aku mulai menunggu telepon dari mu, berharap kamu menghubungiku untuk suatu alasan, apa saja.. karena telepon darimu akan memuaskan rinduku..
Tahukah kamu, aku tak berani meneleponmu lebih dulu... karena aku tidak mau kamu tahu, bahwa aku sedang merindumu.
Tahukah kamu, aku sangat tersiksa... Mengapa sebuah alasan saja tidak bisa kutemukan tanpa rasa mengada ngada?
Padahal telepon itu jembatanku untuk bertemu denganmu..
Tahukah kamu, jika sudah bertemu, tak puas puasnya aku memandangmu, mendengarmu bercerita, melihatmu tertawa, melihatmu bekerja, mengatur dan memimpin segala sesuatunya...
Tahukah kamu, jika aku ingin selalu berlama lama bisa berada di dekatmu.
Tahukah kamu, aku nyaman dengan situasi seperti ini, situasi di mana kamu tidak menyadari bahwa aku ada. Karena dengan begitu, aku bisa bebas berkelana dengan semua rasa dan pikiranku sendiri, tanpa perlu takut, jika kamu mengetahuinya.
Dan seperti itulah kita, bertahun tahun lamanya...
Banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup kita masing2, kadang kita saling membaginya, kadang tidak...
Tahukah kamu, hal itu tidak sedikitpun mengurangi semua rasaku untukmu... malah menambah rindu, jika sudah lama tidak bertemu, sudah lama tidak mendengar ceritamu...
Tahukah kamu, kadang aku teringat pada suatu senja, saat aku mengajarmu berkendara, di sebuah jalan sepi, yang banyak ditumbuhi ilalang di kanan kirinya, ditemani hembusan angin dan lagu lagu kesukaan kita..
Tahukah kamu, kamu...sangat cantik saat itu... lebih cantik dari biasanya,
Kemilau mentari senja yang menimpa wajahmu dan hembusan angin yang menerpa lembut rambutmu, perpaduan sempurna ciptaanNya, alam dan kamu..
Sehingga tanpa sadar aku mengatakannya..
"Kamu cantik sekali......"
Tahukah kamu, betapa terkejutnya aku setelah dengan spontan mengatakan hal itu, aku kuatir, rahasia hatiku selama ini akan diketahui olehmu, jika aku melakukan satu kesalahan saja..
Tapi kamu tidak menyadarinya kan?
Karena kamu tidak tahu bahwa aku ada..
Biarlah begini saja ya cinta..
Sampai suatu saat nanti aku mampu berkata..
"Tahukah kamu.......?"
Sabtu, 28 Januari 2012
jangan pergiiiii.....
Tidak terasa sudah 3 tahun kebersamaan kita...
aku masih ingat awal ku melihatmu, lelaki pendek buntek dengan hidung seperti gua jepang..
kamu yang lucu.. kamu yang norak.. kamu yang jayus..kamu yang jahil..iseng..kamu yang baik hati dan mudah menaruh iba..kamu yang pandai bermain musik..kamu yang pandai dan kritis.. kamu, kamu dan kamu...
kehadiranmu sanggup mengisi akhir pekanku yang kadang kelabu...
kehadiranmu mampu membuatku tertawa dan ingin selalu berlama lama bersamamu..
walau kita hanya berjumpa 1 atau 2 kali seminggu..itu cukup untukku.
aku pernah melihatmu dalam suasana dan tempat yang berbeda, tapi itu tak mampu menggetarkan hatiku..di sini aku lihat kamu yang sejatinya...
mungkin kamu tidak akan pernah menyadari hadirku dan betapa artimu bagiku..karena kamu hanya menjalankan tugasmu dan aku hanya menjalankan tugasku sebagai penggemarmu...
harus ku akui, aku sudah terbiasa dengan keberadaanmu yang selalu kutunggu di setiap akhir minggu..
dan minggu lalu, tiba tiba kamu berkata, sudah saatnya kita berpisah..ahh aku tidak percaya...kamu kan selalu penuh canda, ku anggap ini salah satu kejahilanmu saja..supaya aku merindumu...
tapi ternyataaa....tadi, dengan kejam temanmu menegaskan ucapanmu...ini jadi yang terakhir kita bertemu...dengan backsound lagu yang melelehkan hatiku dan menumpahkan airmataku...
aku tak percaya...
benarkah?
kamu benar benar akan pergi?
tidak lagi menemani akhir pekan ku dengan kekonyolan petualanganmu?
kenapa rasanya dadaku sesak seperti kehilangan kekasih? padahal kita tidak pernah saling mencintai? baru kali ini aku mengalami hal seperti ini..
lamat lamat tergiang dalam telingaku senandung lagu..
bila sudah tak mungkin...
hasrat cinta menyatu..
walau rasa itu masih ada
bahkan tlah jadi bagian dalam hidupku
andai ku bisa menyusun nada, akan kutulis syair untukmu..
kuharap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti...
trimakasih sudah menemaniku 3 tahun ini...
peppy...aahhh..lebay rasanya menangis untukmu...
(ditulis setelah menyaksikan episode terakhir Peppy the explorer)
Dari
lingkungan hidupnya…anak- anak belajar…
Jika anak biasa hidup dicacat dan dicela,
kelak ia akan terbiasa menyalahkan orang
lain…
Jika anak biasa hidup dalam permusuhan,
kelak ia akan terbiasa menentang dan
melamun…
Jika anak biasa hidup dicekam ketakutan,
ia akan terbiasa merasa resah dan cemas…
Jika anak biasa hidup dikasihani,
ia akan terbiasa meratapi nasibnya sendiri…
Jika anak biasa hidup diolok-olok,
ia akan terbiasa menjadi pemalu…
Jika anak biasa hidup dikelilingi perasaan
iri.
ia akan terbiasa merasa bersalah…
Jika anak terbiasa hidup dimengerti dan
dipahami,
kelak ia akan terbiasa menjadi penyabar…
Jika anak biasa hidup diberi semangat dan
dorongan,
Kelak ia akan terbiasa percaya diri…
Jika anak biasa hidup banyak dipuji,
Kelak ia akan terbiasa menghargai…
Jika anak biasa hidup diterima oleh
lingkungannya,
Kelak ia akan terbiasa mencintai…
Jika anak biasa hidup tanpa banyak
dipersalahkan,
Kelak ia akan terbiasa senang menjadi dirinya
sendiri…
Jika anak biasa hidup mendapatkan pengakuan
dari lingkungan,
Kelak ia akan terbiasa menetapkan sasaran
langkahnya…
Jika anak biasa hidup jujur,
Kelak ia akan terbiasa memilih kebenaran…
Jika anak biasa hidup diperlakukan adil,
Kelak ia akan terbiasa dengan keadilan…
Jika anak biasa hidup mengenyam rasa aman,
Kelak ia akan terbiasa percaya diri dan
mempercayai orang orang di sekitarnya..
Jika anak biasa hidup di tengah
keramah-tamahan
Kelak ia akan terbiasa berpendirian “
Sungguh indah dunia ini…”
Terjemahan bebas dari
Dorothy Low Nolte, 1982, Children Learn
What They Live With
Jumat, 27 Januari 2012
catatan tertinggal
catatan tertinggal
akhirnya tiba saat berpisah
terputus sesuatu yang pernah bertali
antara waktu, jarak dan peristiwa
kuberharap atas itu
ia menetap dalam diri
aku menetap pada hatinya
waktu saat berlalu
kau bisa mengantar pagi
aku tak sempat mengucap salam
tak pernah kuberpisah sedalam ini
daunan berderai jauh berkata
ku antar saat kembali
ku antar saat kembali...
just story
Hari mulai senja ketika dia datang menghampiriku..
Dengan mata sembab karena habis menangis, aku menemuinya. Senyumnya kali ini, tak lagi mampu menenangkan galau di hatiku.
Kenapa
tanyanya, mungkin dia heran melihat rambutku yang awig awig, mata yang
merah dan sembab, dengan hidung bulat yang tak berhenti berair…
Uuhh.. seperti baru sekali ini saja dia melihat aku menangis..
Lalu seperti tsunami, ceritaku tumpah dan mengalir begitu saja, cerita tentang kamu…
Awalnya aku tidak menyadari kalau kamu ada…
Padahal
sudah bertahun tahun kamu hadir di sekitarku. Selalu siaga tiap ku
membutuhkanmu. Jarak kita hanya di ujung handphone. Rumahmu di sana,
rumahku di sini, masih satu kota, tapi di kotaku, jarak tidak dilihat
dengan satuan kilometer, melainkan dengan satuan waktu… Jarak yang
begitu dekat bisa ditempuh dengan waktu berjam jam jika jalan raya sudah
ber”anak” begitu banyak.. Apalagi jarak rumah kita memang berjauhan..
Tapi itu tidak jadi halangan bagimu untuk datang ke rumahku.. Hanya aku
yang terkadang tidak tega bila membayangkannya…
Herannya, aku tetap tidak menyadari kalau kamu ada…
Kamu
suka membantuku bekerja. Kamu suka menemaniku berkelana mencari calon
“anak” kita (bagaimana kalau “anak” kita nanti minta adik?). Kamu suka
menemaniku melihat kemilau lampu kota di malam hari. Kamu suka
menyediakan telingamu untuk mendengar ceritaku, amarahku, tangisku,
tawaku…
Herannya,aku tetap tidak menyadari kalau kamu ada…
Selera music kita sama. Selera buku kita juga sama. Dan kita sama sama suka menikmati keindahan semesta…
Herannya, aku tetap tidak menyadari kalau kamu ada.. maafkan aku ya..
Itu mungkin karena kita tidak berhubungan setiap saat, tidak bertemu tiap saat… Kita punya dunia masing masing..
Sampai
ketika suatu saat kebersamaan kita lebih lama dari biasanya, kedekatan
kita mulai membuatku menyadari bahwa kamu ada… namun, hanya sesaat,
setelah itu, tiba tiba kamu menghilang, seperti asap tertiup angin…
Ku
tanya pada hujan dan matahari, apa salahku? Hujan diam, menyuruh angin
menjawab dengan derunya, matahari berpaling, menutup dirinya dengan
selimut mendung. Tak ada yang memberi jawab…
Kuteriakan namamu pada laut..tapi ombak menyapu semua suaraku...
Lalu semua menjadi sepiii..
Dan aku tau.. kamu sudah benar benar pergi… dari hatiku..
Tangisku
tak tebendung lagi..sakitnya mengatakan hal itu.. belum sempat
kunikmati indah hadirmu.. Kalau saja aku bisa mengulang sang waktu, akan
ku nikmati setiap detik bersama denganmu...
Tangisku mereda, hidung jambuku mampet dan membuatku sulit bernafas..apalagi berkata kata..
Tapi dia tersenyum dan perlahan berkata…
-
Dasar gadis bodoh…dia jatuh cinta padamu… tapi dia tahu, takkan bisa
memilikimu.. hatinya terluka, karena itu dia pergi... beri dia sedikit
ruang dan waktu, berdekatan denganmu, hanya akan meneggelamkan dirinya
pada luka yang yang lebih dalam
Aku
terkejut..seperti kepingan puzzle berantakan, perlahan semua mulai
tersusun menjadi suatu gambar.. namun dari bibirku meluncur kata..
Tapiii….
-
Tidak ada tetapi…itu yang terjadi titik.. berhentilah menyalahkan
dirimu sendiri..jangan menangis lagi, jangan menerka nerka sebuah
jawab.. apalagi jika jawab yang kau terka, hanya akan menyakiti hatimu
saja…
Katakan, mengapa dia bisa jatuh cinta padaku?
- Itu karena kamu begitu mudah untuk dicintai… tidakkah kamu menyadarinya??
Kalau begitu, berjanjilah padaku, jangan jatuh cinta padaku yaa…aku hanya ingin hadirmu..
- Terlambat gadisku, aku sudah jatuh cinta padamu sejak duluuu….
Perlahan kudengar sebait lagu lawas mengalun membawa pergi bayangamu…
Cukup bagiku hadirmu
Membawa cinta selalu
Lewat warna sikap kasihku
Kau ungkap tlah terjawab.........
sebuah cerita yang tak sempat dibagi
Rindu....
Pernahkah tuan mendapat cinta
mendapat kasih semalam saja
setelah pagi tuan di pinta
pergi jauh berkelan kembara
Tuan berangkat berputus asa
bah'gia habis sudah melayang
sedang hati terlalu terpaksa
memandang kenangan terbayang bayang
(Sanusi Pane, Madah Kelana)
Puisi
itu ku ambil dari sebuah buku tua, yang kumiliki sejak 20 tahun
lalu..buku kumpulan puisi, yang sebagian ku karang sendiri dan sebagian
dari syair pujangga, mereka yang bisa bertutur sangat indah dalam
mewakili rasa.
Entah kenapa, kebersamaan denganmu mampu mengilhamiku untuk mulai menulis lagi.
Awalnya
mungkin karena rindu, yang terasa perih dan menyesakkan dada, bukankah
aku sudah pernah bilang, aku tidak suka merasakan rindu. Walau itu untuk
kamu...
Aku rindu terjaga dan melihatmu sedang menatapku dalam dalam, seolah menghitung tipa helaan nafasku..
Aku
rindu semua nasihat, omelan, kicauan, auman dan geraman mu yang tak
lelah mengingatkan aku, semua seperti musik yang merdu bagi jiwa..
Aku
rindu genggaman tanganmu yang hangat dan usapan yang lembut di punggung
tanganku, karena membuatku merasa terlidungi, seolah tanpa kata kamu
bicara,
"tenang saja, tak usah takut, ada aku di sini, semua akan baik
baik saja.."
(mengingatnya kembali membuat mataku berkaca kaca)
Aku rindu caramu memakaikan kaus kaki pada kaki ku yang dingin..
Aku rindu caramu menyusun tumpukan bantal untukku bersandar..
Aku rindu tangan gemetarmu yang menyuapiku sesendok teh hangat untuk mengaliri tenggorokanku yang kering..
Aku rindu caramu menemukanku di tengah keramaian sejuta orang...
(bagaimana bisa? tanyaku...Jelas bisa, karena pandanganku tak pernah lepas darimu.. itu jawabmu..
Ahh mengapa waktu itu aku tak mampu merasa jika semua istimewa..)
Seperti dalam satu sapuan lukisan, kebersamaan kita adalah sebuah lukisan yang indah dalam garis, detail dan warna.
Dari awal sampai akhir, hanya indah yang ada..
Semoga begitu juga untukmu..
Tak ada pesta yang tak usai..
Demikian juga cerita kita..
(buat kamu yang sudah berbeda dunia denganku..)
Berapa menit ?
itu tanya para dewa padaku...
ku jawab...
maaf aku tak tau...
carilah tau....sambung mereka...
ku ketuk 1 pintu, tidak ada yg membuka
ku ketuk pintu lain, hanya sunyi yg ada
tak kunjung menyerah, walau tanganku sudah lelah ..
ku ketuk pintu pintu yang ada, mengharap iba dari mereka..
tapi pintu pintu itu cuma memberiku hening
sampai akhirnya
di detik detik terakhir batas jawabku....
perlahan sebuah jendela terbuka...
dan tiba tiba...tembok tembok itu runtuh..
dengan pintu pintu yang tetap tertutup di depannya...
just a little
little drop of water
little grain of sand
little deed of kindness
little act of love
make this earth
a heaven above
little grain of sand
little deed of kindness
little act of love
make this earth
a heaven above
Langganan:
Postingan (Atom)