Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 07 Oktober 2014

Ku tak ingin bertemu pagi

Rasanya seperti mimpi..aku ingin terbangun dan semua baik baik saja.
Ya, aku mengerti  apa yang kamu rasa, jawabnya.
Hmmmm...aku berusaha menarik nafas panjang. 
Kami duduk berdampingan di atas perahu yang terombang ambing diayun ombak. Malam ini langit gelap. Tak banyak bintang dan tak ada purnama perak. Sesekali kedip sinar lampu terlihat dari kejauhan. Mungkin perahu nelayan, bagan atau tongkang. 
Kusandarkan kepalaku di bahunya. Tangannya semakin erat menggenggam jemariku.
Bagaimana jika aku mati? Kataku menahan pedih.
Dia diam. Dibelainya rambutku.
Yang penting sekarang kamu hidup, berlakulah seperti orang yg masih hidup.
Aku takut...
Ya aku tahu, katanya seraya mengecup dahiku.
Aku ingin ditemani jika saat itu tiba.
Ya pasti, jika saja aku tahu kapan waktuNya... sayangnya aku tidak tahu. Dan bukan tak mungkin juga aku yang pergi lebih dulu? Biarlah itu menjadi rahasiaNya.
Ingatanku melayang ke beberapa hari yang lalu saat dokter mengatakan bahwa aritmia yang kuderita adalah jenis yang berbahaya. Karena bisa mengakibatkan kematian mendadak. Sudden cardio death. 
Saat ini tak bisa lagi aku bercanda, mati ya mendadak..masa bilang dulu?
Rasanya hidup menjadi murung dan kelabu. Aku bahkan tak bisa menangis, walau dadaku penuh hingga terasa sesak... Aku sedang tak ingin dinasehati, diberi saran tentang pengobatan alternatif, dll. Aku butuh waktu untuk mencerna semua ini. Dan dia mengerti itu. Dia mengerti sakitku, dia tidak takut dan tidak menghindariku, dia berusaha mencari waktu untuk bersamaku di tengah pekerjaannya yang sangat padat. 
Sementara beberapa temanku malah kabur ketakutan, karena tidak ingin "repot" jika tiba-tiba aku mati saat sedang bersama dengan mereka. Bagiku orang seperti itu pengecut sekali. Tidakkah mereka tahu, aku tidak bisa memilih dimana, kapan dan dengan siapa saat terakhirku (kecuali tentu saja kalau aku bunuh diri).Kalau aku bisa memilih, tentu saja aku ingin mati dalam pelukanmu, seperti di film-film itu.

Semilir angin malam seperti berusaha menyejukkan hatiku. Dia memelukku lebih erat. Dari smartphone diputarnya sebuah lagu dan dia ikut bersenandung menyanyikan lagu itu.



Tidurlah di pelukku, hempaskanlah laramu.
Keluhkan semuanya sampai nanti terlupa
Berjanji besok tak perlu ada airmata lagi...
Tersenyumlah saat kau bisa
Yakinlah sedih akan berakhir
Karna hidup ini indah
Jika muram terasa, dengar nyanyian hati
Semua baik saja, asalkan kau percaya.
Berjanji esok tak perlu ada airmata lagi
Tersenyumlah saat kau bisa
Yakinlah sedih akan berakhir karna hidup ini indah
Tersenyumlah saat kau bisa
Yakinlah sedih akan berakhir karna hidup ini..
Bernyanyilah selagi sempat 
Yakinlah lara akan berlalu karna hidup ini indah

Tuhan, kalau ini jadi hari terakhirku, aku tak ingin bertemu pagi. Biarlah selamanya malam. Tapi jika Kau beri aku sehari lagi, ijinkan aku tetap mencintanya.