Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Rabu, 08 Februari 2012

Mamaku


Dia mamaku. Mungkin mama paling aneh sedunia. Duniaku.
Mamaku suka sekali dengan alam, tumbuhan dan hewan.
Sejak kecil aku sudah di ajak berjalan jalan ke hutan, bermain di air terjun, memandangi hujan, sampai berenang di laut.
Bahkan waktu aku di perut, mamaku masih naik gunung lho! Gunung Salak katanya..
(ssst...jangan bilang bilang ya, sebenarnya daripada jalan jalan, aku lebih suka main PS hihihihi.... tapi aku suka qo menemani mamaku jalan jalan, karena aku sayang mamaku).

Mamaku juga suka berkebun, di rumah kami yang lama, mama menanam 5 pohon cemara angin, walau ditanam dalam pot, tapi daunnya rimbun. Tapi cemara cemara itu, selalu kering setiap mama pergi ke luar kota. Daun daunnya yang halus itu berguguran.  Padahal si mbak tetap menyirami setiap hari. Kalau mama pulang, cemaranya akan menghijau lagi.
Kata mama, mungkin cemaranya  rindu sama mama. Hmm, masa pohon bisa merasakan  rindu? Heran yaa...

Dulu mama tidak suka menanam bunga, karena tidak mau kecewa kalau harapannya pupus. Sudah lama menunggu dan berharap, tapi jika tidak kunjung berbunga, pasti sedih..
Yaah terang saja tidak berbunga kalau yang ditanam raflesia arnoldi..hahaha... 
Tapi sekarang mama punya pohon kamboja kuning. Seperti yang di Bali. Mama dari dulu suka Bali. (Bali bagus, Joger jelek...hihihi itu kata tulisan di kaus joger mama)

Mama juga punya banyak hewan peliharaan,  mulai dari hamster, kelinci, kura kura, anjing, sekarang lintah...! Iyaa lintah.. yang geli geli itu...
Awalnya tiap pagi ada sepasang burung gereja yang suka "twitteran" di pohon cemara. Lalu mama menebarkan nasi dan beras supaya dimakan burung burung itu. Tapi ternyata bukan burung saja yang suka nasi, lintah juga suka! Mama menamainya lintah hopeless.. (ohya mama selalu menamai semua hewan peliharaannya, bahkan boneka bonekanya).  Sekarang lintah hopeless sudah punya istri dan dua anak. Dia sudah tidak hopeless lagi, kata mama. Sudah jadi keluarga bahagia yang setiap pagi merayap di tembok rumahku.

Pasti teman teman ingat lagu ini :
Cicak cicak di dinding
diam diam merayap
datang sebutir nasi
hap...lalu di lahap...

Dulu sewaktu kecil, kalau aku menangis mama akan menghiburku dengan lagu itu. Aku digendongnya, dan sebelah tangannya yang lain memegang setangkai lidi yang di ujungnya ditempelkan sebutir nasi. Lalu mama akan mencari cicak dan menjulurkan tangkai lidi itu. Cicak akan merayap mendekat dan hap.. sebutir nasi itu dilahap... Lalu aku akan tertawa terkekeh kekeh dan berhenti menangis.. Aku saayaaang mamaku..

Sekarang mamaku suka sakit, kalau sakit mama akan mengurung diri di kamar. Mama akan keluar kamar, kalau mau mandi saja. Mama suka malas napas, tapi tidak pernah malas mandi. Sebenarnya aku mau menemani mamaku, tapi mama lebih suka ditemani 'bahlul' di saat saat seperti itu. Bahlul itu boneka anjing yang besaar, tidak suka pakai baju, hanya pakai celana dalam tapi tidak pernah kembung masuk angin.

Mama juga suka marah, kalau marah suaranya naik dua oktaf, aku takut sekali. Tapi marahnya tidak pernah lama. Dan setelah marah biasanya mama akan menulis surat cinta untukku. Aku suka sedih membacanya dan kami berbaikan kembali.

Aku pernah bertanya pada mama, mama ingin aku menjadi apa setelah besar nanti?
Mama bilang, 'mama hanya ingin aku bahagia...'
Kemudian aku bertanya lagi, apa itu bahagia?
Mama bilang ;
bahagia itu seperti anak yang sudah rajin belajar dan menjadi juara kelas,
bahagia itu seperti orang yang kena bencana alam tapi masih  bisa tertawa,
bahagia itu seperti bunga liar yang tumbuh di tepi jalan, tidak ada yang menanam, tidak ada yang menyiram tapi tetap indah..
bahagia itu seperti burung yang berkicau tiap pagi di pohon cemara..
bahagia itu......
bahagia itu....
ahhh mama, mendengarnya aku jadi mengantuk....
besok saja mama sambung lagi cerita tentang bahagianya, sekarang aku bobo dulu yaa..
aku sayang mama...mmuuaach...