Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 18 Februari 2013

Surat untuk sahabat

Untuk sahabatku yang selalu gelisah dan punya sejuta tanya tentang dunia.
Mari ke sini, duduklah di sebelahku. Kita berdiam diri sejenak, nikmati suasana pantai pagi ini. 
Coba kamu lihat, di sana ada sepasang kakek dan nenek yang tengah mencari ganggang. Dengan kaki tertatih dan tangan yang ringkih, mereka mengais gangang sebelum pasang tiba. 
Baju mereka kumal dan warnanyapun sudah pudar, bahkan mereka tidak memakai topi sebagai tabir surya, sehingga kulit mereka menjadi legam bagai tembaga.  
Perhatikan saja dan biarkan pikiranmu berkelana hingga akhirnya lelah.

Pejamkan matamu, dengarkan debur ombak yang nadanya tidak pernah sama, walaupun dia datang berulang ulang. Nikmati gemuruhnya. 
Walau kamu tahu buihnya bagai memburumu sedari jauh, tapi pasti menghilang setelah dekat. 
Tak perlu menghindar, pagi ini ombak tak mampu menyentuh kaki kaki renta pencari ganggang, apalagi menyentuh sepasang kakimu yang kokoh dan siap berlari.

Sekarang bukalah matamu, mungkin sedikit pusing karena sinar mentari pagi sudah tidak malu malu lagi menyapa. Warnanya indah berpendar menyebar, menyinari semua belahan dunia, berbagi cahaya untuk orang baik maupun orang jahat. Penuh kearifan alam. 
Sama seperti laut yang menerima buangan buruk dari darat, limbah dan  sampah. Tetapi dikembalikannya pada kita semua kekayaannya yang berlimpah. Tidak dibalaskannya setimpal dengan perbuatan kita.

Sahabat, aku bukan hendak memberimu nasihat, karena kamu tak perlu amanat. Aku hanya ingin menemanimu sesaat.
Setelah ini, kamu akan pulang, mungkin akan kembali gelisah dan penuh dengan sejuta tanya. Tak mengapa. 
Datanglah lagi ke sini jika jenuhmu mendera. 
Butiranku tak akan pernah habis untukmu.

Sahabatmu,
pasir lada...