Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 29 Oktober 2013

kelas yoga sabtu pagi

Katakan bagaimana caranya agar aku amnesia,
supaya aku dapat melupakanmu.
Sementara setiap akhir minggu, 
kutenang di rumah tempatmu tumbuh.
Saat lagu mengalun lembut,
dan hanya degup jantung yang terasa,
bukan hening yang ada.
Tapi bayangan masa kecilmu,
berlarian dalam pikiranku.
Dan di sinilah aku sekarang,
melepas rinduku tanpa hadirmu...

Minggu, 20 Oktober 2013

Tahun nano nano


Di penghujung tahun yang masih tersisa dua bulan lagi, tiba tiba tersirat dalam pikiranku, betapa banyak hal yang sudah terjadi selama tahun ini. Untukku yang tidak suka merenungi berlalunya kehidupan, kali ini aku cukup terpana saat menyadari betapa tahun ini punya beragam rasa. Seperti permen nano nano, manis asam asinnya ada di tahun ini.

Di awal tahun aku berkenalan dengan teman-teman yang membuka duniaku melalui pintu yang lain. Pintu yang selama ini tertutup rapat. Teman-teman dengan pemikiran yang tidak biasa, berbeda dengan lingkunganku selama ini. Mereka membuatku merasa tidak "aneh" sendiri. Mungkin karena mereka sama anehnya denganku, hahaha...

Di tahun ini, aku juga bertemu cinta lagi.... 
Aku dua kali jatuh cinta tahun ini. Genit sekali ya aku ini. Hihihi...
Aku jatuh cinta pada laut, pada heningnya, birunya, ombaknya, terumbu karangnya, ikan-ikannya, pasir pantainya, hangatnya, semilir anginnya, lengket uapnya, cara mengamuknya, badainya dan semua yang ada padanya.
Aku juga jatuh cinta padamu. 
Pada lelaki yang mampu membuatku terpana dengan sikap patriotiknya. Ohoho.. aku tahu kamu tidak mau disebut "hero", baiklah...
(aku tak perlu membahasmu panjang lebar di sini kan? Karena kamu sudah/akan cukup banyak terungkap dalam alinea-alinea ceritaku, bait-bait puisiku dan lagu-laguku).

Tahun ini adalah tahun berkegiatan untukku....
Kadang kulupa dengan sakitku, saat aku snorkeling, hiking, kemping atau outing. Semua kulakukan dengan senang hati, sampai tiba-tiba aritmia dan syncope mejatuhkanku, KO!! hehehe..
Dan dokter akhirnya memutuskan untuk menanam alat perekam jantung yang punya nama keren, Implantable Loop Recorder (ILR) di dadaku awal November nanti. Alat ini membantu mereka mendiagnosa hal abnormal pada jantungku. Dari hasil itu dokter bisa menentukan apakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan. Tentu saja setelah alat ini tertanam, ada beberapa hal yang tidak sama lagi, setidaknya untuk 3 tahun ke depan.
Aku tidak boleh melewati metal detektor dan menghindari medan magnet, atau apapun yang bisa mengacaukan hasil rekaman dan menyebabkan gangguan pada alat tersebut. 
Tidak bisa lagi memanggul ransel atau mengangkat beban berat yang bertumpu pada bahu dan beberapa larangan lain yang sama seperti para pemakai pacemaker hindari.
(Semoga dokter tidak melarangku bercinta, walau karena itu mungkin mereka akan menemukan rekaman degup abnormal di saat tertentu. Hahahahaha.. ;)

Di tahun yang sama, teman temanku juga mengalami beragam peristiwa dalam hidup mereka, ada yang bercerai dengan pasangannya dan ada yang justru baru melepas keperjakaannya (hahahaha...semoga dia tidak baca ini). Ada yang putus dengan kekasihnya dan mendapat kekasih baru. Ada yang resign dari pekerjaannya dan meneruskan kuliah lagi. Ada yang meninggal dan ada baru mendapat bayi. Ada yang baru memulai usaha, ada juga ada yang pailit. Ada yang sakit, ada yang survive dari penyakit. Ada senang, ada susah, ada biasa-biasa saja, tapi semua jadi luar biasa bukan?

Masih ada dua bulan sebelum tahun ini berakhir, banyak hal bisa terjadi. Tugasku hanya menjalani dan menikmati manis asam asinnya. 
Yang jelas, aku sendiri memutuskan untuk berbahagia. 
Hidupku sempurna karena tidak sempurnanya.

Selasa, 15 Oktober 2013

Lelaki itu kamu...


I See The Light - Tangled
All those days watching from the windows
All those years outside looking in
All that time never even knowing
Just how blind I've been
Now I'm here, blinking in the starlight
Now I'm here, suddenly I saw
Standing here, it's all so clear
I'm where I am meant to be

And at last I see the light
And it's like the fog has lifted
And at last I see the light
And it's like the sky is new
And it's warm and real and bright
And the world has somehow shifted
All at once everything looks different
Now that I see you
 

All those days chasing down a daydream
All those years living in a blur
All that time never truly seeing
Things, the way they were
Now she's here shining in the starlight
Now she's here, suddenly I new
If she's here it's crystal clear
I'm where I'm meant to go
And at last I see the light
And it's like the fog has lifted
And at last I see the light
And it's like the sky is new

 And it's warm and real and bright
And the world has somehow shifted
All at once, everything looks different
Now that I see you 


Kali ini aku ingin menulis tanpa frasa, tanpa tata bahasa, tanpa runutan cerita. Kali ini aku hanya ingin menumpahkan semua rinduku untukmu.

Untuk seorang lelaki yang punya cita cita sama denganku, memiliki sebuah kabin di gunung, dekat air terjun atau tepi kebun teh. 
Kabin yang bisa membuat kita malas kemana-mana karena terlalu nyaman menikmati indah dan heningnya alam.
Mungkin lucu kalau kita bisa bertetangga atau berbagi atap bersama.
Hahahaha, aku tahu..tidurmu tak akan bisa nyenyak bila di dekatku. Entah karena kuatirmu atau karena menahan deru yang membuat degup dadamu bergemuruh. 

Ya, rindu ini sedang hebat-hebatnya...perih seperih-perihnya... 
Rindu pada seorang lelaki yang mencari bintang untuk membuatku tetap terjaga saat kakiku rasanya tak kuat lagi melangkah. 
Lelaki yang ingin kutiduri bidang dadanya yang pernah terluka dan menyisakan jaringan parut sebagai akibatnya.
Lelaki yang awalnya ragu untuk mencium bibirku, namun penuh kehangatan saat memeluk tubuhku dan mampu membuatku menyerahkan diriku utuh penuh....
Lelaki yang ingin kujaga baik-baik hatinya yang pernah terluka.
Lelaki yang kemudian pergi berkelana dan meninggalkan aku dalam lautan rindu tak bertepi.

Kamu tahu, betapa inginnya aku untuk bertemu denganmu lagi. Menghabiskan waktu bersama di tengah laut biru, atau di bawah kerlip bintang, memandangi kelam malam yang dihiasi pemandangan lampu kota yang membentang. 
Atau sekedar duduk di sofa sambil menonton film animasi. Mendengar suara beratmu, tawa terbahakmu dan celetukan spontanmu yang kerap membuatku terpingkal-pingkal. 
Memandang matamu yang begitu hitam, mengelus rambutmu, memijit punggungmu, mengecup telingamu dan bersandar dalam rengkuhanmu.  

Bersamamu aku tak takut apapun, bahkan kematian sekalipun. Kita ini orang-orang yang dijauhi agen asuransi jiwa. Hahaha.. Karena itu aku merasa aman dan nyaman bersamamu, apalagi jika hanya untuk mencoba hal hal baru atau mendatangi tempat baru, kamu adalah orang yang tepat untuk menemaniku.

Aku bahagia bersamamu, aku tahu kamu juga demikian, aku ingat betul bagaimana kamu mengatakannya. Betapa kita menikmati detik demi detik kebersamaan kita. Seolah hari itu adalah satu satunya hari dalam hidup kita. 
Aku mengerti, aku harus sabar menanti. Menunggumu menyelesaikan tugasmu yang bagai cerita dongeng untukku.
Dan aku ingin ketika kamu kembali, perasaanmu tidak berkurang terhadapku melainkan bertambah dengan cinta yang lebih berlimpah. 

Akhirnya kututup tulisan ini dengan sebuah pinta.
Tuhan, terimakasih Kau ijinkan aku mengecap cinta, ijinkanlah juga aku untuk memilikinya...

(ini aku yang sedang rindu padamu, lelakiku...)

Sabtu, 05 Oktober 2013

Cinta tak pernah salah

Matanya berbinar saat sedang bercerita, celotehnya banyak, kalau bicara bentuk mulutnya lucu, membuatku gemas ingin mengecupnya. 
Aku mengenalnya saat menonton pagelaran wayang beber. Pertemuan demi pertemuan berlanjut. Pernah suatu saat aku agak mabuk, karena tidak terbiasa minum minuman keras. Saat teman-teman lain mengolok-olokku, dia yang menenangkan dan memberiku minum untuk menetralkan efek alkohol yang membuat panas wajahku. Dia sendiri tidak menyentuh minuman itu sama sekali. Itulah saat pertama aku mulai menyukainya. Perhatiannya tulus.

Tiada hari tanpa kabar, tanpa cerita. Banyak topik yang bisa jadi bahan perbincangan kami. Aku selalu rindu berbincang dan mendengar suaranya. Dia malah terkadang jatuh tertidur saat berbincang denganku. Katanya suaraku membuatnya tenang dan mengantuk.
Tapi dari semua topik yang kami bicarakan, yang sangat menyakitkan hatiku adalah saat dia mulai bercerita tentang kekasih barunya. Dia bercerita begitu detail apa saja yang dia rasakan dan mereka lakukan bersama. Ada gemuruh yang siap meledak di dalam dadaku saat seperti itu. Tapi aku mampu menahan diriku.  

Kami kerap menghabiskan akhir pekan bersama, dia akan mengajariku berenang. Ya..aku memang tidak bisa berenang. Dia akan memegang tanganku dan menariknya sementara aku belajar mengayuh kakiku. Berkali kali aku meminum air kolam. Dia hanya tertawa jika melihatku tersedak. Katanya itu biasa bagi pemula. 

Biasanya setelah kami berenang, kami akan kelelahan dan akan menghabiskan waktu di kamarnya yang sejuk, sambil mendengarkan lagu lagu cinta. Damai sekali rasanya bisa berada sedekat ini dengannya. Berbaring di dekatnya membuat degup jantungku tak teratur. Aku ingin memeluknya, menyentuhnya, menciumnya. Betapa aku berharap dia mempunyai perasaan yang sama denganku. Jika kutatap matanya dalam dalam saat bercerita, dia akan segera berpaling menghindari tatapanku yang seolah terpaku padanya. 

Hari ini setelah lelah kami sirna, dia berkata padaku. 
Kamu itu kenapa tidak suka bersolek? Setidaknya pakailah bedak atau lipstik. Kamu tak membutuhkan banyak riasan karena kamu sudah cantik. Alami. 
Lalu dia mengeluarkan alat alat kosmetik miliknya dan mulai mendandani aku. Kubiarkan saja tangannya melukis wajahku. 

Ya, inilah aku. Panggil saja aku Nita. Dan gadis manis yang sudah membuatku jatuh cinta itu bernama Lara.
Aku tahu cinta tak pernah salah.
Betapa ingin kuungkap semua rasaku untukmu...

Jumat, 04 Oktober 2013

Humpty Dumpty

Humpty Dumpty sat on a wall
Humpty Dumpty had a great fall
All the king's horses and all the King's men
Couldn't put Humpty together again......


Perlahan lagu kanak kanak tentang manusia berkepala telur itu tergiang di telinga Asa. Ditatapnya lelaki yang sedang tertidur pulas di sisinya. Bentuk kepalanya oval, seperti telur...seperti humpty dumpty. Asa tersenyum sendiri menahan tawa, agar tidak membangunkan lelaki itu. Kedua lengan lelaki itu masih memeluknya, seolah hendak melindunginya dari dingin malam yang menusuk tulang.
Kelopak matanya seperti mata wayang, panjang segaris dan tengah terpejam, Asa bisa merasakan hangat hembusan nafasnya.
Di luar tenda, suara jangkrik hutan bernyanyi tanpa mampu menghilangkan senyap yang ada.

Asa belum terlalu lama mengenal lelaki itu. Tapi dia dengan mudah mengambil hatinya. Asa tidak mudah jatuh cinta, karena hatinya pernah sedemikan patahnya. Bukan hal yang bersifat fisik dan materi, tetapi sikap dan perlakuan lelaki itu terhadapnya yang bisa membuatnya kembali luluh.

Lelaki itu lucu, celotehannya bisa membuat Asa terpingkal-pingkal. Asa nyaman berada di dekatnya, apalagi setelah pada suatu saat ketika sakitnya kambuh, lelaki itu dengan tenang merawatnya dan tahu apa yang harus diperbuat. Dia bukan dokter, Asa bahkan tidak tahu apa pekerjaannya. Dia bisa berada di mana saja. Bisa berhari hari tanpa kabar, bisa juga berhari hari menemaninya bercengkerama dengan alam.
Seperti hari ini. 

Ketika berkemah kembali, nyaris hanya tinggal mimpi bagi Asa, lelaki itu membuatnya terwujud. 
Tertatih menuju air terjun, yang baginya sebagai pendaki hal itu dulu adalah pekerjaan mudah. 
Duduk bersandar di batu besar menikmati kerlip bintang, riak sungai kecil, dan sepasang kunang kunang yang terbang di gelap malam. 
Menyusuri hutan keramat, melihat monyet-monyet yang sedang bermain di dahan, sampai mencium aroma wewangian yang mengikuti sepanjang perjalanan, yang entah darimana asalnya. 
Memadang lampu kota dari ketinggian. 
Menikmati hujan dan dingin malam di tengah perkebunan teh, semua mereka lakukan bersama.

Pernah Asa bertanya, apakah lelaki itu peduli padanya?
Dia hanya menjawab dengan lugas, bagian mana yang membuatmu tidak mengerti?
Asa terkejut dan terdiam, berusaha mengartikan maksud dari kalimat itu.
Tidak ada kata cinta atau sayang yang diucapkan, yang bisa membuatnya teryakinkan.
Karena memang sulit baginya untuk mempercayai begitu saja bahwa semua tindakan yang dilakukan lelaki itu berdasarkan cinta.
Ah sudahlah pikirnya. Biarkan semua mengalir saja.
Bagi Asa hampir semua mimpinya sudah menjadi nyata...
Tinggal permintaannya terakhir, bahwa Asa ingin menghabiskan hari harinya dengan orang dia cinta dan mencintainya. Apakah lelaki ini jawabannya? Asa tidak tahu. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apapun. 

Sekembalinya dari perjalanan itu, mereka sudah merencanakan perjalanan berikutnya dan kegiatan bersama yang membuat hidup terasa lebih bermakna. 
Sampai suatu ketika, sebuah pesan singkat Asa terima....
Maaf, aku mendapat tugas. 
Aku harus berangkat. 
I'll be right back..

Berangkat? Ke mana? Sampai kapan? Ada apa ini? Bagaimana dengan rencana kita? Kegiatan kita? Apakah kita akan bertemu lagi? Apa sebenarnya tugasmu? Bisakah kamu menjaga dirimu untukku? Apakah semua ini hanya kebohongan semata?
Sejuta tanya menyeruak, tapi tanpa jawab...
Komunikasi mati...
Asa merasa sangat kecewa. Belum tuntas bahagia yang baru saja direguknya. Hatinya kembali patah.

****

Di sebuah hutan di perbatasan negara, beberapa orang berdiri dengan senjata di tangan, dan seseorang di antaranya menodongkan senjata di kepala telur seorang lelaki bertubuh tegap dan memaksanya untuk berjalan hingga ke bibir jurang yang tak terlihat dasarnya. 
Lelaki itu teringat sepasang kunang kunang yang membuat kekasihnya begitu bahagia.
Lelaki itu masih bisa merasakan harum aroma rambut kekasihnya, lembut bibirnya, lengan dinginya, dan kerapuhan yang membuatnya selalu ingin menjaganya. 
Lelaki itu teringat janjinya untuk kembali. Janji yang begitu ingin dia tepati.

Dalam satu hentakan tembakan, semua ingatan itu hilang. Tubuh perkasa itu terlempar ke dalam gelap jurang. 

Ratusan kilometer dari tempat itu, sebuah lagu tergiang di kepala Asa. Sebuah lagu kanak kanak yang baginya menjadi sebuah pertanda entah apa.....

Humpty Dumpty sat on a wall
Humpty Dumpty had a great fall
All the king's horses and all the King's men
Couldn't put Humpty together again......