Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Sabtu, 26 Januari 2013

cucok...

Kita ini memang pasangan yang pas.
Kamu suka memotret, aku suka dipotret. 
Kamu suka bermain musik, aku suka bernyanyi.
Kamu suka makan, aku suka memasak.
Kamu suka membeli buku, aku suka membaca.
Kamu pendiam, aku cerewet.
Kamu gampang tidur, aku suka gangguin orang tidur.
Kamu orang rumahan, aku suka kelayapan.
Kamu yang jaga rumah, aku yang jalan jalan. 
Kamu pandai mencari uang, aku pandai menghabiskannya....
Pas bukan....hehehehe...

Curahan hati seekor sapi



Tuan, jikalau kiranya tuan berkenan, dengarlah lenguhan kami, sapi sapi peliharaan tuan.
Kami tahu, kami hanya sapi, walau demikian, tidak cukup jika hanya tuan diberi rumput. 
Kami tetap  perlu diperhatikan, diajak bicara, disayangi dan dilindungi.
Begitu sulitkah bagi tuan untuk memahami kebutuhan kami? 
Ketika semua asa pupus dan batasannya adalah realita, hati kami menjerit. 
Tidak bisa percaya lagi bahwa tuan mampu memperlakukan kami dengan sebaik baiknya, selayaknya sapi.
Tolong buka mata tuan...
Kami tidak meminta tuan untuk membuka hati, karena kami tahu tuan tidak punya hati untuk kami.
Tapi setidaknya jika tuan masih punya mata, tuan bisa melihat bahwa kami ada.  
Tolong luangkan sedikit saja waktu tuan, sebelum semua menjadi benar benar asing.
Luangkan waktu bagi kami, bukan hanya bagi pekerjaan tuan di manapun tuan berada.
Kami tahu, tuan sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari rumput yang cukup bagi kami. 
Kami sangat berterimakasih untuk itu.
Lihat rumput kita, berlipat kali lebih banyak dari satu dasawarsa lalu. 
Tapi entah mengapa, tuan selalu mengeluh bahwa rumput selalu kurang dan tidak pernah cukup. 
Sehingga kami, sapi sapi tuan selalu merasa ketakutan, apakah besok kami dapat makan. 
Hidup kami seolah tanpa harapan karena terlalu suram.
Bahkan saat musim hujan tiba, saat persediaan rumput melimpah, tuan tidak pernah mengatakan bahwa tuan punya rumput yang cukup untuk kami.  
Akhirnya kami tidak peduli lagi, apakah rumput ada atau tiada. 
Duka selalu tuan bagi untuk kami, tapi suka tuan simpan sendiri. 
Kami berterimakasih atas kandang yang sudah tuan beri bagi kami. 
Mohon sayangi kami, agar kami bisa menghasilkan susu dan daging bermutu tinggi bagi tuan.... 
Tapi jika itu tidak mampu tuan lakukan, ijinkan kami meliarkan diri, menjadi sapi sapi yang hidup bebas di padang. Tanpa kandang. 

curcol


Kalo mau nonton  ya ke bioskop aja. Jangan yang lagi terkena musibah dijadikan tontonan. Kamu sendiri apa mau jadi obyek tontonan saat sedang tertimpa musibah? Kalau mau ya membantu sekalian. Jangan hanya menonton saja. 
"Apa yang kamu ingin orang lain perbuat padamu, perbuatlah juga demikian."
----------

Pernah dengar safety first? Atau standard operating procedure? Banyak yang menganggap remeh dua hal tersebut. Kalau terjadi sesuatu karena kelalaian sendiri (yang sebenarnya bisa dicegah atau minimal dikurangi kerugiannya jika menjalankan 2 hal tersebut), bukannya mengoreksi diri tapi malah saling menyalahkan. Bahkan alam turut disalahkan. 
Misalnya "hujan!!" 
Lha hujan qo dijadikan terdakwa!!
Orang yang tidak bisa mengoreksi diri tidak akan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Parasut itu baru berguna jika dibuka. Begitu juga dgn pikiran dan hati kita.
--------------

Tau kan bahwa salah satu penyebab kemacetan di jalan raya adalah ketidakdisplinan para pengguna jalan. Seperti angkot (angkutan kota) yang suka menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan, suka ngetem/menunggu penumpang di sembarang tempat. 
Kita bisa qo membantu menguranginya kemacetan dengan cara cara yang sederhana, misalnya menyiapkan ongkos sebelum turun. 
Pernah kan melihat orang yang sudah turun baru mengambil uang di dompet, atau mencari cari dulu di kantong. Belum lagi ternyata uangnya perlu kembalian. Haalaah..bikin gemes, pengen ngebayarin aja biar cepet.
Cara lain, jangan naik dan turun seenaknya saja, cuma beda 1-2 meter saja tidak masalah. Jalan kaki itu bagus buat kesehatan lho. Jangan manja ah. Pikirkan 30 detik waktu yang terbuang untuk kita, membuat kendaraan lain di belakang kita menunggu dan akhirnya menyumbangkan bermenit menit kemacetan di jalan raya. 
Buktikan saja bahwa mental kita tidak sama dengan mental supir angkot yang kerap tidak peduli pada pengguna jalan lain. 

Jadi ingat satu dasawarsa lalu, yang ditakuti di jalanan ibukota adalah metro mini. Yang dikemudikan dengan ugal ugalan, kebut kebutan dengan alibi kejar setoran. Sekarang metro mini tidak bisa kebut kebutan lagi. Bukan karena mental pengemudinya yang sudah berubah. Tapi karena jalanan di mana mana macet.

Ngarep aja nih, coba kalo semua pengguna jalan raya, baik yang naik kendaraan umum, pejalan kaki, pemotor atau pemobil kalau bisa disiplin dan tertib di jalan, tidak memikirkan kepentingannya sendiri serta tidak menganggap bahwa jalan adalah milik mbah moyangnya, pasti bisa membuat jalan raya lebih bersahabat, lebih nyaman dilalui.
Disiplin di jalan raya bisa dimulai dari kita sendiri. Percaya, ga akan nyesel deh. 
-----------

Rasa nyaman (comfort zone) itu kadang berbahaya. Nihh saya contohnya, saking ga pernah naik kendaraan umum, sekalinya naik, jadi ga aware sama lingkungan. Dan jadi sasaran empuk tukang jambret. Kaget setengah mati waktu ada pengendara motor tiba tiba mengkruwes leher untuk menjambret kalung kecil, satu satunya perhiasan yg saya pakai saat itu. Setelah itu saya merasa bodoh, naif. Seperti pertapa yang baru turun gunung dan ga ngerti tentang jahatnya kota. 
Kalo ketemu dengan penjambret yang tidak berhasil menjambret saya kemarin, rasanya pengen bilang, 
"hai kamu!! cari pekerjaan lain  yang lebih diberkati yaa.. "
So, ayoo keluar dan tetap waspada!!
----------

Selasa, 15 Januari 2013

heran aja..

Heran aja sama orangtua yang gemar berkata kata tidak santun, entah di depan anaknya atau justru terhadap anak orang lain.
Mungkin bagi dia itu bercanda, tapi bagi saya itu bercanda yang tidak edukatif, tidak mendidik.
Bukankah kita seharusnya mengajarkan dan memberi contoh yang baik bagi anak anak kita, bagi yang lebih muda, bukan hanya untuk dihormati tetapi karena tanggung jawab untuk memberi contoh yang baik.  
Ungkapan di bawah ini lebih elegan merangkum apa yang saya maksud.
 
          
 
Heran aja, sama orang yang gemar membangga banggakan suku/golongannya. Bahwa mereka adalah yang paling besar, paling baik, sehingga harus "menjaga nama" dan membelanya dengan cara apapun. 
Ungkapan di bawah ini lebih elegan merangkum apa yang saya maksud. 

Buat saya, primordialisme itu out of date. Sudah tidak lucu. Buat saya, mengagungkan adat itu sudah bukan zamannya. Saya tidak bangga dengan suku saya, tidak juga benci. Kenapa? Untuk apa membanggakan sesuatu yang saya peroleh sejak lahir? “Bangga” itu terhadap sesuatu yang kita peroleh dengan usaha. Bahwa saya “suku tertentu”, itu sekedar fakta genetik. Secara kultur, saya merasa warga dunia. Saya tidak menganut tata nilai yang primordialistik.

Ini sudah era internet, di mana batas-batas primordial terhapus total. Cara pakaian kita tidak lagi menunjukkan asal primordial kita. Apapun suku dan agamanya, platform pakaian kita sehari-hari sama: Kemeja, t-shirt, jeans, atau sepatu yang sama seperti dipakai orang-orang di seluruh dunia. 

So, tinggalkanlah nafas kedaerahan. Ini sudah jaman internet, jaman globalisasi. Kita itu individu yang bertemu dengan individu-individu lain di suatu teritori.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang berbasis individu, bukan komunal. Di pergaulan sosial modern, anda dikenali sebagai "individu", bukan sebagai "member suku tertentu".

sumber : Rinaldi Doang

Heran aja jika dalam forum diskusi entah besar atau kecil, ada orang orang bersikap "ajaib". Perdebatan dan perbedaan adalah hal yang wajar. Kalau ada yang tidak bisa menerima, ya jangan masuk dalam forum itu.
Artikel di bawah ini, lebih jelas menjabarkan apa yang saya maksud.

Seringkali, ketika mengikuti milis, kita menjumpai banyak perdebatan antar anggota, dan kadang kala perdebatan itu menjurus ke arah tidak sehat; kebanyakan dengan gejala-gejala yang menggunakan metode-metode pembodohan. Perdebatan yang semula menggunakan data, fakta-fakta dan statistik, yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran empiris, kemudian dikotori taktik-taktik kotor dengan metode pemutarbalikan logika yang sangat tidak mendasar.

Ada pun metode-metode pembodohan tersebut adalah:

#1. Ad Hominem
Menyerang orangnya bukan menjawab isinya. Ketika seorang arguer tidak dapat mempertahankan posisinya dengan evidence/ fakta/ reason, maka mereka mulai mengkritik sisi kepribadian lawannya.

#2. Appeal to Ignorance (Argumentum ex silentio)
Menganggap suatu ketidaktahuan sebagai fakta atas sesuatu. Padahal, ketidaktahuan akan sesuatu hal tidak menyatakan bahwa sesuatu itu ada atau pun tidak ada.

#3. Appeal to Belief
Bila anda tidak memiliki kepercayaan, maka anda tidak akan mengerti. Bila seorang pendebat berdasarkan pada kepercayaan sebagai dasar dari argumennya, maka tiada lagi yang dapat dibicarakan dalam diskusi.
Itu namanya bukan diskusi, tapi pemaksaan kepercayaan.

#4. Argument from Authority (Argumentum ad verecundiam)
Menggunakan kata-kata "para ahli" atau membawa-bawa otoritas sebagai dasar dari argumen instead of menggunakan logic dan fakta untuk men-support argumen itu. Misalnya : Profesor Anu mengatakan bahwa teori ini adalah betul. Sesuatu tidak lantas menjadi benar hanya karena suatu otoritas mengatakan sesuatu hal. Bila pendebat memberikan testimoni dari seorang ahli, lihat apakah dilengkapi dengan alasan yang logis dan masuk akal, serta hati-hati terhadap keotentikan sumber dan evidence di belakangnya.

#5. Argument from Adverse Consequences
Argumen bahwa pendapat lawan debat adalah salah, karena jika ia benar, akan terjadi hal-hal yang buruk. 


#6. Menakut-nakuti (Argumentum ad Baculum)
Argumen yang didasarkan pada tekanan atau rasa takut. 

Misalnya: Bila Anda tidak percaya kepada hal ini, maka akan masuk neraka.

#7. Argumentum ad Ignorantiam
Argumen yang mempelesetkan ketidaktahuan seseorang. 

Misalnya: Pernyataan bahwa saya pasti betul karena tidak ada yang pernah membuktikan salah.

#8. Argumentum ad populum
Argumen yang digunakan untuk mendapatkan popularitas dengan menggunakan issue-issue yang sentimental daripada menggunakan fakta atau alasan. 


#9. Bandwagon Fallacy
Menyimpulkan suatu idea adalah benar hanya karena banyak orang mempercayainya demikian. Hanya karena sekian banyak orang mempercayai sesuatu tidaklah membuktikan atau menyatakan fakta mengenai sesuatu itu benar. 

Misalnya: Sebagian besar orang percaya pada teori ini, maka teori ini pasti benar.

#10. Begging the question
Mengantisipasi jawaban. 

Misalnya: Kita harus mendorong generasi muda kita untuk melaksanakan ritual adat ini untuk meningkatkan moralitasnya. Tetapi apakah ritual adat tersebut benar-benar menyebabkan pertumbuhan moral ? Ataukah karena sebab yang lain ???

#11. Circular Reasoning (Petitio Principii)
Kesalahan dalam logika yang diakibatkan oleh repetisi dari penyataan dan kesimpulannya. 

Misalnya: Orang yang bisa masuk Universitas A pastilah orang yang pintar, sebab hanya orang pintar yang bisa masuk Universitas A.

#12. Confusion of Correlation and Causation

Kebingungan antara korelasi dan sebab akibat.
Misalnya: Banyak orang sukses dari lulusan univ. A.  Maka masuklah univ. A, Anda pasti sukses. 

Atau anak yang menonton acara kekerasan di TV cenderung untuk menjadi ganas ketika ia dewasa.
Tetapi apakah program di TV itu menyebabkan kekerasan ataukah anak-anak yang berbakat ganas cenderung menonton acara kekerasan di TV ???

#13. Half Truths
Suatu pernyataan yang biasanya ditujukan untuk menipu seseorang dengan menyembunyikan sebagian fakta/ kebenaran.

#14. Communal Reinforcement
Suatu proses dimana suatu klaim menjadi suatu kepercayaan kuat melalui suatu pernyataan yang diulang-ulang oleh suatu anggota komunitas. Proses ini independent terhadap kebenaran klaim tersebut dan tidak didukung oleh data empiris yang signifikan untuk menggaransi bahwa kepercayaan itu didukung oleh alasan yang reasonable.

#15. Non-Sequitur
Nggak nyambung. Suatu kesimpulan yang diambil tidak didasarkan pada suatu premis atau pun evidence/ fakta. 

Misalnya: Si A tinggal di dalam gedung yang besar. Kalau begitu apartemen si A pasti besar.

#16. Post Hoc, Ergo Propter Hoc
Itu terjadi sebelumnya, maka itu disebabkan olehnya. Semacam non-sequitur, tetapi berdasarkan waktu.
Misalnya: Seseorang menjadi sakit setelah pergi ke Tempat A, maka Tempat A adalah tempat iblis. Orang itu sembuh dari penyakitnya, setelah pergi ke tempat B.
Padahal sakitnya tidak disebabkan oleh sesuatu yang ada hubungannya dengan kepergiannya ke Tempat A. Demikian pula, sembuhnya tidak disebabkan karena ia pergi ke tempat B.

#17. Red Herring
Sang pendebat buru-buru mengalihkan perhatian / subyek pembicaraan.

#18. Statistic of Small Number
Satu kasus digunakan untuk menjudge keseluruhan. Hanya karena suatu kejadian, tidak dapat mewakili kemungkinan keseluruhannya. 

Misalnya: Setelah orang pindah rumah tempat A, hidupnya jadi menderita. Berarti tempat A itu sial.

#19. Straw Man (Fallacy Of Extension)
Manusia jerami. Membuat suatu skenario yang salah image yang menyesatkan, kemudian menyerangnya.

#20. Dua Salah Menjadi Benar (Tu Quoque, You Too)
Misalnya: Siapakah kamu yang mengatakan saya demikian apabila kamu juga begitu. Saya mencoba menjustify apa yang saya lakukan dengan melemparkan kesalahan yang sama pada Anda sebagai teman diskusi saya.

#21. Observational Selection
Menggembar-gemborkan kejadian yang menguntungkan dan menutupi kejadian yang merugikan. 

sumber : Anda Bertanya Ateis Menjawab

Heran aja pagi pagi sudah misuh misuh ga jelas. Hehehehe...
Sekali sekali nulis yang bikin 'heran' diri sendiri, qo bisa saya nulis yang kaya gini. Jangan sering sering, karena bikin kepala pening.  

Sabtu, 12 Januari 2013

enggan pulang

aku enggan pulang. 
ingin di sini saja. 
bersamamu atau sendiri sama saja bagiku. 
yang penting tidak pulang.
aku tidak marah. 
aku hanya jenuh, bosan. 
bosan berpura pura. 
bosan bertahan. 
bosan jadi orang baik. 
bukan bosan dengan dia. 
apalagi dengan kamu. 
hanya bosan dengan hidup. 
bosan dengan semua. 

aku enggan pulang.... 

mentok....

kadang ide bisa kering,
seperti bibir yang pecah pecah rindu kecupan
sudah dalam menggali tapi mentok,
seperti cecurut buta mencari jalan
kalau butuh luka untuk bisa menulis tentang cinta, 
jelas aku ogah
jika harus insomnia agar bisa merangkai kata, 
mending aku tidak lulus SD saja....
lepaskan semua tata krama
lupakan saja semua etika bercerita
bebaskan diri menjadi yang tidak biasa
menulislah...
menulislah...

Fung ling

Genta angin berbunyi
berdenting... 
sepasang kupu kupu berkencan
berkejaran di antara dua fung ling yang berdentang
sepuasnya mereguk cinta walau sesaat usia

Genta angin berbunyi
mengusir sepasang kupu kupu  kasmaran
tiba tiba angin diam
kupu kupu yang sedang pacaran
tak peduli fung ling berdenting atau berdentang
toh hidup hanya sebentar saja

Jumat, 11 Januari 2013

random

Sasi, 5 tahun, menangis ketika bangun dari tidur siangnya. 
Sasi         : huuuhuuuuu....
Bunbun  : Kenapa Sasi nangis?
Sasi         : Aku mimpi punya adik....huuhhuuu
Bunbun  : Adiknya laki laki atau perempuan?
Sasi         : Tidak tahu.... Aku belum tanya. Nanti malam aku mimpi lagi, aku tanya. Huuuhuu... 
Bunbun  : (ngarep mimpinya Sasi punya ayah baru aja) hihihi...

******
Mimi,10 tahun, lagi curhat sama mamanya
Mimi    : Ma, minuman beralkohol itu contohnya bir ya ma?
Mama : Iya benar. Kenapa Mi?
Mimi    : Katanya orang bule suka minuman beralkohol. Berarti mereka suka minum bir ya ma? Padahal kan bir rasanya tidak enak ya ma. Kayak balsem!!
Mama : Haah?? Memang kamu pernah minum bir?
Mimi    : Ya pernahlah...
Mama : Di mana?
Mimi    : Di Sevel ! (Seven Eleven dekat sekolah)
Mama : Memang di Sevel jual bir? (langsung tumbuh tanduk, niat lapor polisi!!)
Mimi    : Juallah. Rootbeer... Mama belum pernah ke Sevel ya?
Mama : #tepok jidat (sejak kapan rootbeer rasanya kaya balsem?)

******

Bun...bun... nih ada nasehat bagus.

http://www.facebook.com/ItsNotJustAFunnyPage