Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 15 Januari 2013

heran aja..

Heran aja sama orangtua yang gemar berkata kata tidak santun, entah di depan anaknya atau justru terhadap anak orang lain.
Mungkin bagi dia itu bercanda, tapi bagi saya itu bercanda yang tidak edukatif, tidak mendidik.
Bukankah kita seharusnya mengajarkan dan memberi contoh yang baik bagi anak anak kita, bagi yang lebih muda, bukan hanya untuk dihormati tetapi karena tanggung jawab untuk memberi contoh yang baik.  
Ungkapan di bawah ini lebih elegan merangkum apa yang saya maksud.
 
          
 
Heran aja, sama orang yang gemar membangga banggakan suku/golongannya. Bahwa mereka adalah yang paling besar, paling baik, sehingga harus "menjaga nama" dan membelanya dengan cara apapun. 
Ungkapan di bawah ini lebih elegan merangkum apa yang saya maksud. 

Buat saya, primordialisme itu out of date. Sudah tidak lucu. Buat saya, mengagungkan adat itu sudah bukan zamannya. Saya tidak bangga dengan suku saya, tidak juga benci. Kenapa? Untuk apa membanggakan sesuatu yang saya peroleh sejak lahir? “Bangga” itu terhadap sesuatu yang kita peroleh dengan usaha. Bahwa saya “suku tertentu”, itu sekedar fakta genetik. Secara kultur, saya merasa warga dunia. Saya tidak menganut tata nilai yang primordialistik.

Ini sudah era internet, di mana batas-batas primordial terhapus total. Cara pakaian kita tidak lagi menunjukkan asal primordial kita. Apapun suku dan agamanya, platform pakaian kita sehari-hari sama: Kemeja, t-shirt, jeans, atau sepatu yang sama seperti dipakai orang-orang di seluruh dunia. 

So, tinggalkanlah nafas kedaerahan. Ini sudah jaman internet, jaman globalisasi. Kita itu individu yang bertemu dengan individu-individu lain di suatu teritori.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang berbasis individu, bukan komunal. Di pergaulan sosial modern, anda dikenali sebagai "individu", bukan sebagai "member suku tertentu".

sumber : Rinaldi Doang

Heran aja jika dalam forum diskusi entah besar atau kecil, ada orang orang bersikap "ajaib". Perdebatan dan perbedaan adalah hal yang wajar. Kalau ada yang tidak bisa menerima, ya jangan masuk dalam forum itu.
Artikel di bawah ini, lebih jelas menjabarkan apa yang saya maksud.

Seringkali, ketika mengikuti milis, kita menjumpai banyak perdebatan antar anggota, dan kadang kala perdebatan itu menjurus ke arah tidak sehat; kebanyakan dengan gejala-gejala yang menggunakan metode-metode pembodohan. Perdebatan yang semula menggunakan data, fakta-fakta dan statistik, yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran empiris, kemudian dikotori taktik-taktik kotor dengan metode pemutarbalikan logika yang sangat tidak mendasar.

Ada pun metode-metode pembodohan tersebut adalah:

#1. Ad Hominem
Menyerang orangnya bukan menjawab isinya. Ketika seorang arguer tidak dapat mempertahankan posisinya dengan evidence/ fakta/ reason, maka mereka mulai mengkritik sisi kepribadian lawannya.

#2. Appeal to Ignorance (Argumentum ex silentio)
Menganggap suatu ketidaktahuan sebagai fakta atas sesuatu. Padahal, ketidaktahuan akan sesuatu hal tidak menyatakan bahwa sesuatu itu ada atau pun tidak ada.

#3. Appeal to Belief
Bila anda tidak memiliki kepercayaan, maka anda tidak akan mengerti. Bila seorang pendebat berdasarkan pada kepercayaan sebagai dasar dari argumennya, maka tiada lagi yang dapat dibicarakan dalam diskusi.
Itu namanya bukan diskusi, tapi pemaksaan kepercayaan.

#4. Argument from Authority (Argumentum ad verecundiam)
Menggunakan kata-kata "para ahli" atau membawa-bawa otoritas sebagai dasar dari argumen instead of menggunakan logic dan fakta untuk men-support argumen itu. Misalnya : Profesor Anu mengatakan bahwa teori ini adalah betul. Sesuatu tidak lantas menjadi benar hanya karena suatu otoritas mengatakan sesuatu hal. Bila pendebat memberikan testimoni dari seorang ahli, lihat apakah dilengkapi dengan alasan yang logis dan masuk akal, serta hati-hati terhadap keotentikan sumber dan evidence di belakangnya.

#5. Argument from Adverse Consequences
Argumen bahwa pendapat lawan debat adalah salah, karena jika ia benar, akan terjadi hal-hal yang buruk. 


#6. Menakut-nakuti (Argumentum ad Baculum)
Argumen yang didasarkan pada tekanan atau rasa takut. 

Misalnya: Bila Anda tidak percaya kepada hal ini, maka akan masuk neraka.

#7. Argumentum ad Ignorantiam
Argumen yang mempelesetkan ketidaktahuan seseorang. 

Misalnya: Pernyataan bahwa saya pasti betul karena tidak ada yang pernah membuktikan salah.

#8. Argumentum ad populum
Argumen yang digunakan untuk mendapatkan popularitas dengan menggunakan issue-issue yang sentimental daripada menggunakan fakta atau alasan. 


#9. Bandwagon Fallacy
Menyimpulkan suatu idea adalah benar hanya karena banyak orang mempercayainya demikian. Hanya karena sekian banyak orang mempercayai sesuatu tidaklah membuktikan atau menyatakan fakta mengenai sesuatu itu benar. 

Misalnya: Sebagian besar orang percaya pada teori ini, maka teori ini pasti benar.

#10. Begging the question
Mengantisipasi jawaban. 

Misalnya: Kita harus mendorong generasi muda kita untuk melaksanakan ritual adat ini untuk meningkatkan moralitasnya. Tetapi apakah ritual adat tersebut benar-benar menyebabkan pertumbuhan moral ? Ataukah karena sebab yang lain ???

#11. Circular Reasoning (Petitio Principii)
Kesalahan dalam logika yang diakibatkan oleh repetisi dari penyataan dan kesimpulannya. 

Misalnya: Orang yang bisa masuk Universitas A pastilah orang yang pintar, sebab hanya orang pintar yang bisa masuk Universitas A.

#12. Confusion of Correlation and Causation

Kebingungan antara korelasi dan sebab akibat.
Misalnya: Banyak orang sukses dari lulusan univ. A.  Maka masuklah univ. A, Anda pasti sukses. 

Atau anak yang menonton acara kekerasan di TV cenderung untuk menjadi ganas ketika ia dewasa.
Tetapi apakah program di TV itu menyebabkan kekerasan ataukah anak-anak yang berbakat ganas cenderung menonton acara kekerasan di TV ???

#13. Half Truths
Suatu pernyataan yang biasanya ditujukan untuk menipu seseorang dengan menyembunyikan sebagian fakta/ kebenaran.

#14. Communal Reinforcement
Suatu proses dimana suatu klaim menjadi suatu kepercayaan kuat melalui suatu pernyataan yang diulang-ulang oleh suatu anggota komunitas. Proses ini independent terhadap kebenaran klaim tersebut dan tidak didukung oleh data empiris yang signifikan untuk menggaransi bahwa kepercayaan itu didukung oleh alasan yang reasonable.

#15. Non-Sequitur
Nggak nyambung. Suatu kesimpulan yang diambil tidak didasarkan pada suatu premis atau pun evidence/ fakta. 

Misalnya: Si A tinggal di dalam gedung yang besar. Kalau begitu apartemen si A pasti besar.

#16. Post Hoc, Ergo Propter Hoc
Itu terjadi sebelumnya, maka itu disebabkan olehnya. Semacam non-sequitur, tetapi berdasarkan waktu.
Misalnya: Seseorang menjadi sakit setelah pergi ke Tempat A, maka Tempat A adalah tempat iblis. Orang itu sembuh dari penyakitnya, setelah pergi ke tempat B.
Padahal sakitnya tidak disebabkan oleh sesuatu yang ada hubungannya dengan kepergiannya ke Tempat A. Demikian pula, sembuhnya tidak disebabkan karena ia pergi ke tempat B.

#17. Red Herring
Sang pendebat buru-buru mengalihkan perhatian / subyek pembicaraan.

#18. Statistic of Small Number
Satu kasus digunakan untuk menjudge keseluruhan. Hanya karena suatu kejadian, tidak dapat mewakili kemungkinan keseluruhannya. 

Misalnya: Setelah orang pindah rumah tempat A, hidupnya jadi menderita. Berarti tempat A itu sial.

#19. Straw Man (Fallacy Of Extension)
Manusia jerami. Membuat suatu skenario yang salah image yang menyesatkan, kemudian menyerangnya.

#20. Dua Salah Menjadi Benar (Tu Quoque, You Too)
Misalnya: Siapakah kamu yang mengatakan saya demikian apabila kamu juga begitu. Saya mencoba menjustify apa yang saya lakukan dengan melemparkan kesalahan yang sama pada Anda sebagai teman diskusi saya.

#21. Observational Selection
Menggembar-gemborkan kejadian yang menguntungkan dan menutupi kejadian yang merugikan. 

sumber : Anda Bertanya Ateis Menjawab

Heran aja pagi pagi sudah misuh misuh ga jelas. Hehehehe...
Sekali sekali nulis yang bikin 'heran' diri sendiri, qo bisa saya nulis yang kaya gini. Jangan sering sering, karena bikin kepala pening.