Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Jumat, 29 Maret 2013

Good Friday



Maafkan aku....
Saat ini aku sedang jenuh dengan ritual yang sudah seumur hidup  kujalani.
Layakkah perasaan ini?
Aku merasa tidak mendapatkan apa apa lagi dari semua ritual itu.
Aku tidak lagi bertemu denganmu di sana.
Sungguh, ini bukan berarti cintaku padamu berkurang..
Tidak sama sekali...
Aku cinta padamu.
Aku setia padamu.
Aku tidak akan mengkhianati kamu.
Aku juga tidak pernah meragukan cintamu padaku.
Kamu tahu, kita biasa bercengkerama dengan berbagai cara.
Berbincang tak tentu waktu.
Merasakan kamu adalah bagian dari diriku.
Melihatmu dalam berbagai peristiwa, berbagai rupa, berbagai cara. 
Jikalau seperti ini caraku bertemu denganmu, apakah itu salah?
Kadang sulit  bagiku untuk menghindar dari serbuan pertanyaan yang tidak ingin kujawab dengan kebohongan.
Aku tak ingin menyakiti siapapun. 
Aku juga tidak berusaha membuat mereka mengerti, apalagi menerima.
Karena itu aku merasa tak perlu menjelaskan apapun pada mereka.
Ijinkan aku mencintaimu dengan caraku....

Kamis, 28 Maret 2013

dalam bingkai alam 3

Cerita Danny :
Aku mengenal Mayang sejak masih SMU, kami memanggilnya Ayang. Kami berkenalan di kelompok pencinta alam. Sejak itu kami jadi sering jalan bersama. Ke gunung, main basket, berenang, ke mal, main PS, memancing dan masih banyak lagi kegiatan yang kami lakukan bersama. 
Dengan dia, aku bisa tampil santai, apa adanya, tak perlu jaga image atau jaga perasaan. Karena itu aku nyaman berada di dekatnya.
Mungkin karena itu pula, tumbuh benih cinta di dalam hatiku. 
Aku memang tidak pernah menyatakannya karena aku tahu dia menganggapku hanya sebagai teman saja. Aku sendiri juga tidak berharap apa apa.

Aku sempat jalan dengan beberapa wanita, tapi hanya sekedar jalan saja. Tidak ada yang serius. Ayang tahu itu. Kadang dia juga yang mengenalkan aku pada teman teman wanitanya. Tapi sulit bagiku untuk pindah ke lain hati.

Sampai akhirnya Ayang punya kekasih. Lelaki itu, jelas bukan orang utan seperti aku. Dia baik, santun, mapan dan Ayang terlihat bahagia jika sedang bersamanya. 
Aku senang melihatnya bahagia, tapi entah mengapa ada yang sakit di sini, di hatiku. Jelas aku cemburu. Tak bisa kupungkiri, aku tak tahan melihat Ayang bersama Ryan, kekasihnya. 
Mungkin Ayang merasa aku sedikit menjauh darinya,  sebenarnya tidak, aku hanya sedang berusaha menjaga hatiku saja. 
Karena itu jika kepalaku sudah penat, aku akan mengambil cuti dan pergi sendiri. Di saat seperti itu semua saluran komunikasi kumatikan. 
Tapi sayangnya hatiku tidak punya tombol on off!
Saat ragaku berkelana, hatiku tetap di dekatnya. Apalagi setelah dia pingsan sewaktu di gunung. Itu jelas membuatku semakin sering memikirkan dia dan kesehatannya. Aku tahu ada sesuatu yang tidak dia ceritakan. Tapi aku harus berpikir realistis. Sekarang sudah ada Ryan yang menjaganya. 

Hari ini aku kembali dari perjalananku di timur Indonesia. Pesona alam perawan di sana, tak mampu mengenyahkan pikiranku tentang Ayang. Kadang ada perasaan tak enak menjalar dalam diriku, tapi aku berusaha mengabaikannya.
Setelah mendarat di ibukota, ponsel kunyalakan dan puluhan pesan singkat masuk. 
Ayang koma!! 
Separuh jiwaku terbang saat membaca pesan pesan singkat itu. Dari bandara aku langsung menuju ke rumah sakit tempat Ayang dirawat.
Ryan yang pertama kulihat di sana. Wajahnya kusut. Dia menceritakan kronologis kejadian secara singkat. 

Ryan tidak pernah tahu kalau Ayang sakit, bahkan tidak pernah mengira, Ayang menyembunyikan semuanya dari Ryan. Yah, Ayang tak pernah bercerita kalau ada kelainan pada listrik di jantungnya. Karena itu, semestinya Ayang tidak boleh diving, tekanan air yang sangat besar di bawah sana membuat jantungnya bekerja lebih keras dan tiba tiba berhenti berdetak. Dan karena harus segera ditolong, dia dinaikan ke permukaan dengan cepat dan itu memperburuk kondisinya. 
Otaknya kekurangan oksigen dalam waktu yang cukup lama, itu membuatnya koma. Dan semakin lama dia koma, akan semakin parah kemungkinan kerusakan pada otaknya. Dan ini hari ketiga Ayang koma.

Dengan jubah khusus, aku masuk ke dalam ruangan penuh monitor tempat Ayang dirawat. Dia terlihat seperti tidur, yang berbeda hanya banyak sekali selang dan kabel yang menempel di tubuhnya. Kuhampiri dia dan duduk di samping tempat tidurnya.
Kugenggam jemarinya. Dalam hati aku berdoa, jikalau bisa, ingin kutukar nyawaku dengan hidupnya. Aku tidak tega melihatnya seperti ini.
Lalu seperti film yang diputar, kisah persahabatan kami melintas di dalam benakku. Ada adegan di mana kami tertawa, aku menertawakan dia, atau dia menertawakan aku. Dan baru kusadari bahwa aku hampir tak pernah melihatnya menangis, selain saat aku minta penjelasan akan sakitnya waktu itu. 
Ada sejuta kalimat di dalam kepala yang ingin kuutarakan padanya.
Tapi akhirnya yang keluar dari mulutku hanya kalimat konyol...
Ayang, bangun dong...
Jangan tidur terus..
Suaraku tercekat di tenggorokan. Aku tak sanggup meneruskan kalimatku.

******

Sepertinya aku pernah mengalami hal ini, deja vu?
Aku sedang berjalan jalan di kebun buah buahan. 
Banyak sekali buah di sini. Naluri primataku keluar. 
Mana yang mau kumakan lebih dulu? 
Ada pisang, durian, mangga, sirsak, waah aku jadi bingung. 
Ini kedua kalinya aku datang ke sini, tapi masih tak tahu ini di mana.
Kalau aku ambil buah buahan itu, apa nanti yang punya tidak marah? 
Seperti dulu, tidak ada siapa siapa di sini. Hanya aku sendiri. 
Tiba tiba aku merasa ada yang menimpuk kepalaku, kulihat kulit rambutan... 
Tapi tak ada pohon rambutan di sini. Juga tidak ada orang. 
Apakah ada monyet? Apa monyet suka rambutan? 
Aku berjalan lagi, dan kulit rambutan lagi lagi dilemparkan ke arahku. 
Lama lama semakin banyak kulit rambutan yang berjatuhan. 
Aku mulai kesal, ingin aku berteriak...
"tunjukkan dirimu kalau berani!!"
Tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. 
Sayup sayup terdengar suara memanggilku...
Ayang, bangun dong...
Jangan tidur terus..

Sabtu, 23 Maret 2013

dalam bingkai alam 2

Yang, kamu ingat ga waktu kita makan rambutan di rumah si Aloy?
Maksudmu, waktu kamu memanjat pohon dan menghabiskan rambutan yang ada, sendirian?
Yaah, aku kan kasih kamu juga...
Maksudmu, kamu baru kasih setelah aku menunggu belas kasihanmu dengan muka melas, supaya kamu melemparkan rambutan itu dan lebih banyak kulit rambutan yang kamu lempar ke aku daripada buahnya yang masih berisi??
Waduuh..haha..masih marah ya..haha.. Makanya belajar manjat dong.
Maksudmu, kamu mau melihatku bisa manjat tapi tidak bisa turun seperti waktu itu?
Whahahahahahaha...udaah Yaang..uuudaah...ampun Yang..sakit perutku kalau mengingat waktu itu..hahaha...
Ketawa aja terus...ingat siapa yang tertawa paling akhir hari itu? 
Siapa yang terus anyang-anyangan, batuk  batuk dan sariawan karena kebanyakan makan rambutan?
Whahahahaha, aakuuu Yaang..aakuuu whahahaha...
kuwalat aku sama kamu ya...whahahahaha... 
Aku sampai tidak bisa tidur semalaman dan kamu terus tertawakan aku...whahahaha...
Yang, pohon rambutannya si Aloy masih ada ga ya?
Udah jadi mall...

Lalu hening...kami terdiam... Hanya derak suara kayu terbakar dan jangkrik hutan yang masih terdengar. Malam kian larut, dingin semakin menggigit. Uap keluar dari mulut kami saat bernafas. Teman teman lain sudah pulas dalam kehangatan sleeping bag di dalam tenda. Tinggal kami berdua yang masih terjaga di depan api unggun yang mulai mengecil.

Yaaang...
Hmmm..
Ingat ga waktu kita kemping pertama kali? 
Waktu malam malam kamu membuat havermut. Aku mau minta, tapi malu.
Yaa, ingat..dan kamu merusak malam dengan buang gas yang ampun ampunan aromanya...
Whahahaha...kan aku sudah minta maaf..hahaha...
aku masuk angin dan sudah dua hari tidak bab, hahaha....
tahu sendirilah bagaimana rasanya perutku...hahaha. 
Waktu itu aku belum terbiasa bab di sungai. Hahahaha...
Yang, serius nih.. aku ga nyangka lho, kalau kamu ternyata bisa masak.
Yaaang...
Hmmm....
Masakin aku havermut dong...
Haaah? Kutarik kupluk di kepalanya dan kubenamkan dalam dalam di wajahnya. Lalu kutinggalkan dia, dan masuk ke dalam tenda. 
Masih kudengar tawanya yang tertahan sebelum tiba tiba sebuah bunyi memecah kesunyian...
Buru buru kututup tenda, sebelum bau gas menyerbu masuk ke dalam dan bisa membuat mati lemas penghuninya.
Whahahahahaha...
Suara tawanya menggema di tengah hutan. Bocah gendeng. 

*********

Aku sedang berjalan jalan di kebun buah buahan. Banyak sekali buah di sini. Naluri primataku keluar. Mana yang mau kumakan lebih dulu? Ada pisang, durian, mangga, sirsak, waah aku jadi bingung. 
Baru sekali ini aku datang ke sini, ini di mana ya? 
Kalau aku ambil buah buahan itu, apa nanti yang punya tidak marah? 
Tapi tidak ada siapa siapa di sini. Hanya aku sendiri. 
Tiba tiba aku merasa ada yang menimpuk kepalaku, kulihat kulit rambutan... Tapi tak ada pohon rambutan di sini. Juga tidak ada orang. Apakah ada monyet? Apa monyet suka rambutan? 
Aku berjalan lagi, dan kulit rambutan lagi lagi dilemparkan ke arahku. 
Lama lama semakin banyak kulit rambutan yang berjatuhan. Aku mulai kesal, ingin aku berteriak...tunjukkan dirimu kalau berani!!
Tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. 
Sayup sayup terdengar suara memanggilku...
Yaaang...bangun Yang...
Aku terbangun. Kulihat beberapa wajah mengelilingiku. Tidak ada pohon buah buahan, hanya rimbunan hutan dan cahaya matahari yang menembus di sela sela dedaunan.
Sejenak aku kehilangan orientasi ruang dan waktu. 
Danny memelukku dan berbisik...
Lain kali, jangan tidur di sembarang tempat ya Yang.. 
Dan, mengapa dalam mimpipun kamu tetap jahil padaku. Pasti kamu yang melempariku dengan kulit rambutan itu...., kataku dalam hati.

Sore itu juga aku dan beberapa teman turun gunung. Tapi hanya Danny mengantarku pulang, sementara yang lain kembali ke atas untuk meneruskan kegiatan.
Di mobil yang membawa kami kembali ke ibukota, Danny lebih banyak diam. Ketika kami berhenti sejenak untuk beristirahat, barulah dia berkata, 
Yang, aku tahu kamu tidak kesambet penghuni hutan dan tidak tidur tiba tiba. Kamu berhutang penjelasan padaku. Ada hal yang belum kamu ceritakan padaku.
Kutarik nafas panjang, kulihat sorot kuatir, marah dan kecewa di matanya. Satu hal yang kupertaruhkan, sikapnya akan berubah setelah aku ceritakan semua. 
Aku tidak menyangka Yang, kita sudah lama berteman, tapi kamu masih tidak percaya padaku....
Airmataku bergulir jatuh. Tapi mulutku tetap terkunci rapat.  
Dari radio terdengar sebuah lagu



Yesterday, all my troubles seemed so far away
Now it looks as though they're here to stay
Oh, I believe in yesterday.

Suddenly, I'm not half to one I used to be,
There's a shadow hanging over me.
Oh, yesterday came suddenly.

Why he had to go I don't know he wouldn't say.
I said something wrong, now I long for yesterday.

Yesterday, love was such an easy game to play.
Now I need a place to hide away.
Oh, I believe in yesterday....

Selasa, 19 Maret 2013

dalam bingkai alam

Digenggamnya tanganku. Kemudian ditelusurinya garis garis pada telapak tanganku. 
Tanganmu halus, dan warnanya merah jambu, pasti kamu tidak pernah mengerjakan pekerjaan kasar, katanya dengan gaya seorang peramal.
Ah, itu bukan ramalan, sahutku.
Aku belum selesai...sabar dong, lanjutnya.
Hmmm...banyak sekali garis garis kecil di sini, artinya kamu mudah terganggu oleh hal hal kecil dalam hidupmu, katanya lagi.
Kutatap matanya, kucari sorot serius di sana, tapi yang kutemukan hanya sorot jenaka yang sedang menahan tawa.
Iiihh, aku gemas sekali kalau dia sudah mulai menggodaku. 
Tentu saja dia tahu bahwa banyak hal kecil yang mudah mengganggu pikiranku saat ini, bukan dari garis tangan, tapi karena dia memang tahu keseharianku. 

Dia tertawa melihatku pura pura marah, dan lengannya memelukku penuh cinta, dihujaninya aku dengan kecupan sebelum aku sempat berkata kata. Dia tahu jurus jitu untuk untuk membuatku terdiam. Dia berhenti menciumku ketika aku mulai kehabisan nafas. 
Uuhh, laki laki nakal...

Kusandarkan kepalaku di bahunya, aku tahu dia gemar menghirup harum rambutku. Walau kadang usil, sambil mengelus rambutku dia suka tiba tiba berteriak...
ayang ada kecoak.. atau
ayaaang...ada paku!!
Dia pikir aku kuntilanak apa!
Tapi aku menyukai gurauannya. Tak habis habisnya membuatku tertawa.

Kalau aku bertanya, apa yang membuatnya jatuh cinta padaku, dia akan menceritakan tentang suatu momen.

Hari itu, kantorku mengadakan outing, kamu dan teman temanmu yang memimpinnya. Aku suka melihat gayamu saat menjadi game master. Seru. Sepertinya kamu mampu menarik perhatian puluhan pasang mata untuk memperhatikanmu dan menuruti kemauanmu untuk bermain bersama. Aku suka wanita yang punya rasa percaya diri tinggi dan mencintai pekerjaannya. Setelah itu  kita rafting, kita tidak seperahu. Kamu di perahu rescue dengan teman temanmu. Kamu sempat luput dari pandanganku, karena ada 20 perahu yang turun saat itu. Hari gerimis saat kita mulai rafting, tapi tentu saja itu menambah keseruan bermain air. Jujur saja, aku iri dengan pekerjaanmu. Kerjamu hanya main main saja kan? Hahahaha...
Setelah sampai di finish dan acara ditutup, semua berebutan mandi karena tubuh sudah basah dan hujan semakin lebat. 
Saat itu, aku melihatmu berdiri sendiri di teras di pinggir tebing. Memandangi hujan yang turun dan air sungai yang mengalir deras di bawahnya. 
Andai aku membawa kanvas dan cat, pasti kulukis gambar itu...
Sayang, bahkan kertas saja tak ada saat itu. Hanya ada sebuah gitar, entah milik siapa, dan kunyanyikan sebuah lagu untukmu.




Oh, her eyes, her eyes make the stars look like they're not shinin'
Her hair, her hair falls perfectly without her tryin'
She's so beautiful
And I tell her everyday

Yeah, I know, I know when I compliment her, she won't believe me
And it's so, it's so sad to think that she don't see what I see
But every time she asks me do I look okay?
I say

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are

And when you smile
The whole world stops and stares for awhile
'Cause girl, you're amazing
Just the way you are

Her lips, her lips, I could kiss them all day if she'd let me
Her laugh her laugh, she hates but I think it's so sexy
She's so beautiful
And I tell her everyday

Oh, you know, you know, you know I'd never ask you to change
If perfect's what you're searching for, then just stay the same
So don't even bother asking if you look okay
You know I'll say

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are

And when you smile
The whole world stops and stares for awhile
'Cause girl, you're amazing
Just the way you are

The way you are
The way you are
Girl, you're amazing
Just the way you are

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are

And when you smile
The whole world stops and stares for awhile
'Cause girl, you're amazing
Just the way you are, yeah


Kamu  menoleh ke arahku dan memberiku senyuman paling manis yang pernah kulihat. Senyum seorang gadis yang sedang berdiri di bawah hujan, dengan rambut kuyup dan wajah alami tanpa riasan. Kamu cantik dalam bingkai alam. Dan aku jatuh cinta.  
Selanjutnya kamu tahu apa aku lakukan. 
Memperjuangkanmu untuk menjadi milikku.

Aku senang mendengar dia menceritakan peristiwa yang terjadi 2 tahun yang lalu itu. Akan kuminta dia bernyanyi untukku untuk menutup cerita itu. 
Yang tidak pernah dia tahu sampai hari ini adalah, sepulang dari outing hari itu, aku pingsan karena kelelahan. Dan dokter memperingatkanku untuk tidak memaksa jantungku bekerja lebih keras lagi. Ya, aku belum berani memberitahunya bahwa aku sakit, dan penyakitku bisa mengakibatkan kematian mendadak. Aku ingin menikmati kebersamaan dengannya, sebentar lagi. 
Setelah itu aku akan pergi. Karena aku tahu, ini tidak adil baginya. Dia tak punya masa depan bersamaku. 
Dan aku begitu mencintainya, aku hanya ingin dia mengingatku sebagai gadis yang sehat, kuat, penuh tawa. 
Gadis cantik dalam bingkai alam, biarlah dia mengingatku seperti itu saja.

Sabtu, 16 Maret 2013

Jenuh



Ternyata hati, tak bisa berdusta
Meski ku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang
 

Maaf, ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan di bibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja…. jenuh ….


Taukah kini, kau kuhindari
Merasakah kau, ku lain padamu

Cinta bukan hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup


Maaf, ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan di bibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja…. jenuh ….

Jumat, 15 Maret 2013

senja dari balik jendela

Senja ini hujan turun kocar kacir. 
Tetesnya jatuh berebutan dan arahnya mencong mencong tidak karuan.
Biasanya hujan datang bersama mendung, tapi kali ini hujan datang bersama lembayung.
Dari jendela kamarku, pandangan ke cakrawala tak lagi terhalang rimbunnya pepohonan, sehingga bebas bagiku untuk menikmati hujan (dan mungkin juga bulan). 
Penggundulan taman terjadi dua minggu lalu, sejak calon kupu kupu menempel di pohon jambu. 
Aku kuatir si mahluk kecil berbulu akan menempel juga di pohon kamboja dan pohon cemara.
Sehingga untuk sementara aku harus bertahan dulu, di tengah teriknya cuaca, saat matahari hampir berada di atas garis khatulistiwa.
Kata kawanku, panasnya tak terkira seperti ada pintu yang bocor di neraka.
Hujan sudah berhenti sedari tadi, mungkin kelelahan dan sekarang sedang tidur tiduran.
Selamat datang malam.

surat



Dear Shinta...
Apa kabarmu? 
Sssst...ini jelas pertanyaan basa basi. Hahaha. 
Karena aku tahu bagaimana kabarmu, aku selalu mencari tahu tentang kamu, semua  berita tentangmu bisa kudapat dengan mudah di dunia maya. Yah aku laki laki, aku punya banyak cara untuk tahu. 
Katakanlah aku stalkermu. 

Shinta yang baik...
Aku ini hanya lelaki biasa. 
Pernah jatuh cinta, pernah terluka, pernah mengkhianati juga pernah dikhianati. 
Tapi entah mengapa rasa sayangku untukmu tidak sama dengan rasa cintaku yang lain. 
Aku tahu tidak bisa memilikimu, aku juga tahu kalau toh kamu bisa menjadi milikku, rasa percaya diriku tidak cukup kuat untuk mendapatkanmu. 
Dengan keadaanku yang seperti ini, aku tidak bisa menjanjikan masa depan yang baik untukmu. 
Bukan aku tidak mau berjuang untukmu, tapi memang seperti ini keadaannya. Aku hanya sadar diri. 
Di bumi yang penuh dengan standar sosial seperti ini, kita tidak mungkin bersatu.

Aku pernah mencoba mencari wanita lain yang kupikir sepadan denganku. 
Sayangnya aku belum menemukan seseorang yang tepat untukku. 
Tidak ada yang mampu membuatku tertarik seperi aku tertarik padamu. 
Aku begitu terpukau membaca ceritamu, aku bisa merasakan sakit serta ketakutanmu. 
Apakah kamu tahu betapa aku ingin melindungimu, memelukmu, menjadi tambatan hatimu...

Shinta sayangku...
Terkadang aku lelah memendam cinta seperti ini. 
Namun menyatakannya aku tak mampu. 
Sementara menahan rasa,  membuat hatiku sakit luar biasa. 
Aku ingin bertemu denganmu, tapi itu hanya akan membuat cintaku semakin dalam untukmu. 
Padahal aku begitu rindu padamu.
Aku egois ya? Aku hanya memikirkan perasaanku saja. 
Aku tidak memikirkan perasaanmu, tidak meminta pendapatmu, membiarkan dirimu bertanya tanya atas semua sikap anehku.
Maafkan aku...

******
Seperti surat surat yang lainnya, surat itu tidak pernah selesai ditulis. 
Dan berakhir di keranjang sampah setelah diremas habis.
Lelaki itu sudah memutuskan, hari ini adalah hari terakhirnya mengunjungi candi ini, candi dengan relief yang menceritakan tentang kekasihnya...

 

Sabtu, 09 Maret 2013

pada suatu pagi

Hari ini aku terbangun dan teringat pada suatu pagi, 
saat di mana sinar mentari sudah menembus tirai jendela,
tapi kita tak juga beranjak dari ribaan tempat tidur,
bahkan menarik selimut lebih tinggi dan terbenam lebih dalam.
Aku teringat pada tatapan matamu saat sedang memandangiku,
yang membuatku tersipu dan ingin bersembunyi di balik bantal.

Kuingin pagi tak segera siang. 
Namun mentari mulai menyilaukan
dan perut mulai keroncongan
dengan enggan kuakhiri sebuah momen pagi
yang mungkin tak akan pernah terulang lagi.....

Selasa, 05 Maret 2013

mutiara bunda

Buuu...buu.. mba Putri mati... tubuhnya mengapung di pantai, teriak Bayu sambil berlari.
Dengan tergopoh gopoh bu Surya berlari menuju pantai, menyusul Bayu, putranya yang berusia 6 tahun. Dari jauh dilihatnya sesosok tubuh mengapung di atas air. Diterjangnya ombak kecil yang belum sempat mencapai bibir pantai. 
Puuuutriiiiiii....., teriakan bu Surya memecah hening pagi.
Tiba tiba tubuh terapung itu bergerak lincah dan langsung berdiri.
Putri!! Berapa kali ibu katakan, jangan suka tidur sambil mengapung! Kamu bisa dikira mati!, omel bu Surya sambil mencubit lengan putrinya sampai meninggalkan bercak kebiruan.
Ampun buu, ampun.. sakit tau... Iya ga lagi lagi...tadi Putri cuma sedikit mengantuk bu, tau tau ketiduran, Putri berusaha menjelaskan dengan suara seperti bergumam.

Putri, gadis kecil itu mahir berenang dan menyelam, karena dia bersama adiknya Bayu dan ibunya, tinggal di pulau kecil. Ayah mereka sudah meninggal ketika Bayu kecil. Melaut dan tidak pernah pulang lagi. 
Ibu Surya adalah petani rumput laut. Penghasilannya tidak seberapa, karena rumput laut hanya bisa dijual ke tengkulak. Karena itu beliau tidak mampu menyekolahkan anak anaknya.

Selain membantu ibu menanam rumput laut, Putri juga membiakkan terumbu karang. Senang sekali ia melihat karang karang kecil itu tumbuh dan bercabang, ia mengenali pucuk pucuk karang baru yang dirawatnya bagai bayi, seperti ketika ia merawat Bayu sewaktu kecil dulu, saat ibu terlalu sakit karena kehilangan ayah. 
Ketika terumbu karangnya sudah mulai besar dan siap panen, banyak ikan hias akan datang dan tinggal di sekitar bayi bayi terumbu karangnya. Itu yang menyebabkan Putri senang menyelam berlama lama. Baginya membiakkan terumbu karang lebih menarik daripada menanam rumput laut. Jika sudah terlalu lama menyelam, Putri akan lelah dan mengantuk, baginya untuk tidur sejenak tidak perlu pulang dulu. Ia hanya tinggal merebahkan tubuh kurusnya di atas air dan langsung tertidur begitu saja, ya begitu saja.

Dan sudah seminggu ini, kebiasaan tidur mengapungnya semakin menjadi. Karena Putri menyelam lebih lama dari biasanya. Hal ini bermula ketika ia sedang mencari karang untuk dijadikan anakan, tak jauh dari sebuah bangkai kapal tua. Orang kampungnya bilang itu kapal Jepang, peninggalan perang dunia ke 2. Kapal angker. 
Putri tidak mengerti di mana letak angkernya. Baginya kapal itu sama sekali tidak tampak menyeramkan. Sebagian bangkai yang tersembul di permukaan mungkin hanya seperti besi tua yang dibuang begitu saja.Tapi di bawah permukaan air, banyak kehidupan di bangkai kapal itu. 

Di dalam kabin suasana begitu sunyi. Tak ada suara, bahkan arus laut tak terdengar di sana. Putri tak bisa menyusuri bangkai kapal itu terlalu jauh. Karena ia tidak mampu menyelam terlalu lama.
Putri penyelam alami, ia tidak memakai tabung oksigen dan perlengkapan menyelam lain. Ia hanya mengenakan kacamata renang pemberian seorang turis. Kacamata yang dijaganya dengan baik, karena itu miliknya yang sangat berharga.

Di dalam bangkai kapal karam itu terdapat banyak ruangan, ada yang besar ada yang kecil. Di antara sekian banyak ruang, ada satu pintu yang masih tertutup rapat. Mungkin terkunci dan karat membuatnya tertutup lebih rapat. Berkali kali Putri mencoba untuk membukanya, ia mengungkit sela sela pintu, menendang, mendorong, tapi tak satupun cara berhasil. 
Sampai akhirnya minggu lalu, tiba tiba pintu itu sudah terbuka begitu saja. Seolah ada yang berhasil menemukan kuncinya. 

Putri tidak tahu ruangan apakah itu. Hanya sebuah ruang kosong dengan beberapa barang di dalamnya. Kadang Putri merasa seperti bajak laut yang sedang mencari harta karun. Tapi tak ada harta karun di bangkai kapal ini. Kalau toh ada mungkin sudah habis dijarah puluhan tahun yang lalu.

Putri suka sekali berada dalam ruangan itu, karena ketika berada di dalamnya ia merasakan sesuatu yang berbeda. Bukan hanya kesunyian yang menenangkan, tetapi ia juga bisa merasakan kehadiran ayah yang menemaninya selama berada di sana.
Kadang ia mendengar ayah menyanyikan sebuah lagu yang tidak dimengerti kata katanya. Atau mendengar ayah bercerita tentang masa kecilnya dulu.
Bagi Putri, pintu itu adalah jalan untuk bertemu dengan ayahnya. Namun ia tidak bisa menceritakan hal ini pada orang lain, entah itu Bayu atau ibu. Mereka tidak akan percaya dan mungkin malah akan melarang Putri untuk menyelam lagi.

Namun ibu lama lama mencium gelagat yang tidak biasa ini. Ibu mulai bertanya tanya, menyelam di mana, melihat apa di bawah sana, bagaimana rasanya berada di dalam bangkai kapal dan lain lain. Putri hanya menjawab seperlunya, bahwa ia hanya mencari karang untuk anakan. Ah, ibu memang selalu ingin tahu. 

Karena semalam hujan turun cukup lebat, maka hari ini ibu melarang Putri ke laut. Karena ombaknya masih lumayan besar. Tapi Putri merasa harus memeriksa rumput laut dan terumbu karang miliknya, apakah rusak karena badai semalam. 
Ketika ibu pergi ke pasar, Putri berlari secepatnya ke laut, sebentar saja pikirnya. Ia akan kembali sebelum ibu tiba. Lagipula hari ini ia sudah berjanji bertemu dengan ayah di bangkai kapal karam itu. Ia hendak berpamitan sejenak dengan ayah, karena ibu mulai curiga. Nanti kalau keadaan mulai tenang, dan ibu mulai lupa, ia akan mengunjungi ayah lagi.

Putri mulai memeriksa, dilihatnya jejeran rumput laut masih utuh, walau di beberapa bagian ada tali pengikat yang kusut dan menyatu, ia berniat mengurainya jika hari cerah dan laut mulai jernih. 
Tapi terumbu karangnya banyak yang rusak, tidak mengapa, ia akan menanamnya lagi. Sekarang tujuan terakhirnya, sebuah ruang di kapal karam.

Agak sulit menyelam dalam air keruh seperti ini, tapi Putri hafal berapa kayuhan sebelum sampai di sana. Hari ini memang tidak seperti biasanya, Putri merasa bulu kuduknya berdiri. Ada perasaan tidak enak yang menjalar. Putri mulai memanggil manggil ayahnya, tapi ayah tidak juga datang. Beberapa kali Putri harus naik ke permukaan untuk mengambil nafas, sebelum menyelam lagi, tapi hanya sepi yang ada, bahkan rombongan ikan teripun tak tampak. 
Putri tahu sudah waktunya untuk kembali, jika ibu tahu ia pergi ke laut, beliau akan sangat marah dan menghukumnya.
Ini yang terakhir pikirnya, dan ia mulai menyelam lagi. Butiran pasir yang terbawa air membuat jarak pandangnya sangat terbatas, dan arus di bawah juga lumayan deras. Tiba tiba sayup didengarnya senandung lagu yang biasa dinyanyikan ayah sebagai pengantar tidur sewaktu ia kecil dulu. Putri bergegas mendekati arah suara itu berasal.
Ayaah...aku harus pamit, ibu marah kalau aku terlalu lama menyelam. Ibu tidak mengerti betapa aku rindu ayah. Aku tidak percaya kalau ayah sudah mati, ayah mungkin sudah di Australia dan tinggal di sana. Dan ayah sedang mengumpulkan uang untuk bisa pulang kembali. Bukankah demikian ayah? 

Tak ada suara yang ia dengar menjawab kata katanya. Tapi hatinya tenang sekarang. Ayah pasti tidak akan marah kalau ia tidak mengunjunginya untuk sementara waktu. 
Tiba tiba laut menjadi jernih, Putri melihat terumbu karangnya sudah besar besar dengan banyak ikan hias yang berenang di sekitarnya. 
Ia melihat ibu sedang memanen rumput laut dibantu seorang pemuda gagah. Siapa dia? Putri seperti pernah mengenalnya.
Ia mendengar ibu memanggil, Bayu...bawa rumput laut ini ke darat dulu. Jadi itu Bayu, adiknya. Senyum tak lepas dari bibir Putri, ia bahagia melihat ibu dan adiknya. 
Terasa hangat seluruh jiwanya, ketika ia menyadari bahwa ayah sedang memeluk bahunya. 
Mari kita pergi nak...

*****

Buuu...buu.. mba Putri mati... tubuhnya mengapung di pantai, teriak Bayu sambil berlari.
Dengan tergopoh gopoh bu Surya yang baru pulang dari pasar, berlari menuju pantai, menyusul Bayu. Dari jauh dilihatnya sesosok tubuh mengapung di atas air. Diterjangnya ombak kecil yang belum sempat mencapai bibir pantai. 
Puuuutriiiiiii....., teriakan bu Surya memecah hening pagi.
Biasanya tubuh terapung itu akan bergerak lincah dan langsung berdiri.
Putri!! Berapa kali ibu katakan, jangan suka tidur sambil mengapung! Kamu bisa dikira mati!, omel bu Surya. 
Tapi kali ini, Putri diam saja, tidak bergerak sama sekali......
Dari kejauhaan deburan ombak menenggelamkan raungan seorang ibu yang kehilangan anaknya.

*******

Untuk anak anak down syndrome seperti Putri, yang menjadi teman renangku dua tahun ini. 
Untuk para bunda yang dengan setia dan penuh cinta mendampingi anak anak mereka dalam segala keterbatasannya.

ikan kecil

Seekor ikan berenang di dalam kolam,
Berharap menemukan lautan.
Kata air kepada ikan,
Ini aku, jadikan aku laut bagimu,
Aku adalah hulu dan hilir jika kau mau,
Sehingga tak lelah sirip kecilmu mencari,
Karena yang kau cari sudah ada di sini..


Foto