Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Jumat, 04 Oktober 2013

Humpty Dumpty

Humpty Dumpty sat on a wall
Humpty Dumpty had a great fall
All the king's horses and all the King's men
Couldn't put Humpty together again......


Perlahan lagu kanak kanak tentang manusia berkepala telur itu tergiang di telinga Asa. Ditatapnya lelaki yang sedang tertidur pulas di sisinya. Bentuk kepalanya oval, seperti telur...seperti humpty dumpty. Asa tersenyum sendiri menahan tawa, agar tidak membangunkan lelaki itu. Kedua lengan lelaki itu masih memeluknya, seolah hendak melindunginya dari dingin malam yang menusuk tulang.
Kelopak matanya seperti mata wayang, panjang segaris dan tengah terpejam, Asa bisa merasakan hangat hembusan nafasnya.
Di luar tenda, suara jangkrik hutan bernyanyi tanpa mampu menghilangkan senyap yang ada.

Asa belum terlalu lama mengenal lelaki itu. Tapi dia dengan mudah mengambil hatinya. Asa tidak mudah jatuh cinta, karena hatinya pernah sedemikan patahnya. Bukan hal yang bersifat fisik dan materi, tetapi sikap dan perlakuan lelaki itu terhadapnya yang bisa membuatnya kembali luluh.

Lelaki itu lucu, celotehannya bisa membuat Asa terpingkal-pingkal. Asa nyaman berada di dekatnya, apalagi setelah pada suatu saat ketika sakitnya kambuh, lelaki itu dengan tenang merawatnya dan tahu apa yang harus diperbuat. Dia bukan dokter, Asa bahkan tidak tahu apa pekerjaannya. Dia bisa berada di mana saja. Bisa berhari hari tanpa kabar, bisa juga berhari hari menemaninya bercengkerama dengan alam.
Seperti hari ini. 

Ketika berkemah kembali, nyaris hanya tinggal mimpi bagi Asa, lelaki itu membuatnya terwujud. 
Tertatih menuju air terjun, yang baginya sebagai pendaki hal itu dulu adalah pekerjaan mudah. 
Duduk bersandar di batu besar menikmati kerlip bintang, riak sungai kecil, dan sepasang kunang kunang yang terbang di gelap malam. 
Menyusuri hutan keramat, melihat monyet-monyet yang sedang bermain di dahan, sampai mencium aroma wewangian yang mengikuti sepanjang perjalanan, yang entah darimana asalnya. 
Memadang lampu kota dari ketinggian. 
Menikmati hujan dan dingin malam di tengah perkebunan teh, semua mereka lakukan bersama.

Pernah Asa bertanya, apakah lelaki itu peduli padanya?
Dia hanya menjawab dengan lugas, bagian mana yang membuatmu tidak mengerti?
Asa terkejut dan terdiam, berusaha mengartikan maksud dari kalimat itu.
Tidak ada kata cinta atau sayang yang diucapkan, yang bisa membuatnya teryakinkan.
Karena memang sulit baginya untuk mempercayai begitu saja bahwa semua tindakan yang dilakukan lelaki itu berdasarkan cinta.
Ah sudahlah pikirnya. Biarkan semua mengalir saja.
Bagi Asa hampir semua mimpinya sudah menjadi nyata...
Tinggal permintaannya terakhir, bahwa Asa ingin menghabiskan hari harinya dengan orang dia cinta dan mencintainya. Apakah lelaki ini jawabannya? Asa tidak tahu. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apapun. 

Sekembalinya dari perjalanan itu, mereka sudah merencanakan perjalanan berikutnya dan kegiatan bersama yang membuat hidup terasa lebih bermakna. 
Sampai suatu ketika, sebuah pesan singkat Asa terima....
Maaf, aku mendapat tugas. 
Aku harus berangkat. 
I'll be right back..

Berangkat? Ke mana? Sampai kapan? Ada apa ini? Bagaimana dengan rencana kita? Kegiatan kita? Apakah kita akan bertemu lagi? Apa sebenarnya tugasmu? Bisakah kamu menjaga dirimu untukku? Apakah semua ini hanya kebohongan semata?
Sejuta tanya menyeruak, tapi tanpa jawab...
Komunikasi mati...
Asa merasa sangat kecewa. Belum tuntas bahagia yang baru saja direguknya. Hatinya kembali patah.

****

Di sebuah hutan di perbatasan negara, beberapa orang berdiri dengan senjata di tangan, dan seseorang di antaranya menodongkan senjata di kepala telur seorang lelaki bertubuh tegap dan memaksanya untuk berjalan hingga ke bibir jurang yang tak terlihat dasarnya. 
Lelaki itu teringat sepasang kunang kunang yang membuat kekasihnya begitu bahagia.
Lelaki itu masih bisa merasakan harum aroma rambut kekasihnya, lembut bibirnya, lengan dinginya, dan kerapuhan yang membuatnya selalu ingin menjaganya. 
Lelaki itu teringat janjinya untuk kembali. Janji yang begitu ingin dia tepati.

Dalam satu hentakan tembakan, semua ingatan itu hilang. Tubuh perkasa itu terlempar ke dalam gelap jurang. 

Ratusan kilometer dari tempat itu, sebuah lagu tergiang di kepala Asa. Sebuah lagu kanak kanak yang baginya menjadi sebuah pertanda entah apa.....

Humpty Dumpty sat on a wall
Humpty Dumpty had a great fall
All the king's horses and all the King's men
Couldn't put Humpty together again......