Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Sabtu, 05 Oktober 2013

Cinta tak pernah salah

Matanya berbinar saat sedang bercerita, celotehnya banyak, kalau bicara bentuk mulutnya lucu, membuatku gemas ingin mengecupnya. 
Aku mengenalnya saat menonton pagelaran wayang beber. Pertemuan demi pertemuan berlanjut. Pernah suatu saat aku agak mabuk, karena tidak terbiasa minum minuman keras. Saat teman-teman lain mengolok-olokku, dia yang menenangkan dan memberiku minum untuk menetralkan efek alkohol yang membuat panas wajahku. Dia sendiri tidak menyentuh minuman itu sama sekali. Itulah saat pertama aku mulai menyukainya. Perhatiannya tulus.

Tiada hari tanpa kabar, tanpa cerita. Banyak topik yang bisa jadi bahan perbincangan kami. Aku selalu rindu berbincang dan mendengar suaranya. Dia malah terkadang jatuh tertidur saat berbincang denganku. Katanya suaraku membuatnya tenang dan mengantuk.
Tapi dari semua topik yang kami bicarakan, yang sangat menyakitkan hatiku adalah saat dia mulai bercerita tentang kekasih barunya. Dia bercerita begitu detail apa saja yang dia rasakan dan mereka lakukan bersama. Ada gemuruh yang siap meledak di dalam dadaku saat seperti itu. Tapi aku mampu menahan diriku.  

Kami kerap menghabiskan akhir pekan bersama, dia akan mengajariku berenang. Ya..aku memang tidak bisa berenang. Dia akan memegang tanganku dan menariknya sementara aku belajar mengayuh kakiku. Berkali kali aku meminum air kolam. Dia hanya tertawa jika melihatku tersedak. Katanya itu biasa bagi pemula. 

Biasanya setelah kami berenang, kami akan kelelahan dan akan menghabiskan waktu di kamarnya yang sejuk, sambil mendengarkan lagu lagu cinta. Damai sekali rasanya bisa berada sedekat ini dengannya. Berbaring di dekatnya membuat degup jantungku tak teratur. Aku ingin memeluknya, menyentuhnya, menciumnya. Betapa aku berharap dia mempunyai perasaan yang sama denganku. Jika kutatap matanya dalam dalam saat bercerita, dia akan segera berpaling menghindari tatapanku yang seolah terpaku padanya. 

Hari ini setelah lelah kami sirna, dia berkata padaku. 
Kamu itu kenapa tidak suka bersolek? Setidaknya pakailah bedak atau lipstik. Kamu tak membutuhkan banyak riasan karena kamu sudah cantik. Alami. 
Lalu dia mengeluarkan alat alat kosmetik miliknya dan mulai mendandani aku. Kubiarkan saja tangannya melukis wajahku. 

Ya, inilah aku. Panggil saja aku Nita. Dan gadis manis yang sudah membuatku jatuh cinta itu bernama Lara.
Aku tahu cinta tak pernah salah.
Betapa ingin kuungkap semua rasaku untukmu...