Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 21 Mei 2012

Because I'm a Girl



Hari ini, waktuku untuk mengajak kamu berjalan jalan. Keluar rumah, menikmati hangatnya mentari pagi. Walau kamu tidak dapat melihat sinarnya lagi, kamu tetap bisa merasakan hangatnya. 

Ayo, sayang.. Kamu sudah mandi kan? Sekarang kamu bisa melakukan hal itu sendiri. Membersihkan dirimu, menyikat gigi. Memakai baju. Membutuhkan waktu lama sampai kamu bisa melakukan semua hal itu. Bukan karena kamu tidak mampu, tapi karena sulit bagimu (juga bagiku) untuk menerima kenyataan bahwa kamu tidak bisa melihat lagi....

Kamu marah, membenci semua, termasuk Tuhan, aku dan semua orang di sekelilingmu. Kerjamu hanya marah dan marah. Tak ada yang berani mendekatimu, karena tidak mau jadi sasaran amukmu. 
Kamu tau, betapa sakitnya hatiku melihatmu dalam keadaan seperti itu. Sangat sakit. Aku hanya bisa berjanji dalam hati, aku akan selalu menemanimu apapun yang terjadi. Walau sejuta kali kamu mengusirku..

Sampai akhirnya, kamu bisa pasrah dan mulai tenang. Benar benar tenang, sampai tidak berbicara lagi. Tidak mengeluarkan kata sedikitpun. Tapi tidak lagi menolak untuk dimandikan, disuapi atau di ajak berjalan jalan. 
Kamu mulai mendengar saat aku membacakan buku buku untukmu dan menceritakan apa saja yang kulihat. 

Aku tahu, kamu malas keluar rumah karena tidak mau bertemu dengan orang orang dan bertanya, kenapa matanya? Bagimu, tidak ada bedanya apakah itu perhatian atau hanya rasa ingin tahu saja. Tetapi, selalu mengurung diri di kamar tidak baik bagimu, akan membuatmu bertambah depresi dan ingin bunuh diri seperti dulu.  

Kita memang bukan pasangan sempurna, kita bukan Romeo dan Juliet, bukan juga Sam Pek dan Eng Tay, yang kisahnya melegenda. Kita hanya dua anak manusia yang berbeda tapi saling mencintai.  Namun kita tidak dapat mempersatukan cinta kita dalam sebuah ikatan, karena terlalu banyak rintangan yang rasanya sulit untuk ditembus.  Dan sulit bagi kita untuk saling melepaskan, kita bagaikan magnet bagi satu sama lain. Sehingga akhirnya kita jadi saling menyakiti.

Tapi kini, semua orang juga tahu, betapa kita saling mencintai. Apapun yang terjadi tidak membuat cinta kita pudar. Kita telah teruji. Dan kita keluar sebagai pemenangnya. 

Ah, hari sudah semakin siang.. 
Mari sayang, genggam tanganku dan pegang tongkatmu. Kita nikmati sejuknya udara pagi di kaki gunung ini. Jauh dari keriuhan kota. Lihatlah hari ini pohon jambu di rumah tetangga mulai berbunga, sebentar lagi pasti jadi santapan anak anak. Di sana, gunung Salak masih tertutup kabut putih, tapi sebentar lagi akan terlihat gagahnya... 

Perlahan kami menyusuri jalan setapak, berpapasan dengan anak anak yang hendak berangkat sekolah, ibu ibu yang hendak ke pasar dan para bapak yang hendak ke sawah.
Di kesejukan pagi ini, kurasakan tanganmu meremas jemariku. Walau tak ada kata yang keluar dari bibirmu, aku tahu apa artinya itu...
Ya, aku juga mencintaimu sayang...