Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 09 Juli 2012

Ata




Namanya Ata, gadis bermata segaris dengan senyum yang sangat manis. Tertawanya lepas, bebas. Dia gadis pemberani. Dia temanku sejak bertahun yang lalu (kalau kusebut lamanya kita bersahabat, kelihatan tuanya ya Ta?). Kami tumbuh bersama. Melewati banyak peristiwa sampai akhirnya kami memiliki kehidupan masing masing. Tapi hal itu tidak membuat kami merasa asing dan jauh satu sama lain.

Dari sekian banyak teman yang ia miliki, dari sekian banyak tempat di dunia yang pernah dia kunjungi, dia berkata, bahwa akulah labuhan hatinya, bersamaku dia nyaman menjadi dirinya sendiri, karena aku menerimanya apa adanya. Tak perlu memakai semua topeng dan tak perlu menjaga image. 

Dia pernah memberiku seikat bunga, yang kusimpan bertahun tahun lamanya. Katanya dia ingat aku ketika melihat bunga itu. Dan membawanya dari jauh khusus untukku.

Bukan bunganya, bukan juga oleh oleh lain yang sering dia bawakan untukku, yang membuatku merasa sangat berarti baginya, tapi ketika dia mengingatku saat berada ribuan kilometer jauhnya, saat dia berada di belahan dunia yang lain, dia tetap membawaku ke dalam ingatannya.

Dia senang berbincang denganku, katanya, dia selalu mendapat sesuatu yang baru dari perbincangan itu. Aneh bukan? Aku belum pernah berkeliling dunia seperti dia, semestinya aku yang mendapatkan banyak hal baru darinya, dari bagian dunia yang belum pernah aku lihat. 

Dia bahkan pernah bertengkar dengan adiknya hanya karena berandai andai. Seandainya, dia memenangkan undian pergi keliling dunia untuk dua orang, dia akan memilihku untuk menemaninya. Dan hal itu membuat adiknya marah, karena merasa tidak dipilih. Aku hanya bisa tertawa saja. Berharap memenangkan hadiah untuk sebuah undian yang tidak pernah dikirim. Dan aku tahu, aku telah memenangkan hatinya.
Salah..salah.. Sebenarnya dia yang telah memenangkan hatiku. Dia yang berhasil mendapatkan cinta tulusku. 
Hari ini, dia membuatku menangis, karena sebuah kue yang belum pernah kucicipi, tiba tiba dikirim kurir ke rumahku. Kue cinta...
Belum pernah aku mendapatkan kejutan seindah ini.

Mungkin beginilah persahabatan sejati, tidak ada persaingan atau iri hati, tidak malu menjadi diri sendiri, tidak merasa bangga dengan kelebihan yang dimiliki, tidak juga minder karena kekurangan yang tidak hakiki . 
Saling menerima, saling memberi dan saling mengisi. 
Ta, semoga persahabatan kita abadi...  

Cinta itu seperti pelangi, 
warna warninya indah, 
manisnya terasa sampai remah terakhir, 
kejutannya bisa membuat air mata membentuk pelangi baru...