Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Minggu, 24 Juni 2012

Unconditional love (part two)

Ceritaku dan anjingku mungkin tidak sepedih cerita Aki. Aku juga pernah mengalami hal yang sama sewaktu aku kecil dulu. Kehilangan anjing kesayanganku.

Namanya Mopi, jenisnya cihuahua. Aku memilikinya sejak umurku 6 tahun. Suatu hari dibawa pulang Papaku dan masih bisa disembunyikan dibalik jaketnya, karena Mopi masih kecil saat itu.
Mopi tidak pernah menggigit. Dia anjing yang penurut. Kibasan ekornya menandakan dia sedang bahagia, dan bahagianya adalah ketika melihatku pulang dari sekolah.

Sampai ketika aku berusia 12 tahun, Mopi terluka karena ada seseorang memukul kepalanya yang kecil. Dua hari kemudian Mopi mati. Tinggal aku menangis berhari hari. 


Luka itu terlalu dalam. Aku tidak memelihara anjing lagi setelah aku ditinggal Mopi. Aku tidak mau terluka lagi, tidak mau sakit hati lagi. 
Sampai 3tahun lalu, aku menonton film berjudul Hachiko. Film yang diambil dari cerita nyata tentang kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Anjing yang tetap menunggu majikannya pulang di stasiun kereta, walau majikannya sudah lama meninggal dunia. Hachiko melakukan hal itu selama 9 tahun!!! Sampai akhirnya dia mati. 


Saat itu aku mengerti, tidak hanya aku yang terluka ketika Mopi mati, tapi anjingpun akan terluka ketika majikannya meninggal. 
Dan aku harus belajar menerima kehilangan, ketidakabadian dan kematian karena itu adalah bagian yang wajar dari sebuah siklus kehidupan. 
Dua tahun lalu, hadirlah Hachiko ku. Anjing kecil berbulu panjang, jenis shih szu. Itu gayanya ketika tidur. 
Kata Aki, Chiko itu seperti gumpalan bulu yang tidak jelas mana mukanya, badannya, kakinya atau ekornya. Hahahaha...
Yang jelas hanya satu, aku mencintainya....