Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Kamis, 13 September 2012

Friendzone

Ayo cerita, seperti apa dia? 
Bagaimana aku harus menjawabnya? Siapa yang dapat tahan jika melihat mata bulat itu memohon?
Hmm, dia seperti kamu... Lucu, polos, bawel, cengeng, tomboy, seperti kamu..
Siapa namanya? Kapan kamu mau mengenalkan aku dengannya?
Nanti yaa...jika sudah tiba saatnya.
Kapan itu? 
Sudahlah, kita bicarakan hal yang lain saja ya?
Uuuhh selalu seperti itu... Ya udah, aku pergi dulu ya..
Cemberutmu itu, selalu membuatku gemas, tidakkah kamu menyadari itu?
Tentu saja tidak...
Dan kamu berjalan pergi setengah berlari atau melompat lompat (?) yang membuat kuncir ekor kudamu bergoyang goyang.
Aku menarik nafas panjang, kuelus dada ku, ingin aku bertanya pada hatiku, apakah kamu baik baik saja? 
Tidak ada orang lain di hatiku, hanya ada kamu. Tapi bagaimana aku mengungkapkan semua rasa yang ku punya, jika kamu hanya menganggapku sebagai teman belaka. Teman yang sangat mengerti kamu, mendengar semua cerita ceritamu, dari sulitnya soal ujian  sampai lelaki yang membuatmu jatuh cinta hanya 1 jam setiap harinya, siapa lagi kalau bukan bintang Korea itu. Aku menemanimu kemana mana, membantumu mengerjakan tugas, sampai mendaki gunung bersama. 
Aku tidak berani jujur tentang perasaanku karena aku tidak ingin kehilanganmu, aku tidak ingin kamu berubah, aku ingin selalu ada di dekatmu, dan menurutku hanya persahabatan ini satu satunya cara. Karena itu biarlah kunikmati rasa ini sendiri. Kamu berbahagia saja. 

******

Baginya aku mungkin hanya anak kecil yang bisa dengan seenaknya dia isik isik rambutku sampai berantakan, yang mentertawakan aku jika aku tidak bisa turun dari pohon mangga di belakang rumah, atau mengatakan bahwa otakku kurang "secomot" kalau aku tidak bisa mengerjakan tugas fisika.
Dia teman kakakku, dia pandai melukis, dia suka menulis, tapi penampilannya kelimis. Mungkin dia hanya seniman 'jadi jadian' belum menjelma jadi seniman sungguhan. 
Aku tahu dia suka menulis tentang seorang wanita, yang kelihatannya sangat sempurna. Dia juga pernah melukisnya, tapi hanya dalam bentuk sepotong wajah.
Andai itu aku...
Andai aku bukan gadis kecilnya...
Tahukah dia apa yang aku rasa? Tentu saja tidak..
Aku menarik nafas panjang, kuelus dada ku, ingin aku bertanya pada hatiku, apakah kamu baik baik saja? 
Aku tidak ingin kehilangan dia, aku tidak ingin dia berubah, aku ingin selalu ada di dekatnya, dan menurutku hanya persahabatan ini satu satunya cara. Karena itu biarlah kunikmati rasa ini sendiri. Kamu berbahagia saja.