Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Jumat, 14 September 2012

Ayah...aku rindu...


Selamat malam ayah...
Sedang apa ayah di sana?
Apakah ayah baik baik saja?
Aku hanya mau bercerita, sekarang sudah punya rumah yang bagus ayah... 
Di halaman kutaruh batu batu supaya ayah bisa berjalan jalan sambil memijat kaki. Kata ayah, hal itu baik untuk kesehatan.
Di teras aku letakkan sebuah kursi jati, tempat ayah biasa membaca koran di pagi hari sambil menikmati hangatnya mentari.
Aku juga punya sofa kulit yang sangat nyaman untuk ayah menonton televisi.
Ohya, kamar mandi juga kurancang khusus untuk ayah, sehingga ayah tidak kesulitan lagi jika hendak ke kamar mandi.
Ayah, sekarang aku sudah punya mobil, aku bahkan bisa mengendarainya sendiri. Sungguh ayah, aku tidak berbohong hanya untuk menyenangkan hati ayah. 
Dengan mobilku, ayah tidak perlu lagi kepanasan saat mengendarai motor tua itu untuk bekerja. Ayah juga tidak perlu lagi berteduh di bawah jembatan layang saat hujan deras turun.
Sekarang hidupku nyaman dan aku bahagia, ayah..
Tidak pernah lagi makan nasi hanya dengan kecap, tidak perlu lagi menadangi atap rumah yang bocor dengan ember sewaktu musim hujan tiba.
Sepatuku banyak, aku tidak perlu  menyemir sepatu merah supaya jadi hitam seragam, dengan semir yang bisa luntur ketika basah saat melewati genangan air.
Ayah, aku masih suka ke laut. Walau tidak untuk memancing, seperti kegemaran ayah. Aku melarungkan bunga untuk ayah..
Aku tahu, kelak kita akan bersama lagi seperti dulu..
Ayah...aku rindu....