Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Rabu, 12 Desember 2012

12.12.12

ULYSSES

Ayolah temanku
Sekarang belumlah terlambat
untuk menemukan dunia yang lebih baru

tekadku sudah bulat

untuk berlayar menuju matahari terbenam
meski…..

kini kita tak sekuat dulu lagi
bergerak diantara langit dan bumi;
itulah kita,
itulah kita;---

Sebuah hati yang teguh,

menjadi lemah oleh waktu dan sakit penyakit,
tapi kemauan yang kuat membuat kita bertahan hidup,
mencari,
menemukan dan
tidak menyerah."

(Alfred, Lord Tennyson)

Perlahan kubaca puisi di atas. 
Seorang sahabat memberiku puisi itu. 
Puisi yang berisi untaian kalimat yang mampu menguliti hati. 
Betapa dia seolah tahu apa yang sedang kurasa. 
Tak dapat kutahan airmata yang menitik jatuh. 
Bukan senyum dan ketegaran palsu yang kuperlihatkan di depan mereka.
Itu ungkapan jujur, yang benar benar kurasa saat mereka hadir di dekatku.
Tapi di saat lain, yang kurasa hanya hampa yang begitu pedih menusuk asa. 
Aku bagai perahu lesung yang melarung sendiri di tengah samudra. 
Tanpa layar, tanpa kayuh. 
Hanya mengalun mengikuti gelombang.
Sudah kucoba enyahkan hampa ini. 
Tak kurang syukur juga yang kupanjatkan. 
Namun semua perlahan mengabur, buram, yang tinggal hanya kerlip dalam remang semata. 
Dunia abu abu. 
Di mana nada dan warna tidak lagi mampu membangkitkan asa. 
Bisa kalian bayangkan hampanya?