Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Kamis, 20 Desember 2012

My heart....

Awalnya dia sama seperti pasienku yang lain. Yang datang karena sesuatu yang tidak biasanya dia rasa (dia anti dengan kata 'keluhan'. Dia tidak suka mengeluh, itu alasannya). 
Tapi setelah beberapa kali bertemu, aku melihat ada yang sangat menarik pada dirinya. Spontanitasnya, lucunya, gaya bicaranya, dia sanguin sejati.
Apa adanya, tidak penuh kepura-puraan. Kental dengan gairah dan kepolosan kanak kanak yang tidak berusaha dia tutupi dibalik sikap 'jaim' seperti yang biasa ditunjukkan wanita lainnya.
Jika hendak memuji, dia akan memuji. 
Jika hendak mengambil gambar, dia akan menyiapkan kameranya dan mengambil gambarku yang sedang salah tingkah. 
Atau saat dia terkejut melihatku memotong habis rambutku, dia membelalakkan mata dan memajukan bibirnya. Lucu sekali wajahnya.
Atau disaat yang lain, dia tiba tiba mengeluarkan kanvas lengkap dengan spidol warna warni, untuk kugambar. Hei, aku ini dokter, buka pelukis.
Atau saat kutanya, darimana dia mengerti istilah istilah medis, dengan santai dia menjawab bahwa dia alumni dari Grey's Anatomi University!!
Atau ketika tiba tiba aku mendapatkan pesan pendek darinya :
Have a nice weekend doc !!
Kubalas singkat :
Hi.. You too.
Dan dia membalas lagi :
Waaaa...dibales...dibales... smsku dibales..
Duuh senangnya... :))
Sungguh, bahagia itu sederhana...
Aku terbahak membacanya. Darah mudaku bergejolak kembali. Dan dengan bodoh kubalas :
Ah..kamu itu..
Bodoh bukan? Ketahuan sekali jika aku ini grogi.. Hahaha.
 
Sungguh, tidak hanya terhadapnya, tapi terhadap semua pasienku, aku ingin mereka bisa sembuh atau setidaknya merasa lebih baik, kualitas dan semangat hidup mereka meningkat dan hanya bertemu denganku sesekali saja, bukan untuk keluhan  tetapi untuk kabar baik atau hanya sekedar kontrol. 
Pertemuan demi pertemuan, semakin mengeratkan kami. Dia bagai magnet yang terus menarikku. 
Sayang sekali, mengapa kita harus bertemu sebagai dokter dan pasiennya?
Apakah kalian tahu, aku sedang berusaha keras agar tidak jatuh cinta padanya... 

*****
 
Rambutnya perak, membuatnya terlihat semakin matang dan menarik. Dia tampan. Senyumnya jenaka. Aritmiaku selalu kambuh jika bertemu dengannya. Entah apa yang membuatku begitu menyukainya. 
Mungkin karena dia pintar. 
Mungkin karena gerak jemarinya yang selalu menggambar ketika sedang menjelaskan sesuatu. 
Mungkin karena dia tidak pernah tersipu walau aku sudah melemparkan senyumku yang paling menggoda. Hahaha.
Jelas aku kalah telak. 
Persiapanku seperti 'nenek nenek rempong' ketika hendak bertemu dengannya. Aku bahkan mempunyai parfum yang kupakai khusus, hanya jika hendak bertemu dengannya. Entah untuk apa. Mungkin aku ingin dia mengingat harumnya. 
Pertemuan demi pertemuan, semakin mengeratkan kami. Dia bagai magnet yang terus menarikku. 
Sayang sekali, mengapa kita harus bertemu sebagai pasien dan dokternya?
Apakah kalian tahu, aku sedang berusaha keras agar tidak jatuh cinta padanya...