Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Jumat, 05 Juli 2013

alamat...

Kuelus lembut rambutnya yang tipis. Beberapa helai jatuh di tanganku. Kutahan airmata yang hendak menitik jatuh. Kucoba untuk tersenyum. walau berat rasanya. Kutarik nafas panjang...

Sayang, kalau kamu mau tahu, dari semua laki laki yang pernah menyukaiku, cuma kamu yang paling gila. Yang suka tertawa dengan keras, bicara konyol, latah, tidak pakai jaim dan suka main tubruk kaya busway. 
Awalnya tidak ada rasa suka sedikitpun yang kurasa terhadapmu. Sampai beberapa kali kita jalan bersama dan berbagai sisi dirimu yang kulihat. Sampai saat itupun aku tidak yakin. Kita seperti berasal dari dua belahan dunia yang berbeda. 
Kamu hanya ingin bersenang senang, sementara aku lebih serius menghadapi hidup. Mungkin sisi seriusmu sudah kamu habiskan untuk pekerjaanmu. Sehingga saat bersamaku kamu hanya ingin lepaskan semua beban hidup itu.
Dan caramu cemburu? Membuatku tidak menyangka kalau orang sesantai kamu bisa memiliki perasaan seperti itu juga. 

Tapi kini lihatlah... tak tersisa semua gelak tawamu, sikap gilamu. Yang kulihat hanya sesosok tubuh kurus dengan tubuh hanya tinggal tulang, kulit yang kering berkeriput dan rambut yang rontok. Kanker paru, sudah merenggut semua ceriamu. Terlalu belia usiamu saat semua ini datang. 

Perlahan matamu mengerjap dan bibirmu terbata hendak bicara. Kedekatkan telingaku, tapi tak ada suara yang kudengar. Aku tahu waktunya sebentar lagi tiba. Kupeluk tubuhmu yang terasa ringan dalam dekapku. Tubuhmu mengejang sesaat sebelum lunglai. Selamat jalan sahabat, sampai kelak kita berjumpa lagi.
Perlahan tubuhmu mulai dingin dan memberat. Para perawat memintaku untuk melepaskan pelukanku. 
Ijinkan aku memeluknya sesaat lagi? Pintaku memohon.
Tapi dengan lembut mereka menarikku menjauh.

******

Satu pertanyaanku yang belum kamu jawab semasa hidup, di mana alamatmu?
Sekarang aku tahu...
TPU Kampung Kandang Blok AAI.