Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Rabu, 08 Januari 2014

hai kamu...

Apa kabarmu? Lagi di mana kamu sekarang?
Aku lagi nyepi, di tengah kebun teh, di tepi hutan. Biasa, lagi kena penyakit orang kota. Bosan, mumet, jenuh dengan keriuhan kota besar.
Di kabin ini aku tinggal sendiri. Dari jendela kamarku terpampang luas hijaunya kebun teh dan sebuah bukit dengan hutan yg masih lebat dan kerap tertutup kabut. 
Kala malam tiba, gemerlap kerlip lampu kota  indah sekali, kontras dengan pekatnya malam.
Ingat kala kita menikmati malam di ketinggian, kelap kelip lampu membuatmu termenung lama. Dan ketika kita harus pulang, kamu berkata :
Aku ingin lebih lama lagi di sini...
Kalau saja kamu di sini, kita bisa nikmati indahnya malam sepuasmu. Selelahnya mata sampai kantuk melanda.
Oh ya, hari ini aku belajar memasak menggunakan kayu bakar. Kulihat ibu mencontohkan caranya. Sesekali api ditiup menggunakan bambu agar nyala api stabil. Dan tahukah kamu apa yg terjadi saat aku mencoba meniup api?
Abu sisa kayu bakar berterbangan kemana mana, hasilnya wajahku cemong semua dan seluruh tubuhku bau asap.. hahaha...
Aku juga belajar memetik pucuk teh. Sepertinya ulat ulat yg ada di iklan itu lebih cepat daripadaku..hahaha..
Pucuk pucuk pucuk..
Di sini ada 3 desa pemetik teh. Jarak antar desa berjauhan, karena kebun  teh ini luas sekali. Lebih dari 660 ha. Para pemetik teh yg kebanyakan ibu-ibu berangkat jam 6 pagi untuk bekerja. Mereka memerlukan waktu sampai 1 jam untuk sampai ke daerah yg dituju. Karena kadang wilayahnya sulit, sampai di lereng yang curam. Dan mereka di bayar murah untuk kerja keras mereka.
Untuk  1 kg pucuk teh, mereka mendapat upah Rp 400. Tidak sampai 500 rupiah. Dalam sehari merka bisa mengumpulkan sekitar 50kg. Yg berarti upah mereka hari itu Rp 20.000 saja. Para pemetik teh ini adalah pekerja turun temurun. Mulai dari kakek buyut mereka sudah bekerja di sini.
Kadang2 ada juga yg merantau untuk menjadi pembantu rumah tangga di ibukota. Miris ya..
 
Aku senang sekali menyepi di sini. Tenang dan damai. Waktu terasa melambat. Yuu kita wujudkan mimpi kita untuk menghabiskan hari tua di tempat yg setenang dan seindah ini.
Luar biasa rasany ketika satu persatu tempat dan tokoh2 dalam tulisanku menjadi nyata. Bukan lagi hanya sekedar khayal dan fantasiku semata.
Rumah kabin di kebun teh ini misalnya, di sinilah aku sekarang.
Dan kamu ...
kuharap kamu tidak hanya menjadi tokoh dalam tulisanku saja....
Kuingin kamu menjelma dalam sosok yg nyata.