Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 04 Februari 2020

Aku mengerti, sangat mengerti.

Aku tahu bagaimana rasanya ingin mati. Aku pernah merasakannya, bahkan sering.
Saat itu hati bukan lagi patah, tapi sudah menjadi serpih. Tak lagi bisa membayangkan akan ada pendar cahaya di ujung jalan ini. Tak ada lagi benih harapan.
Tak juga peduli akan siapapun atau apapun, seperti nasehat, dogma bahkan ancaman, apalagi neraka yang belum terbukti ada.
Putus asa? Terserah saja orang menyebutnya apa. Tapi menurutku ini hanya salah satu seleksi alam untuk mengurangi populasi manusia.
Penyebab rasa ini bisa beragam, mungkin karena masalah yang tak ada habisnya, mungkin karena penyakit yang tak ada obatnya, mungkin karena hidup tak lagi berguna, mungkin karena depresi yang mendera.
(Setahuku, depresi itu bukan masalah psikis, tapi fisik. Ada ketidakseimbangan di otak yang menjadi penyebabnya)
Ada beberapa yang masih mencari tahu cara yang paling efektif. Bahkan meminta bantuan pada pembunuh bayaran. Aneh? Tidak sama sekali. Banyak yang sudah memikirkan hal ini.
Jadi tak perlu semua debat dan nasehat itu. Jika tulus mau membantu, dampingi saja, tanpa kata. Itu juga sudah bagus, kalau si perasa masih mau bertemu manusia.
Dan di sini, aku hanya bisa berkata,
aku mengerti yang kamu rasa.. sangat mengerti...
Jika masih bisa, bertahanlah sehari lagi saja.
Hidupmu, milikmu, pilihanmu.