Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 11 Juni 2012

Lastri....

Aku hamil....
Ya, aku sedang mengandung anakmu. Anak kita. Aku tahu, kamu begitu marah mendengar berita ini, karena anak ini akan merusak semua rencanamu untuk mendapatkan warisan dari orangtuamu. 
Bagaimanapun ini anakmu, ini juga cucu mereka. Darahmu mengalir dalam dirinya. Darah mereka mengalir dalam dirinya.

Tapi tak mengapa, jika kamu tidak menginginkannya, aku akan tetap menjaganya. Kamu tidak perlu menjadi ayahnya. Aku pun tidak akan menceritakan padanya siapa ayahnya. Karena kamu memang tidak pantas menjadi ayah baginya.

Jika kelak dia bertanya, siapa ayahnya, mengapa dia tidak punya ayah, aku akan menjelaskan padanya bahwa ayahnya sudah lama mati. Jika dia bertanya di mana makamnya. Aku akan menjawab, ayahmu tidak bermakam, karena jasadnya tidak pernah ditemukan. Setelah dia cukup dewasa, aku akan memberitahu yang sebenarnya. 

Bahwa ayahnya hanyalah seorang pengecut yang tidak berani bertanggungjawab. Dan menukar anaknya demi warisan. 
Aku tidak kejam. Aku hanya tidak ingin anakku memiliki sifat seperti sifatmu.

Aku pernah salah. Dan aku tidak ingin anakku menanggung kesalahanku. Aku mencintainya. Aku akan merawatnya hingga dia mandiri kelak. Walau untuk itu aku harus bekerja keras.

Dia bukan lagi Lastri yang kukenal dulu. Yang hangat dan penuh tawa. Sekarang dia menjadi Lastri yang dingin dan keras hati. Lastri yang tidak takut apapun, Lastri yang kuat. Lastri yang berani menerjang badai api demi anaknya. 
Dan ketika aku bertanya, 
Apakah kamu membencinya Lastri? 
Apakah kamu membenci ayah dari janin dalam rahimmu?
Perlahan sebutir airmata bergulir di pipinya.

Itu yang sangat menyakitkan..
Karena aku tidak membencinya...
Aku mencintainya..
Mencintai orang yang salah.

Saat itu aku tau, masih ada Lastri yang dulu...