Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Sabtu, 23 Juni 2012

Telaga...

Beberapa hari lalu aku pergi ke telaga itu. Telaga di tengah hutan, di tepi kebun teh. Airnya masih berwarna hijau seperti cincau. Udaranya sejuk, walau sudah tengah hari. Monyet monyetpun masih berkeliaran bebas. Telaga yang konon dahulu adalah sebuah kerajaan. 

Aku berjalan masuk ke dalam hutan, membasuh wajah di sebuah mata air yang dahulu adalah tempat pemandian sang Putri. Senang rasanya bisa berjalan jalan di hutan lagi.

Tidak banyak yang berubah di telaga itu sejak terakhir kali  kita kunjungi bertahun yang lalu. Kita juga pernah mengunjungi tempat sang Raja menambatkan kudanya pada sebuah menhir. 

Aku masih ingat ketika kamu diam diam mengambil gambarku saat aku memandang kebun teh yang luas dan hijau itu, kemudian kamu menjadikan gambar itu senagai wallpaper di laptopmu. 

Apakah kamu ingat warung di pintu masuk telaga? Tempat itu masih ada, dan masih menyajikan menu makanan yang sama. 

Dan air terjun di dekat taman sakura, sudah berapa kali kita datangi? Dengan kaki lelah sesudahnya, sampai tak mampu berjalan lagi rasanya.
Sekarang tak perlu lagi kita berlelah lelah untuk sampai ke sana, mobil sudah lama boleh masuk ke area wisata. Tentu saja indahnya jadi berbeda, ketika hutanmu tak lagi perawan.

Itu hanya beberapa dari sekian banyak tempat yang pernah kita kunjungi. Aku tak tahu, apakah kamu pernah mengunjungi tempat tempat itu lagi. Kamu tidak gemar menjelajah alam seperti aku. Karena itu aku pasti akan kembali lagi. Walau tidak denganmu.

Perih rasanya ketika aku datangi lagi tempat tempat yang dulu pernah kita jelajahi. Terlalu banyak cerita tertinggal di sana.  
Biarlah tempat tempat itu menjadi sejarah dan saksi bisu berjuta cerita dari semua orang yang pernah mengunjunginya. 

Kenangan akan masa lalu memang indah untuk diingat, tetapi jangan tinggal di dalamnya.. 
Karena itu, aku hanya akan mengingatmu sejenak saja, setelah itu aku akan berjalan dan tidak akan berpaling lagi ke masa lalu.