Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Sabtu, 17 November 2012

Breaking dawn

Setahun berlalu sudah.
Semua cerita pasti ada akhirnya. 
Dan kini akan kututup buku hidupku yang berisikan ingatan tentang dia.


Ingatkah kamu setahun lalu, saat kita bersama pada suatu masa.
Sebuah lagu menemaniku sepanjang kebersamaan kita. 
Lagu bagian pertama.
Lalu tiba tiba, kita berpisah dan kamu menghilang tanpa kabar berita.
Dengan berbagai cara kucari di mana kamu berada. 
Tapi tak kutemukan juga. 
Berbagai jenis pesan kukirim, dan aku tahu, kamu menerimanya, karena tak satupun yang tertunda. 
Tapi tak satupun jawaban kuterima. 
Aku tidak tahu lagi, kemana harus mencari berita. 
Karena kita tidak punya teman yang sama. 
Aku juga tidak tahu di mana keluargamu berada. 
Dan aku baru saja menyadarinya. 
Itu berarti tak ada tempat bagiku untuk mengajukan sebuah tanya.
Mengapa kamu pergi tanpa sapa, apakah kau marah karena aku bersalah?
Atau kamu menghindar karena tak dapat lagi menahan getar cinta, 
yang menurutmu jatuh tidak pada tempatnya?

Sampai akhirnya...
Beberapa hari lalu tanpa sengaja, aku mendapat berita.
Bahwa kamu sudah tiada....
Aku jelas tidak percaya begitu saja.
Walau di jejaring sosial kamu tidak pernah memperbarui data, tapi ponselmu selalu menyala.
Ternyata bunda tercinta yang selalu menjaganya, agar beliau dapat selalu menerima cerita.
Tapi mengapa sang bunda tidak memberitahu aku yang selama ini bertanya?

Sang bunda bercerita,
awalnya beliau ingin memberitahu, sampai kemudian waktu berlalu 
dan satu persatu teman putranya, melanjutkan hidup seperti sediakala. 
Sementara sang bunda merasa ditinggalkan, sepi dan merana. 
Hanya pesan singkatku yang masih selalu ditunggunya, karena membuatnya merasa putranya masih ada.
Tak peduli pesan singkatku berisi tanya, amarah atau canda. 
Hanya itu yang tersisa baginya untuk mengenang sang putra.
Bahwa ada seorang gadis di sana, yang selalu menunggu kehadiran putranya.
Kalau gadis itu tahu, putranya sudah tiada, dia takut gadis itu akan melakukan hal yang sama dengan teman teman putranya. 
Pergi meninggalkan dia.

Ah bunda, kini aku tahu hatiku terluka tapi tidak sepedih yang kau rasa.
Dan memang, setahun ini cukup kiranya bagiku untuk berhenti bertanya. Tekadku sudah bulat, dengan atau tanpa jawab yang kuterima, semua tentangmu sudah harus sirna.
Mengetahui bahwa kamu masih ada atau sudah tiada, bagiku tidak lagi menjadi berbeda.
Maafkan aku bunda, 
karena aku juga melakukan hal yang sama dengan teman teman putramu tercinta, 
walau dengan alasan yang berbeda.
Aku melanjutkan hidup dan berjalan ke muka.
Setahun kiranya cukuplah sudah hatiku menderita.
Dan lagu ini, adalah lagu yang menutup akhir cerita.
Lagu bagian ke dua...