Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Kamis, 15 November 2012

Kuduslah kasihmu Dokter



Jemari yang tengah kugenggam ini adalah jemari yang telah merawatku hampir 20 tahun lamanya. Jemari ini pernah menyayat tubuhku, menyembuhkan lukaku dan memberiku kehidupan baru. Jemari ini adalah perpanjangan tangan Tuhan untukku. 
Jemari ini sekarang lunglai, tak ada tenaga yang mengalir sampai ke ujung jari. Jemari ini bahkan tak dapat membalas genggaman tanganku. Kupandangi wajahnya, wajah yang sudah menjadi ibu bagiku. Kuusap pipinya, kerut wajahnya, dan sudut bibirnya yang kini berbentuk aneh. Dia menatapku, tapi tidak mengenaliku, kosong. Belum pernah aku merasa sepedih ini.

Aku tahu, bagi orang dengan aktifitas tinggi seperti dia, yang tidak punya batasan jam kerja, 'hidup' seperti ini bukanlah 'hidup', karena stroke sudah merenggutnya. 
Dengan terbata, kupanjatkan sebuah doa, entah doa yang benar atau salah.
"Tuhan, tolong berikan kesembuhan baginya, atau jika ini adalah saatnya, tolong jangan perpanjang penderitaannya."

Kakiku lemas, airmataku tak terbendung lagi. Aris putranya, memapahku keluar dari ICCU. Berusaha menenangkanku, walau aku tahu hatinya jauh lebih galau dariku.
"Jangan menangis di depan mama, kak..."
Dengan tertatih, kutinggalkan ruangan itu. Separuh jiwaku tertinggal di sana. 

Pagi ini, aku sudah bersiap untuk mengunjunginya lagi, sudah empat hari aku tidak membezuknya. Kesehatanku juga sedang kurang baik, beban pikiran ini memperberat kerja jantungku. 
Ketika kuraih kunci mobil dari gantungan, ponselku berbunyi. Kulihat nama yang tertera di layar 'Aris calling....'
Kuangkat telp, seraya berkata,
"Ka'hanny baru mau berangkat ke sana Ris..., Aris mau di bawain apa?"
Hening, tak ada jawaban dari sana, kutunggu sejenak, sebelum akhirnya kudengar suara parau, sengau dan terbata, berusaha menyebut namaku...
"Haaahhnnniii...."
Aku tertegun, terpana, belum pernah kurasa pagi bisa seindah ini, hanya karena mendengar sebuah suara, suara itu bak suara malaikat bagiku. 
Dan aku melanggar janjiku pada Aris, untuk tidak menangis di depan mamanya.

Aku tahu, selalu ada harapan dalam hidup...
Cepat sembuh ya mba Fit... dokterku... ibuku...
Terimakasih Tuhan, terimakasih...