Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Sabtu, 23 Februari 2013

coretan kecil hari ini



Hujan yang aneh...
Sepertinya langit sedang anyang anyangan.
Sini kuikat ibu jarimu dengan karet.
Puk puk... Cepat sembuh ya


Sedari malam, hujan turun dengan aneh, tiba tiba deras, namun hanya beberapa saat, lalu berhenti tiba tiba. Lalu hujan lagi, deras, hanya beberapa saat, lalu berhenti tiba tiba. Berulang hingga dini hari. 
Mungkin seperti terkena infeksi saluran kemih yang membuat buang air kecil jadi tidak lancar, atau seperti terkena prostat yang membuat buang air kecil tidak pernah tuntas, atau seperti pasien jantung yang sedang menggunakan lasik untuk menguras habis air seni karena sang jantung sudah tak kuat lagi memompa. 
Istilah awam untuk buang air kecil yang tidak tuntas adalah anyang anyangan, pengobatan tradisionalnya adalah dengan mengikat ibu jari kaki dengan jerami, atau dengan karet jika jerami tak ada. Percaya tak percaya, itu obat paling murah yang terjangkau oleh rakyat kecil. 

Seorang teman menanggapi sebait kalimat tadi,
Widiih han, beneran lho..sembuh tuh. 
Hujannya sudah benar benar berhenti. 
Aku baru tahu kalo langit punya jempol dan bisa dikaretin... 
Hahaha...

*****
 
Pada kursi kayu yang pernah menyandingkan kita dulu,
Kuingin bertanya, apakah masih pantas kami mengenakan rok biru,
Dan duduk di atasmu...
Kursi kayu menjawab malu,
Wuwuwuwuwu..
 
Sewaktu masih di sekolah menengah dulu, aku punya teman sebangku. Gadis manis yang kerap pingsan ketika disuruh berlari. Dia pandai, suka bercerita dan suka tertawa. 
Entah angin apa yang tiba tiba membuatnya menyapaku, angin rindu mungkin.
Dia bertanya, ingatkah waktu meja kami dilempar penghapus oleh guru?
Hahaha, sayangnya aku tidak ingat sama sekali. 
Separah itukah kenakalan kami dulu, sampai pernah dilempar oleh guru?
 
Dia melanjutkan lagi, ingatkah dengan si A, yang duduknya di depan kita dulu? Yang sering kita goda. 
Kemarin dia ketemu dengannya di sebuah pesta pernikahan. 
Dan si A pura pura tidak mengenalnya. 
Hahaha, mungkin sakit hati ya karena sering kita goda dulu. 
 
Trus.. trus.. ingat tidak dengan si B, ternyata dia dulu penggemarku!! Dasar dodol, si B cerita ke istrinya kalau dia pernah menyukaiku dulu, dan istrinya langsung ngamuk ngamuk karena nama belakang putrinya sama dengan namaku.
Hahahaha..
 
Haan..haann..ketemu yuu, aku kangen ni. Kamu pasti tidak mengenaliku kalau kita bertemu. Tahu tidak, aku tuh sekarang sudah seperti karung besarnya..hahahaha...
 
Apa iya? Ah karung gula mungkin. 
Karena kamu sudah membawakan aku banyak kenangan manis semasa sekolah dulu.
Trimakasih ya teman..

*****
 
Kelomang jalan jalan sendirian,
Pulang neng, udah maghrib....
Lha, pulang ke mana?
kan rumahnya di bawa bawa
 
Sudah menjadi kebiasaan penduduk di daerahku, jika senandung adzan maghrib terdengar, orang orang akan masuk ke rumah dan menghentikan sejenak aktifitasnya.  
Senja ini, saat maghrib tiba, kulihat seekor kelomang/keong berjalan sendiri di atas pasir pantai. Entah hendak pergi ke mana. 
Ingin kusapa dia dengan bahasa keong tentunya, atau berharap dia mengerti bahasa manusia.
Pulang sayang... 
Pulang ke mana?
Lalu kusadari, rumahnya selalu dibawa bawa.
Dan kelomangpun berjalan lagi.

*****

Untuk seorang gadis yang hendak mengikat langit,
supaya langit sembuh dari sakit.
Yang membuatku ingin menjadi kursi kayu, 
karena kerap mendengar tawa dan kisahnya dulu.
Yang terpukau saat melihat seekor kelomang berjalan sendirian,
ya... untukmu cinta ini ada.
Terimalah...
 
Sebuah pesan singkat yang kuterima sebagai penutup hari.
Aah..ada ada saja. Aku hanya bisa mendesah.
Lalu tersenyum sendiri.