Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 01 April 2013

dalam bingkai alam 4


Ayang memang sadar dari komanya dan alat pacu jantung sudah tertanam di bawah tulang selangkanya. Tapi sebagian dirinya telah hilang. Dia bukan lagi Ayang yang dulu, yang ceria, yang selalu tertawa.
Sekarang dia hanya seorang gadis rapuh yang sedang berusaha mengembalikan sebagian ingatannya yang hilang dan kembali belajar menggerakkan semua anggota tubuhnya.

Ryan dengan setia meluangkan waktu untuk merawat kekasihnya. Tapi Ayang tidak mengenali Ryan. Banyak wajah wajah asing dalam hidupnya, bahkan Danny dan beberapa anggota keluarganya yang sudah dia kenal lama. 
Banyak penggalan cerita yang tercerai berai seperti ribuan kepingan puzzle yang belum tersusun. Kadang sebuah ingatan muncul tiba tiba seperti cahaya di tengah kegelapan. Tapi kemudian hilang begitu saja.
Belajar mengingat dan bergantung pada orang lain untuk melakukan sesuatu, sangat membuatnya frustasi. 
Hidup seperti ini bukan lagi hidup baginya. Berkali kali terlintas dalam benaknya mengapa kemarin dia tidak mati saja.

Sudah tiga bulan Ayang menjalani fisioterapi untuk memulihkan kondisinya. Dia sudah bisa berjalan dengan baik dan kedua lengannya sudah berfungsi maksimal. Dokter memang tidak terlalu berharap ingatan Ayang akan pulih sepenuhnya. Akan lebih baik jika hal ini dianggap seperti memulai hidup baru. Berkenalan kembali dan belajar memahami semua dari awal lagi.

Suatu hari Danny melihat Ayang tengah termangu di halaman belakang rumahnya. Rimbunan pohon bambu kuning yang tertiup angin menimbulkan bunyi gemerisik yang khas. 
Haayoo... lagi ngelamunin apa? Ryan sudah pulang Yang?
Dan...aku mau bicara..
Bicara saja, aku akan jadi pendengar yang baik.
Aku tidak nyaman berdekatan dengan Ryan, Dan... Aku tahu dia baik sekali padaku, penuh perhatian dan banyak membantu. Tapi dia memperlakukan aku seperti kekasihnya. Padahal aku tidak mengingatnya. Kalau dulu kami memang kekasih, sekarang situasinya berbeda, aku tidak punya rasa apa apa terhadap dia. 
Tolong bicara padanya Dan, aku berterimakasih atas bantuannya selama ini. Aku ingin belajar mandiri, karena itu dia tidak perlu merawatku lagi. 

Tentu saja Danny merasa serba salah, sebagai teman dia mengerti apa yang dirasakan Ayang, sebagai lelaki dia juga mengerti pengorbanan yang dilakukan Ryan. Akhirnya dia berkata,
Ayang, aku pikir, kamu harus jujur tentang perasaanmu terhadap Ryan. Semoga Ryan bisa mengerti.  Dan jika setelah itu dia berusaha untuk memperjuangkanmu dari awal lagi, aku pikir itu haknya. Adil bukan?

Dan sedemikian besar cinta Ryan, setelah Ayang mengutarakan perasaannya, dia berusaha mengerti dan memberi Ayang waktu. Ryan mulai mengurangi kunjungan dan komunikasinya dengan Ayang. Dia tidak ingin memaksakan Ayang untuk kembali menjadi Ayangnya yang dulu. Walau pedih rasanya, tapi Ryan berusaha tegar.

Enam bulan berlalu, seperti hidup yang selalu berubah, demikian juga manusia yang menjalaninya. Naluri petualang ternyata tidak pernah hilang dari dalam diri Ayang. Dia mulai kembali ke gunung, tidak untuk mendakinya seperti dulu, tapi hanya berjalan jalan menikmati hijaunya hutan dan kabut yang turun perlahan. Danny kerap menemaninya menjelajah. Seperti hari ini. 
Malam mulai larut ketika Ayang dan Danny menikmati hangatnya api unggun. Beberapa teman lain ada yang bernyanyi dan bermain gitar serta harmonika.

Yang, dulu kita sering berkemah seperti ini. Kita akan berbincang tentang banyak hal. Aku pernah bertanya,
Yang, kamu ingat ga waktu kita makan rambutan di rumah si Aloy?
Dan kamu akan menjawab dengan ketus,
Maksudmu, waktu kamu memanjat pohon dan menghabiskan rambutan yang ada, sendirian?
Yaah, aku kan kasih kamu juga...
Maksudmu, kamu baru kasih setelah aku menunggu belas kasihanmu dengan muka melas, supaya kamu melemparkan rambutan itu dan lebih banyak kulit rambutan yang kamu lempar ke aku daripada buahnya yang masih berisi??
Waduuh..haha..masih marah ya..haha.. Makanya belajar manjat dong.
Maksudmu, kamu mau melihatku bisa manjat tapi tidak bisa turun seperti waktu itu?
Whahahahahahaha...udaah Yaang..uuudaah...ampun Yang..sakit perutku kalau mengingat waktu itu..hahaha...
Ketawa aja terus...ingat siapa yang tertawa paling akhir hari itu? 
Siapa yang terus anyang-anyangan, batuk  batuk dan sariawan karena kebanyakan makan rambutan?
Whahahahaha, aakuuu Yaang..aakuuu whahahaha...
kuwalat aku sama kamu ya...whahahahaha... 
Aku sampai tidak bisa tidur semalaman dan kamu terus tertawakan aku...whahahaha...
Yang, pohon rambutannya si Aloy masih ada ga ya?
Udah jadi mall..

Atau aku akan bertanya padamu tentang hal lain,

Yaaang...
Hmmm..
Ingat ga waktu kita kemping pertama kali? 
Waktu malam malam kamu membuat havermut. Aku mau minta, tapi malu.
Yaa, ingat..dan kamu merusak malam dengan buang gas yang ampun ampunan aromanya...
Whahahaha...kan aku sudah minta maaf..hahaha...
aku masuk angin dan sudah dua hari tidak bab, hahaha....
tahu sendirilah bagaimana rasanya perutku...hahaha. 
Waktu itu aku belum terbiasa bab di sungai. Hahahaha...
Yang, serius nih.. aku ga nyangka lho, kalau kamu ternyata bisa masak.
Yaaang...
Hmmm....
Masakin aku havermut dong...

Tentu saja, kamu tahu aku hanya menggodamu, dan kamu akan membenamkan kupluk dalam dalam di kepalaku. Hahahaha...
Tiba tiba Ayang menyandarkan kepalanya di bahuku, aku terkejut dan reflek memeluk bahunya, aku pikir dia akan pingsan seperti dulu. Ternyata tidak. Ayang hanya bersandar dan sesekali menghela nafas panjang.
Kemudian dia berkata,
Dan...kalau aku menyukai seseorang, apakah itu salah?
Tentu saja tidak...mengapa kamu bertanya seperti itu?
Karena aku tidak tahu, apakah ini hanya perasaan sesaat saja, terbawa suasana atau apa. Aku tidak tahu seperti apa dulu perasaanku terhadapnya, tapi beberapa waktu ini ada yang lain yang aku rasa..rindu, nyaman, bahagia bila ada di dekatnya. Bila bertemu dengannya seperti ada kumpulan kupu kupu yang hinggap di perutku.
Bolehkah aku tahu siapa orang yang beruntung itu?
Apa pantas seorang wanita mengutarakan isi hatinya?
Kenapa tidak?
Hmm..kamu Dan.. Kamu orangnya..

Danny terhenyak...sepuluh tahun mereka bersahabat, selama itu pula Danny memendam cintanya, rindunya dan harapannya. Kini semua menjadi nyata. Wanita yang selama ini dia cintai, di tengah usahanya mengumpulkan serpihan ingatan yang telah hilang, sekarang jatuh cinta padanya.
Tiba tiba Danny merasakan sakit yang teramat dalam menusuk hati.
Bukan seperti ini yang dia harapkan...
Digenggamnya jemari Ayang. Dikecupnya perlahan. 

Dalam pikiran Ayang terlintas  sebuah  peristiwa yang dia tidak tahu terjadi di mana...
Aku sedang berjalan jalan di kebun buah buahan. 
Banyak sekali buah di sini. Naluri primataku keluar. 
Mana yang mau kumakan lebih dulu? 
Ada pisang, durian, mangga, sirsak, waah aku jadi bingung. 
Ini kedua kalinya aku datang ke sini, tapi masih tak tahu ini di mana.
Kalau aku ambil buah buahan itu, apa nanti yang punya tidak marah? 
Seperti dulu, tidak ada siapa siapa di sini. Hanya aku sendiri. 
Tiba tiba aku merasa ada yang menimpuk kepalaku, kulihat kulit rambutan... 
Tapi tak ada pohon rambutan di sini. Juga tidak ada orang. 
Apakah ada monyet? Apa monyet suka rambutan? 
Aku berjalan lagi, dan kulit rambutan lagi lagi dilemparkan ke arahku. 
Lama lama semakin banyak kulit rambutan yang berjatuhan. 
Aku mulai kesal, ingin aku berteriak...
"tunjukkan dirimu kalau berani!!"
Tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. 
Sayup sayup terdengar suara memanggilku...
Ayang, bangun dong...
Jangan tidur terus.. 

Aku tahu itu kamu Danny.. 
Aku tahu itu kamu..

Lalu hening...mereka terdiam... 
Hanya derak suara kayu terbakar dan jangkrik hutan yang masih terdengar. Malam kian larut, dingin semakin menggigit. Di bawah taburan bintang, dunia anak manusia masih terjaga di depan api unggun yang mulai mengecil.

(Udahan sampai di sini.. :)