Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 06 Mei 2013

Cinta yang tak sempat jatuh

Semalam aku bermimpi buruk lagi. Lima bulan sudah peristiwa itu berlalu, tapi masih jelas terbayang adalam ingatanku. 
Kabel kabel yang dipasangkan di dadaku, tanpa permisi. Tidakkah , mereka tahu kalau aku wanita, aku punya malu? 
Mungkin ini tugas sehari hari bagi mereka, tapi bagiku? Bahkan tak pernah terbayang aku akan menjalani tindakan ini. 
Harus kutekan dalam dalam rasa marahku, 
tarik nafas panjang...tenanglah...itu bukan apa apa. 
Aku berusaha menenangkan diri. 
Infus terpasang, di ujung jemari sebuah penjepit menyambung ke layar monitor. 
Satu persatu wajah wajah asing datang mengelilingiku, memperkenalkan diri, namun aku tak peduli, kucari sesosok wajah yang selama ini kukenal. Tak ada...
Dan dengan santun, dokter pengganti menyampaikan bahwa karena perubahan jadwal dokterku tidak dapat datang untuk melakukan tindakan ini. 
Aku terkejut, aku tidak siap dengan dokter pengganti. Tapi semua sudah dipersiapkan, Di ruangan yang sangat dingin ini, ada lima monitor besar berada di sisi kiriku, semua sudah tersambung ke tubuhku. Di ruangan lain berbatas kaca tidak kurang dari 6 orang sudah bersiaga di depan monitor monitor kecil. Aku bagai ikan dalam akuarium yang sedang dipandangi belasan pasang mata.
Mereka menunggu jawabku, apakah aku bersedia melanjutkan tindakan ini.
Ragu berkecamuk dalam pikiranku, dan aku mengambil keputusan bodoh, karena aku tidak ingin mengecewakan semua yang sudah siap di ruangan itu. Tapi aku lupa, kalau jawabanku hanya mengecewakan diriku sendiri dan menjadi mimpi buruk yang kerap datang dalam tidurku.
Ya, aku bersedia melanjutkan tindakan ini.

Mulailah mereka bekerja, tiga kateter elektroda atau entah apa namanya ditanamkan dalam pembuluh darah pada pangkal pahaku, bius lokal yang dilakukan tidak membunuh rasa sakitnya. Terkadang reflek kutarik kakiku karena sakitnya tapi mereka melarangku bergerak. Apakah mereka sudah pernah merasakan hal yang sama? 

Ketika kateter berhasil ditanamkan, kulihat alat itu perlahan berjalan menuju jantungku dan berhenti di sana. Mereka hendak mencari sumber listrik liar yang kerap membuatku sesak dan berdegup tak karuan, mereka akan membakar dan membuat jaringan parut untuk mematikan listrik liar itu. Ya, mereka akan melukai jantungku, jantung hidup yang sedang berdegup, tanpa bius karena aku harus dalam keadaan sadar sepenuhnya. Tak ingin kubayangkan bagaimana rasanya.
 
Tiba tiba jantungku berdetak begitu kencang, aku seperti dipaksa berlari bagai kuda pacu yang sedang berlomba. Sakit. Sesak. Panik mulai menjalar. Mereka dengan tenang mengatakan bahwa jantungku sedang dipacu untuk menemukan lokasi listrik liar itu.
Waktu terus berlalu, kakiku mulai mati rasa, lenganku pegal, tubuhku sakit dan aku mulai mengantuk. Kantuk yang aneh. Mereka tahu, dan tidak mengijinkan aku tidur. Rasanya aku tak kuat lagi. Dari lima kali operasi yang pernah kulakukan,  ini yang paling tidak nyaman. 
Aku tak tahu sudah berapa jam mereka mengulik jantungku. 

Perlahan semua mereda. Dokter berbaju anti radiasi itu berkata bahwa, tindakan ini tidak berhasil...Dan kalau diteruskan, tingkat keberhasilannya kecil, di bawah 10%!
Aku terkejut...bukan itu yang dijanjikan oleh dokterku dulu. Dia berkata bahwa jika aku mau melakukan tindakan ini, irama jantungku akan teratur, tidak lagi melompat lompat, meledak atau berdegup tak karuan dan tingkat keberhasilannya di atas 90%.

Kembali mereka bertanya padaku, apakah aku mau melanjutkan tindakan ini. Tanpa pikir panjang kujawab tegas, tidak. Aku baik baik saja sebelum masuk ruangan yang berisi peralatan canggih berharga milyaran rupiah yang hanya dimiliki dua rumah sakit di negara ini.  Dan aku ingin keluar dari sini dengan kondisi yang lebih baik lagi, bukan lebih buruk. 

Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan. Meninggalkanku yang entah harus menangis atau lega. Baru kusadari, lima jam sudah berlalu, tak ada hasil yang kudapatkan. Aku tak tahu di mana letak masalahnya. Aku tidak mengerti.

Dua hari sesudahnya aku baru mendapatkan penjelasan, bahwa semestinya yang dilakukan adalah tindakan yang berbeda!!!! Dengan tenang dan tanpa rasa bersalah, "orang itu" berkata, aku hanya perlu mengulanginya 6 bulan atau setahun lagi. 
Dia sudah gilaaa!! Entah di mana hatinya.

Kamu tahu, aku sering menangis tengah malam, atau terbangun dengan tubuh berkeringat dingin. 
Aku ingin menceritakan semua ketakutan yang menghantuiku, aku ingin menangis sepuasnya di dadamu. 
Ya di dadamu cintaku.
Cinta yang tak sempat jatuh....