Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 30 Juli 2013

Telaga kunang kunang



Di sinilah aku, di tepi sebuah telaga di tengah Jawa. Kamu pernah bercerita, ada sebuah telaga indah dengan tepian batu-batu pipih di sini. Telaga yang terhubung ke laut tapi tawar airnya. Telaga yang jika malam menjelang dan saat pekat menyergap, dari dalam airnya akan bermunculan seribu kunang-kunang. Pemandangan yang membuatmu termanggu. Kerlip kerlip kecil di tengah kegelapan sempurna, begitu indah menurutmu.
Kunang-kunang? Tentu saja bukan. Itu sekumpulan udang dengan kepala yang mengandung fosfor sehingga terlihat menyala saat gelap. Tapi kamu berkeras, itu kunang-kunang air. 

Itu ceritamu sewaktu kamu masih sehat, ceria dan cerewet. 
Aku sekarang mengerti sakitmu sayang, mitral valve prolaps kan namanya? Gangguan pada salah satu katup di jantungmu, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Cacat bawaan, tidak ada yang menginginkan hal ini sayang. 
Lama kelamaan katup mitralmu mulai bocor, dan supaya tidak menanggungnya sendirian, alampun membagi kebocoran itu dengan katup lainnya, triscupid. 
Gradenya pun perlahan naik, yang berarti tingkat kebocorannya semakin membesar. 
Dan kelainan itu disertai dengan timbulnya ventrikel extra systole, kelainan pada sistem kelistrikan di jantungmu. Ada pembangkit listrik liar yang timbul, yang mengacaukan irama jantungmu. Para dokter sudah mencoba untuk melakukan ablasi, tapi tidak berhasil.
Ketika darah yang dipompa oleh jantungmu sebagian berbalik kembali, dan itu membanjiri jantungmu, pada saat yang sama aritmiamu datang, jantungmu rasanya seperti meledak... 
Aku tahu itu sangat menyakitkan, lalu tubuhmu akan merasa seperti melayang dan kemudian kehilangan kesadaran. 
Aku tahu itu juga sangat menakutkan untukmu, jika sudah sesakit itu kamu akan berpikir, apakah ini kali terakhir kamu melihat dunia, atau kamu berharap Tuhan segera mengambil nyawamu supaya kamu tidak lagi merasa sesakit ini. 

Tapi ada berita baik dari hasil echocardiography terakhirmu, fungsi jantungmu secara keseluruhan meningkat, menjadi lebih baik, tidak lagi di ambang batas gagal jantung. Jempolku untukmu sayang. Berarti kamu sudah menjalani pola hidup yang baik, mulai mahir mengatur pekerjaan, istirahat, olahraga, makanan dan pikiran. Kamu sudah mengenali tubuhmu sendiri.

Itu yang membuatku bertanya, mengapa ketika kondisimu stabil seperti ini, tiba-tiba kamu pergi? 
Katamu ini karena Tuhan mencintaimu lebih daripada aku mencintaimu. Itu karena kamu tidak tahu betapa dalamnya cintaku padamu. 
Menurutku ini karena kamu lebih mencintai Tuhan daripada kamu mencintai aku!! 

Dan kini, yang kupeluk hanya sebuah guci berisi butiran debu....
Di atas sampan yang kukayuh, di tengah telaga kunang-kunang tempatmu termanggu. Di sinilah kamu kembali. 
Angin semilir menimbulkan riak riak kecil dan perlahan kunang-kunangmu bermunculan, kerlip kerlip indah itu.....
Kubuka tutup guci, dan perlahan kutaburkan abumu menyatu kembali dengan alam.
Air telaga akan menuju ke laut lepas, dan laut akan menjadi hujan, yang kembali mengalir ke laut. Demikian siklus kehidupan akan selalu berputar.
Tapi waktuku berhenti di sini. 
Di telaga ini.....

freedom....