Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Rabu, 24 Juli 2013

lelaki berikutnya 2

Masih ingat saya mbak? Suara itu mengejutkannya. Ditatapnya lelaki berkacamata yang mengingatkannya pada suatu malam. Dia lelaki yang hanya ingin mendengarnya bercerita, bukan ingin menggumuli tubuhnya.
Ya, tentu saja saya ingat, katanya tersenyum. 
Kali ini mereka tidak lagi bertemu di kamar pengap.Tapi di lobby sebuah hotel berbintang lima. 
Dan pertemuan pertama berlanjut menjadi pertemuan-pertemuan berikutnya. Mungkin itu kencan, mungkin juga bukan. 
Lelaki itu membuatnya nyaman, sehingga kini ia mampu bercerita tentang apa saja, kecuali tentang dirinya. 
Namun lelaki itu tidak pernah memaksanya, ia dengan setia mendengar apapun yang diceritakan olehnya.

Mereka menjadi dekat, namun lelaki itu tidak pernah menyentuhnya. Dan dia menikmati penghormatan terhadap raganya itu. 
Senja ini, dia meminta lelaki itu bercerita, sebuah permintaan yang sudah sekian lama dipendamnya.

Aku lelaki biasa. Aku seorang suami tapi belum menjadi seorang ayah. Entah di mana masalahnya. Aku suka membaca dan melihat dunia, keunikan masing masing daerah, budaya, manusia dan alam yang berbeda-beda. Sangat istimewa. 
Aku bersahabat dengan istriku. Soal cinta mungkin sudah lama berubah bentuknya. Tidak ada lagi rasa cemburu, bahkan ketika istriku bercerita bahwa dia punya kekasih lagi. Kalau itu membuatnya bahagia, ya silahkan saja. Aku tidak melarangnya. Aku hanya mewanti-wanti agar tidak ada hati yang tersakiti dan bermain cantik agar tidak memancing keributan. 

Dia tertegun mendengar cerita lelaki itu.... bibirnya kelu, seperti malam itu. Dia membayangkan betapa sakitnya.
Tapi lelaki itu hanya tersenyum, aku tidak apa apa.. aku baik baik saja, sungguh! Mbak tidak perlu berduka untuk hal ini. Karena apa yang kurasakan sekarang lebih menyakitkan daripada ceritaku tadi.

Mbak ingin tahu bagaimana aku bisa mengenal mbak? Awalnya aku hanya menjalankan tugas. Seorang wanita yang cemburu memintaku untuk mengamati mbak dari jauh. Karena dia pikir suaminya punya hubungan dengan mbak. Dan ternyata dugaannya benar. Suaminya pelanggan setia mbak. Dan sekarang mbak tidak perlu lagi susah bekerja, karena mbak sudah menjadi simpanan suaminya.  


Dia sangat terkejut. Lelaki ini tahu semua rahasianya. Alarm bahaya berbunyi kencang dalam hatinya. Sebagian dirinya ingin pergi menyelamatkan diri, entah dari apa. Tapi sebagian lagi ingin menyerah untuk menebus semua dosa.

Mbak baik-baik saja? kata lelaki itu seraya menyodorkan segelas minuman. Minumlah mbak. Biar tenang hati mbak.

Dengan sadar diteguknya isi gelas itu, dihantarkan dirinya pada maut yang sudah menunggu, dalam hati ia berdoa
"Biarlah kiranya cawan ini lalu dari padaku...!" 
Dan dalam sekejap, dirasanya dunia berputar mengajaknya berdansa di udara. Itu menjadi kala terakhir dia melihat dunia. Lalu semua menjadi gelap.

Maafkan aku mbak. Aku harus melakukan ini. Karena wanita yang cemburu itu adalah ibuku sendiri....