Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Senin, 14 Juli 2014

stalker (prekuel secret admirer 1-4)

Adalah mudah bagiku untuk jatuh cinta padamu Rayi. Yang sulit adalah membuatku berani mengutarakan isi hatiku padamu. Dan aku yang pengecut ini hanya bisa menguntitmu dari jauh.
Memandangi rumahmu yang teduh dan asri, rimbunan kamboja kuning dan cemara angin menghiasi halamanmu, jika senja tiba lampu terasmu menyala temaram menenangkan hati, dari luar aku bisa melihat jendela kamarmu. Mungkin beberapa satpam di komplekmu sudah mengenal aku, mereka suka bertanya ada perlu apa dan darimana malam-malam. Aku hanya menjawab, pulang kerja, sengaja jalan kaki melewati komplekmu daripada lewat jalan raya. Tentu saja alasanku tepat, karena tidak sampai seratus meter dari rumahmu, ada jalan raya yang selalu macet. Tapi begitu sampai di lingkunganmu, suasana berubah 180 derajat. Hening, tak terdengar lagi deru kendaraan, teduh dengan hijau pepohonan. 
Aku kadang suka mampir, duduk-duduk dengan satpam komplekmu. Berbagi rokok, berbincang tentang pekerjaan mereka, sebelum aku meneruskan langkahku melewati rumahmu.
Aku tidak berharap bertemu denganmu, karena aku tak mau kamu mengenali aku. Cukup bagiku memandangmu dari jauh saja.

Aku juga mencari tahu tentangmu dari sosial media. Status-status yang kamu bagikan, komentar-komentarmu, kicauanmu, teman-teman dekatmu, dan dari sana juga aku bisa tahu kegiatanmu. 
Kamu pasti takut jika tahu ada seseorang yang mengikuti kehidupanmu, seperti aku ini. Bukan balasan cinta yang aku dapatkan, tapi mungkin kebencian atas perilaku anehku.

Tahukah Rayi, aku kerap membayangkan jika kita menikah, kamu mengandung anakku, dengan perutmu yang mulai membesar aku menemanimu berjalan-jalan tiap pagi dan sore hari. Sehingga aku tak perlu lagi berjalan jalan sendiri seperti sekarang ini.

Hari ini, hari ke 256 aku menguntitmu. Seperti biasa, menjelang tengah malam aku berjalan kaki menuju rumahmu. Lampu kamarmu biasanya sudah mati saat ini. 
Kira-kira 100 meter sebelum portal komplekmu, kulihat beberapa anak muda sedang duduk-duduk, ternyata mereka mabuk. Mereka memalakku, oh..mereka tidak tahu siapa aku. Kalau aku ingin berkelahi, dengan mudah kukalahkan mereka, walau jumlah mereka lebih banyak dari aku. 
Tapi aku tak sedang ingin berkelahi, aku hanya ingin lewat rumahmu. 
Pemabuk-pemabuk itu membuatku kesal saat mereka mulai mencoba memukulku dengan terhuyung-huyung. Bodoh kalau aku melayani orang yang sedang mabuk. Lebih baih baik aku bergegas. 
Tiba-tiba aku merasa punggungku panas dan aku jatuh tersungkur, saat kumenoleh, kulihat pemabuk-pemabuk lari sambil itu tertawa tawa. Dan dari kejauhan beberapa orang berlari menghampiriku, mereka teman-teman satpam komplekmu.

Tak kudengar lagi kata mereka, aku hanya merasa sekujur tubuhku dingin, ingin kuteriakkan namamu sebagai kata-kata terakhirku. 
Rayi sayangku, aku tahu semua tentangmu, yang tidak aku tahu hanya, apakah kamu tahu bahwa aku ada.
Lalu semua menjadi gelap dalam sekejab.

*****
Tak ada yang tahu kemana hidup akan membawamu
Nikmati saja seperti dedaunan pasrah ditiup angin
Baik di saat kamu hijau, muda dan segar
Maupun di saat kamu menguning dan perlahan gugur
Dan di sinilah aku sekarang, menikmati indahnya cintaku

(Yang ingin baca kelanjutan kisah ini, silahkan buka postingan lama :)
 secret admirer