Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Minggu, 18 Maret 2012

Perut rakyat

Pernah lihat orang yang berfoto di depan sebuah hotel besar di Kuta Bali? biasanya yang berfoto di depan logo yang sangat besar dan mendunia itu, justru tamu yang tidak pernah menginap di sana.


Sama seperti orang orang yang berfoto di depan sebuah cafe di kawasan kota tua, biasanya justru bukan tamu yang berkunjung dan menghabiskan waktu di bangunan tua itu.

Heeiii, tidak..aku tidak seperti itu.. Tapi lebih parah. Hahaha.  
Aku memang tidak berfoto di depan bangunan itu, aku jadi pengunjungnya. Tapi cerita tidak berhenti sampai di sini.


Suatu senja, aku dan temanku bertandang ke cafe itu. Ada beberapa menu yang kami pesan. Dan harganya membuat wajah temanku sedikit berubah ketika menatap billing yang harus dibayar untuk makan dua orang. Karena yang kami bayar bukan harga menu, tapi suasana. Suasana makan di sebuah bangunan tua yang  sudah berumur ratusan tahun, yang pernah menjadi kediaman beberapa gubernur di jaman dulu. 


Ada kesenjangan sosial besar di dalam dan di luar cafe itu. Supaya kembali membumi, aku dan temanku berjalan menikmati keramaian pasar malam di depan cafe. Banyak orang berjualan. Banyak orang lalu lalang. Otak otak ikan menarik perhatian temanku. Dan aku tertarik pada rujak tumbuk. Rasanya lebih pas di lidah dan di kantong kami. Hehehehe...

Yah perutku memang perut rakyat..perut ndeso.. yang gemar makanan kampung, walau kadang membuat mulas dan melukai langit langit mulut.

Sebenarnya aku ingin menceritakan ini dengan lucu, tapi sayang aku tidak bisa. Karena cerita ini hanya membuatku menjadi rindu pada perjalanan yang pernah ku alami dengan seseorang dulu.

Perjalanan panjang bersamamu....