Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Selasa, 24 April 2012

Bukan Siti Nurbaya...

Aku bukan Siti Nurbaya... 
Aku bahkan bukan seorang wanita. Aku hanya lelaki yang terlahir dari keluarga dengan kultur kuat yang membuatku ingin memberontak. Tapi aku tidak punya keberanian untuk melakukan hal itu.

Bukankah seorang anak harus menurut pada kedua orangtuanya? Supaya tidak kehilangan berkat, supaya tidak dibuang, tidak dianggap sebagai anak durhaka...
Aku menyadari, aku hanyalah aset, boneka, mesin, alat untuk membahagiakan orang lain. Tapi tidak untuk diriku sendiri.
Katakanlah aku apapun sesukamu, aku memang bukan lelaki yang berani memperjuangkan kebebasanku sendiri. 

Mulai dari sekolah sampai urusan cinta. Semua sudah diatur. Dan aku harus menurut supaya tidak mengecewakan mereka. Bahagiakupun berdasarkan bahagia mereka. Aku tidak punya jati diri lagi. Jati diriku adalah mereka, keluarga yang menekanku habis sampai menjadi ampas.

Kalian boleh menyebutku bodoh, pengecut atau apapun, aku akan menjawabnya dengan : maukah kamu bertukar tempat denganku sebulan saja? 

Kalau kalian pikir aku tidak mandiri, salah... Aku mandiri secara finansial. Tapi tidak secara mental. Aku kerdil. Pribadiku tidak bertumbuh menjadi lelaki dewasa yang utuh. Karena aku tidak pernah dibiarkan mengambil keputusan sendiri dan tidak mengerti bagaimana memikul tanggungjawab atas keputusan yang di ambil. Semua sudah diatur.



Dan sekarang, masa depanku juga bukan milikku. Aku tidak boleh memilih kekasihku sendiri. Semua sudah menjadi titah. Bisa kalian bayangkan, aku mencintai seorang wanita di luar sana, tapi harus menikahi wanita lain yang tidak aku sukai. 

Kekasihku itu, cinta sempurnaku, yaa dia, yang suka menyebut aku dengan 'kamu..kamu..kamu..', dia sakit saat ini. Dan aku dengan kejam tidak memilih dia, tidak menemani dia di penghujung usianya. Aku yang pernah bersumpah dia akan menjadi satu satunya cinta dalam hidupku, sampai aku mati.. Dan aku tidak memenuhi sumpahku.. 

Kalau di film film, yang terjadi biasanya, seseorang meninggalkan kekasihnya untuk menikahi orang yang tidak dia cintai, karena orang itu sakit,  padaku, hal sebaliknya yang terjadi. 
Kutinggalkan kekasihku, yang sedang membutuhkan aku, yang sekarat... untuk orang tidak kucintai sama sekali..

Mengapa aku melakukannya? Karena aku ingin melihat kedua orangtuaku berbahagia.  Apakah aku salah jika ingin membahagiakan orangtuaku? Kalau aku memilih kekasihku, hanya kami berdua yang berbahagia. Tapi jika aku menikahi pilihan orangtuaku, semua keluarga besarku akan berbahagia.  


Aku tidak tahu, sedalam apa luka yang kuberikan untuk kekasihku. Aku tidak mau melihatnya menangis lagi karena aku. Aku tahu, sampai matipun, aku tidak akan mampu menebus dosaku padanya.

Kalian pasti berpikir, lelaki macam apa aku ini?
Kalian marah padaku? Marahlah... Mau mencaci maki aku? Silahkan..
Aku terima. Dari dulu aku hanya bisa menerima apa yang dipaksakan kepadaku.

Aku hanya berharap semua ini sekedar cerita dan aku hanyalah tokoh ciptaan penulisnya...