Dalam genggaman tangan Tuhan

Dalam genggaman tangan Tuhan

Kamis, 14 Juni 2012

Ibumu....

Kamu ingat, kamu pernah berkata, kamu suka lagu ini. Kutayangkan untukmu, supaya kamu tahu bahwa yang kuceritakan di bawah ini adalah ibumu.. 





Aku baru saja berbincang bincang dengan ibumu. Di ujung telepon aku membayangkan beliau, wanita setengah baya dengan rambut berwarna perak, yang bagiku itu perlambang kebijaksanaan. Kelak aku juga akan membiarkan rambut perak itu tumbuh di kepalaku.

Beliau bertanya apa kabarku, sebelum aku sempat menanyakan kabarnya. 
Beliau bertanya mengapa aku lama tidak memberi kabar... 
Ah, aku tidak tahu kalau aku dirindu.

Beliau bercerita banyak, tentang kamu, tentang adik adikmu, tentang cucu cucunya. Kami tertawa bersama. 
Berapa lama kita tidak melakukan hal ini? Perbincangan ringan seperti yang aku dan ibumu lakukan...
Ohya, apa kamu tahu, ibumu pernah berkata,
Mas mu itu sayang sama kamu..
Aku hanya bisa berkata, aah tante bisa saja...
Padahal hatiku berdebar tidak tentu.. 


Kamu pasti tidak pernah mengatakan pada ibumu, bahwa kamu menyayangiku kan?
Beliau bilang, beliau tahu dari cerita ceritamu tentang aku.
Apa saja yang sudah kamu ceritakan tentang aku pada ibumu?
Kamu bukan orang yang terbuka, jika ibumu bertanya, kamu lebih sering menjawab, ah ibu mau tauuu ajaa... katamu sambil tertawa. 


Ibumu juga bercerita, bagaimana kamu tidak suka menjaga orang sakit, karena itu pengalaman traumatis bagimu. Kamu bersedia menjaga di luar, di teras atau di pelataran, daripada harus masuk ke dalam ruangan. 
Tapi dua minggu itu, kamu menjagaku penuh. Bahkan tidak pernah jauh dariku. Apa artinya itu?

Ketika ibumu bertanya tentang sakitku, ku jawab, aku sudah lebih mengenal diriku sekarang, sehingga aku tahu kapan waktu untuk berhenti, beristirahat. Dan kamu yang mengajariku tentang hal itu. 
Tiba tiba ibumu tertawa, renyah dan bahagia...
Beliau bilang, jadi yang tante omelin ke mas mu, dia omelin ke kamu juga?? 
Mas mu itu sakit, dan tante suka marah kalau dia memaksakan diri. Yang mengetahui dirimu hanya kamu. Karena itu kenalilah tubuhmu... 


Dalam hatiku berkata, dia tidak mengomel padaku  bu.. dia bicara padaku lembut sekali.. 


Ibumu juga bercerita tentang perasaanya...
Sekarang anak anak sudah besar, mereka sudah bisa memilih jalannya sendiri, tante hanya ingin melihat mereka bahagia di jalan yang mereka pilih...


Aku jadi rindu pada ibuku...
Hatiku penuh dengan rasa syukur, karena bisa mengenal para ibu hebat di dunia.Yang di antaranya adalah ibuku dan ibumu...
Apakah kamu menyadari betapa beruntungnya kita, memiliki ibu seperti mereka. 

Ibu yang mau menerima anaknya tanpa syarat dan tidak menyamakan bahagia mereka ke dalam ukuran bahagia anak anaknya.

Ibu yang bahagia ketika melihat anaknya bahagia, bukan yang baru bisa berbahagia hanya ketika anaknya sudah membahagiakan dia.
Karena itulah cinta...

Cinta tidak mencari kebahagiaannya sendiri.